Crocell - Lightning
Crocell — Lightning
[@lunaria_co ; Aegis Orta]
n). crocell sebagai manusia biasa.
Masa SMA. Mungkin adalah masa-masa yang menyenangkan bagi anak remaja. Tertawa, bersenang-senang, perselisihan ringan antara remaja, berkembang, berfoya-foya selagi masih muda dan sebagainya. Namun, bagi Crocell tidak lah begitu.
Mau sekuat tenaga apapun Crocell tidak akan mendapatkan hal-hal pada masa SMA yang para remaja miliki pada umumnya. Ia hanyalah Crocell, anak pertama dari dua saudara yang kini tidak lagi memiliki orang tua.
Keluarganya kini hanyalah sang adik, [Name] dan hidupnya hanya didedikasikan untuk sang adik seorang. Tanpanya, [Name] mungkin akan lebih tersiksa di dunia daripada dia yang harus tersiksa selamanya.
"Cell, hari ini setelah sekolah kamu akan langsung pergi kerja?" tanya Val, teman sekelas Crocell.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, seraya merapikan buku-buku di atas meja, Crocell menjawab, "Seperti biasanya."
"Baiklah, aku akan mampir sebentar ke rumahmu untuk menemani [Name]," kata Val dengan senyum kecilnya.
"Terimakasih, Val. Lain kali akan aku traktir."
✦ · · · ──────
"Kak Vall!"
Suara nyaring itu terdengar jelas dari arah rumah kecil milik Crocell dan adiknya. Anak kecil perempuan berusia 8 tahun itu berlari semangat saat melihat kehadiran Val dan langsung memeluk erat tubuh Val.
"Bagaimana kabarmu, [Name]?" Tanya Val sembari mengusap surai [H.C] [Name] dengan penuh perasaan.
"Aku baik, kak!"
"Anak pintar."
"Kak, karena kakak hari ini datang, berarti kakak Ocell hari ini kerja lembur lagi ya?" Tanya [Name], menggandeng tangan Val sambil masuk ke dalam rumah.
[Name] kecil mengerti, Crocell begitu adalah bentuk dirinya untuk bisa terus bertahan di kehidupan dunia yang keras ini.
"Y-yah, seperti itulah, [Name]. Tapi tidak apa, ada aku disini."
Namun, kenyataannya tidak lah begitu. Tak lama setelah berbincang-bincang, Val dapat panggilan penting dari seseorang yang [Name] sendiri tidak tahu dari siapa sehingga Val terburu-buru untuk berpamitan. Pada akhirnya, [Name] kembali sendirian di rumah kecilnya.
Bagi [Name], 'Sendiri' adalah hal yang sudah biasa bagi anak kecil sepertinya. Pagi, siang, malam, [Name] sudah bisa mandiri untuk seusianya yang masih dini. Namun, tak terkecuali ia merasa takut setengah mati saat hujan deras disertai petir tiba.
Itu karena— [Name] penderita Astraphobia atau yang lebih di kenal sebagai phobia terhadap petir dan kilat.
Suara deras hujan yang kencang membuat suasana menjadi sedikit mencekam malam itu, tidak terkendali tanpa bisa mendengar apapun karena di samarkan oleh suara derasnya hujan, begitupula disertai petir kencang tiada henti. Membuat badan [Name] gemetar kencang, berkeringat dan sulit mengendalikan napasnya yang semakin sesak saat mendengar gemuruh hebat itu.
Phobia yang menyesakkan untuk anak kecil seusianya.
Terbirit-birit [Name] segera lari ke dalam sebuah gudang, menutup rapat-rapat pintu dan berlari ke pojokan seraya menutup kedua telinganya rapat-rapat, berharap ia tak dapat mendengar gemuruhnya petir di langit malam. Kepalanya pusing, jantungnya berdebar-debar tak karuan.
Malam ini, [Name] berdoa agar kakaknya cepat pulang seusai bekerja untuk menemani dirinya. Ia begitu takut, sangat takut sehingga rasanya ia akan mati detik itu juga.
✦ · · · ──────
Crocell menatapi langit-langit malam yang dipenuhi oleh petir yang mengerikan dengan gelisah tiada henti. Malam ini hujan deras di sertai petir seakan menghantui seisi kota.
Crocell ingat, adiknya sangat takut terhadap petir. Ia ingin segera pulang namun naasnya ia tak membawa payung ataupun jas hujan. Yah, lagipula hujan tidak dapat di prediksi oleh seorang Crocell yang sibuk.
Dengan perasaan gelisah, tanpa berpikir panjang Crocell menerobos derasnya hujan kala itu. Ia sudah tak berpikir lagi tentang kondisi tubuhnya sendiri setelah menerobos hujan lebat.
Pikirannya hanya berfokus pada satu titik, adik kecilnya yang ia kasihi.
Dengan pikiran nekatnya, Crocell akhirnya sampai di rumah kecilnya. Terburu-buru masuk dan mencari [Name]. Membuka kamar, ruang tamu, dapur, Crocell tak dapat menemukan eksistensi adiknya. Pikirannya kalut, hari sudah semakin larut malam namun Crocell tak dapat menemukan sosok kehadiran milik [Name].
Hujan mulai sedikit reda, namun tidak dengan kerasnya petir menggelegar hebat di langit malam. Samar, isak tangis terdengar oleh Crocell. Isak tangis yang berasal dari gudang miliknya.
Tanpa ragu ia membuka gudang itu, menghidupkan lampu. Tampak [Name] tengah gemetar sambil menangis di pojokan. Dengan cekatan Crocell memeluk adik kecilnya, [Name].
[Name] sedikit bernapas lega kakaknya kini sudah pulang dan dapat menenangkan dirinya yang semakin merasa tidak baik-baik saja. Crocell memeluk [Name] tanpa mengeluarkan sepatah kata, hanya memeluk, mengusap buliran bening dari pipi gembul [Name] yang terus mengalir tanpa henti dan menepuk-nepuk pelan surai halus milik adiknya.
Mencengkram erat pada pakaian Crocell, [Name] bergumam pelan, "Aku sangat takut, kak."
Crocell tersenyum kaku, "Aku disini, [Name]. Jangan menangis lagi."
Lightning — END
✦ · · · ──────
H-halo! (´ . .̫ . ').
Aku tau ini krinj banget, kemungkinan besar bakalan aku takedown karena ga pede setengah mati💀.
Akhir-akhir ini perasaanku ga enak, apalagi aku bakalan dikucilkan di kelas karena suatu hal bikin aku gak bisa berpikir apapun untuk oneshot Crocell ini, sehingga hanya ini aja yang bisa aku tumpahkan sebagai cerita itupun bahasa berbelit-belit dan kurang sedikit detail.
Aku memaksakan pakai ide ini walaupun ragu karena aku takut readers menunggu terlalu lama lagi. Dan aku juga sedang berusaha agar bisa terus update.
Mohon maaf ya readers-san!😔🏳️.
[17 Desember 2022]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top