Utsukushi
{ A/N : Fanfiction ini adalah terusan dari cerita Feather Heartache dan di buat secara original untuk ulang tahun Kaoru. Have fun for reading}
Hari ini, pagi ku cukup hancur dan membuat mood ku sangat berantakan. Ya, tidak biasanya aku seperti ini dan ini sangat berbeda dari diriku yang biasanya.
Selain itu, ada rasa sakit yang menusuk hatiku perlahan-lahan. Pasalnya, aku tak mengerti mengapa gadis yang kini resmi menjadi istriku selalu berjalan berduaan dengan pria lain. Ia pun semakin sulit jika ku ajak pergi atau hanya sekedar bercengkrama di sore hari.
-----------------------------------------------------------
UTSUKUSHI
HAKAZE KAORU
(UNDEAD)
-----------------------------------------------------------
"(Name) boleh kah aku bicara sebentar ?" Tanyaku sambil memeluk pinggang istriku dan menaruh kepalaku pada pundaknya. "Hm ?" Jawabnya singkat tanpa melirik sedikitpun ke arahku.
"Boleh ku tahu, mengapa kau selalu pergi dengan pria yang berbeda-beda tiap pagi dan pulang pada malam hari ?" Tanyaku sambil berusaha membuat nada yang tidak menggambarkan suatu amarah. "Hmmmmm, kau sendiri juga sama. Jadi kita imbang" jawab (name) sambil melepas pelukanku dan menyiapkan masakan yang telah ia masak dalam piring saji, lalu menyajikannya di meja makan.
"Itu sarapannya, aku harus pergi sekarang" ucap (name) yang kemudian pergi berlalu dengan langkah yang amat dipercepat hingga ku tak sempat mencegahnya dan memilih untuk menikmati hidangan dalam kesunyian.
Ya, suasana rumah ini memang cukup sunyi. Karena ku dan (name) sepakat untuk tidak memiliki anak terlebih dahulu walaupun kami pernah bermain-main sebelumnya, namun barulah disaat seperti ini ku merasa kesepian.
Dan dibalik kesepian ku, otakku terus berfikir tentang istriku. 'Mengapa ia meninggalkan ku ? Mengapa ia selalu pergi dengan pria lain ? Apa ini salah satu resiko ku sebagai seorang model dan idol ? Atau ini adalah karma ku yang pernah menyakiti perasaannya dulu ?' Pertanyaan itu terus terngiang di kepalaku selama seminggu lebih.
Diriku hanya mampu menghela nafas panjang. Merenung, mengintrospeksi diri tanpa adanya suatu pembicaraan pada orang yang seharusnya bicara bisa membuatku gila. Dan pada akhirnya ku putuskan untuk meninggalkan rumah. Bukan maksudku untuk meninggalkannya lagi, tapi aku hanya butuh udara segar di tempat kerja.
*****
Hari ini jadwal pemotretan hingga tampil sebagai bintang tamu bisa dibilang cukup padat hingga membuatku harus tinggal di lokasi pada larut malam. Namun mau berapa lama ku bekerja, ku terus mengintrospeksi diri.
Seharian ini, ku telah menolak ratusan gadis yang berusaha menggodaku seperti biasa dan itu semua sia-sia karena yang ada dipikiran ku hanya (name) seorang. Walaupun dulunya ku terus tergoda oleh mereka, namun kali ini tidak. Amarah (name) yang utama. Karena hanya ia yang berhasil mengacaukan dunia ku sedari awal kami bertemu.
*****
Kini waktu telah menunjukkan pukul dua belas dini hari. Langkah kakiku terus berjalan hingga tiba didepan rumah yang penuh dengan kesunyian. Kemudian tanganku terulur membuka kenop pintu dan....
Gelap.
Itu hal pertama yang kulihat, kemudian tanganku mulai meraba-raba saklar yang seingatku tak jauh berada dari pintu.
"SELAMAT ULANG TAHUN !!!"
Ucapan itu yang pertama kali kudengar. Ku hanya termenung, dan terkejut melihat pemandangan di hadapanku.
"Ayo sayang, kita kesana dan buka semua hadiahnya" ucap (name) sambil memeluk lenganku dan membawaku ke meja yang terdapat kue ulang tahun serta tumpukan kado yang seperti gunung yang dikelilingi oleh teman lamaku.
"Sekarang berharaplah lalu tiuplah lilinnya" ucap istriku dengan riang dan itu cukup membuatku kembali senang. Selain itu, ku langsung melakukan sesuai dengan arahannya. Kemudian potongan pertama itu kuberikan pada istriku dan yang kedua kuberikan pada ketua unitku.
Saat yang lain sibuk dengan hidangan, (name) langsung memberikanku sebuah kado. Kado yang dibilang cukup sederhana namun sangat istimewa di hatiku.
"Bukalah, tapi aku tak tahu kau suka atau tidak" ucapnya dengan nada yang amat ragu. Ku memberikan senyuman padanya dan mulai membuka kadonya. Kemudian tampaklah sebuah album foto saat kelulusan kami dan saat sampai di tengah buku, terdapat bungkusan kecil yang hampir mirip pembatas buku. Saat ku buka, terdapat sebuah alat yang mirip dengan stabilo dan bergaris biru dua.Wajahku sangat bingung, bahkan berulang kali ku bolak-balik alat itu.
"Sayang, apa kau berkata sesuatu ?" Tanyaku untuk memastikan di tengah-tengah kebingunganku pada alat itu. "Maaf, sepertinya aku melanggar kesepakatan kita dan seharusnya aku juga memakai pengaman" ucap (name) sambil menunduk sedih. Entah sedih atas bahagia atau sedih atas kecewa, akupun tak tahu.
Ku menarik tangannya dan memeluk erat tubuh mungilnya yang kini telah menjadi inang bagi harapanku. "(Name), ini bukanlah kecelakaan dan kau tidak melanggar apapun walaupun kita pernah sepakat untuk menundanya. Tapi inilah yang sangat kuinginkan, seorang anak yang nantinya akan menepis segala kesunyian di rumah ini" bisikku panjang lebar sambil mengeluarkan air mata bahagia.
Bagaimana tidak, ia mengingat hari ulang tahunku dan ia juga yang telah memberiku suatu harapan yang lebih besar lagi. Namun, dengan segera ku melepas pelukannya. "Jadi ini benar dari aku atau pria yang selalu pergi denganmu ?" Ucapku sambil memastikan bahwa apa yang ia katakan atau lakukan bukan suatu kesalahan besar.
(Name) tertawa begitu saja, seakan-akan ia tidak melakukan kesalahan apapun. "Pria itu adalah Hajime Shino, dan kau tahu sendiri jika Shino telah ku anggap sebagai adikku sendiri" ucapnya di tengah-tengah tertawa. Ku hanya bisa diam, bingung, dan lain sebagainya. Karena ku sudah lupa bagaimana wajah adik kelasku yang satu itu.
*****
Pada akhirnya, malam ini berlangsung dengan penuh kebahagiaan. Pesta sederhana yang penuh makna, inilah kehidupanku yang sebenarnya dan inilah kehidupan yang telah lama hilang dari hidupku setelah kepergian ibuku.
Terima kasih, Tuhan. Karena kau telah mengirimkan satu bidadari yang mampu mengembalikan makna dari kehidupanku yang sebenarnya...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top