KIZUNA

"Bulan memang begitu mempesona ya" ucap seorang gadis dengan kimono putih, sedangkan rambutnya dihiasi dengan jepit rambut berwarna merah yang tampak serasi dengan rambut hitamnya. Dan bersamaan dengan hembusan angin, gadis itu menitikkan air mata dengan sebuah kata yang tak mampu ia suarakan membuat pria disebelahnya menatapnya lekat.

"Aa, memang begitu adanya" ucap pria itu dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya.

"Terimakasih"

-----------------------------------------------------------

KIZUNA
TOUKEN RANBU MUSIKAL
(MIKAZUKI MUNECHIKA VER.)

-----------------------------------------------------------


Pagi yang indah ditemani dengan merah muda bunga sakura dan secangkir teh hangat bersama temanku, Ugusuimaru. 'Hahhhh, memang pagi yang indah seperti biasanya' gumamku sambil menyeruput teh hijau.

"Jika aruji berjalan kemari, maka akan..."

"Ah, Kashuu ya" ucapku sambil menatap pedang yang bernama Kashuu Kiyomitsu, pedang tertua di benteng ini. Walaupun aku adalah yang paling tua diantara mereka. Manikku langsung menatap gadis dibelakang pria merah marun itu.

"Aaa, dia adalah (Last Name) (Name). Adik dari aruji-sama. Walaupun begitu, dia akan menjadi penerus aruji-sama pada saatnya" jelas pria yang menyadari arah tatapanku. Gadis itupun langsung membungkukkan badan, "(Last Name) (Name) desu, Yoroshiku Onegaishimasu" ucapnya dengan nada yang amat manis.

"Ha ha ha, Yoroshiku tanomu. Ingin minum teh ?" ucapku sambil mengangkat teko teh kecil dan langsung menuangkan teh dua cangkir untuk dua orang dibelakang Ugusuimaru. "Maa, minum teh sebentar juga tidak ada salahnya. Ayo, aruji " ucap Kashuu yang kemudian disambut dengan anggukan dari gadis disebelahnya.

Kini kami berempat menikmati teh hijau bersama dan dilengkapi dengan keheningan. Beberapa kali mataku mencoba melihat atau mencuri pandang pada gadis disebelah Kashuu. Sungguh, gadis itu sangat indah dan menawan. Itulah kesan pertama saat ku melihatnya pada tatapan pertama.

*****

"Kurasa, macan Gokotai akan senang dengan pemberian aruji" ucap Midare. "Iya, kalau begitu aku merasa sangat senang" sambung Ichigo dengan perasaan yang amat lega. "Um, kuharap begitu. Tapi jika ada yang tidak bagus aku minta maaf" ucap (name) dengan nada ragu-ragu.

Sementara aku hanya memperhatikan mereka dari tempatku minum teh seperti biasa. Mendengarkan para touken danshi berbicara, bermain, membuat keributan adalah rutinitas yang menarik bagiku. Namun, itu berubah setelah adik dari aruji-sama telah satu tahun bersama kami. Rasanya, honmaru terasa sangat tenang atau bahkan lebih tenang dan hangat dari biasanya.

Krincing krincing krincing....

Bel berkumpul telah berbunyi, membuat kami semua beranjak dari tempat dan mulai berkumpul di depan gerbang honmaru.

"Perhatian !!! Sebentar lagi aruji-sama akan berganti. Dan tidak menutup kemungkinan jika para pasukan pengulang sejarah akan kemari untuk mengacau proses pergantian kepemimpinan ini. Aku mengharapkan kerja sama dari kalian semua, jadi...

POSISIKAN DIRI KALIAN DALAM POSISI BERPERANG !!! MENGERTI !!!"

Jelas pria yang merupakan tangan kanan dari aruji-sama, Heshikiri Hasebe. Dan disetujui oleh seluruh touken danshi lalu mereka pun mulai bersiap dengan pakaian perang mereka.

"Apa kau takut, aruji ?" Ucapku pada gadis disampingku yang masih tak percaya akan hal yang ia dengar. "Kakak akan tergantikan, dan mendengar gangguan yang akan datang membuatku... Ah, maaf. Kau juga harus bersiap juga kan, Mikazuki Munechika. Kalau begitu aku akan menemui kakak dahulu" ucapnya yang kemudian berlari secepat yang ia bisa.

"Ha ha ha... Manusia muda memang sulit dimengerti" ucapku sambil berjalan dan bersiap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi pada honmaru ini.

*****

Tiga jam kemudian, pelindung honmaru mulai ditembus satu persatu dan salah satu pedang berhasil membuat pelindung ini hancur. Lalu pedang yang dipenuhi dengan aura hitam mulai berubah menjadi pasukan pengulang sejarah dan mulai menyerang.

Kami para touken danshi mulai menyerang dan mempertahankan keutuhan honmaru, serta mencegah mereka memasuki daerah aruji-sama dan adiknya berada. Namun mau seberapa kuat kami melawan, mereka terus berdatangan seperti tidak ada lelahnya.

"Mikazuki-sama, mereka mulai memasuki ruangan aruji  !!!" Teriak Imanotsurugi sambil menghindari mereka. "Sampai disini kami mohon bantuanmu, Mikazuki Munechika. Hoooraaaaaaaaa !!!!!" Teriak Iwatooshi sambil menahan dan menusuk mereka. "Aku mengerti, kalau begitu aku mohon bantuannya ya, ha ha ha" ucapku sambil membungkuk dan kemudian berlari secepat mungkin, karena dua orang yang berharga bagi honmaru sedang berada di sana.

Setibanya di sana, cahaya sudah menyelimuti aruji serta (name) bersimbah darah. "Oh, sudah memulai ya. Baiklah, kalau begitu orang tua ini akan mulai serius" ucapku sambil menajamkan tatapan dan berkonsentrasi untuk menyerang pasukan yang besarnya tiga kali lipat dariku. "Bagaimana dengan ini ?" Ucapku sambil menebasnya dengan cepat.

Setelahnya, akupun langsung menghampiri tubuh (name) yang telah bersimbah darah dan menggendongnya kehadapan aruji."Aruji ?" Tanyaku sambil menahan rasa sakit dihati. Jujur saja, ku tak begitu dekat dengan gadis ini, tetapi sikap dan senyuman yang ia tunjukkan saat bertemu denganku meninggalkan kesan tersendiri bagi pedang tua sepertiku. Pasalnya, tak banyak manusia yang akan bersikap seperti itu saat melihatku. Mereka tersenyum hanya karena keindahan ku, bukan karena kemampuanku. Hanya aruji dan (name) lah yang mengerti tentang ku, tapi kurasa mereka berdua yang paling mengerti tentang kami, para touken danshi.

"Jangan khawatir, Mikazuki Munechika. Aku akan menyembuhkan adikku, dan memastikan adikku baik-baik saja. Tapi, selanjutnya tolong jaga dia"

Ucapan itu membuatku menatap lekat pada cahaya yang perlahan meredup. Kalimat yang penuh kepastian, kebaikan, dan kehangatan itu membuatku semakin merasa jika aku tidak akan kehilangan lagi. "Orang tua ini akan menjaganya dengan baik, aruji" ucapku sambil sedikit membungkukkan badan, sebagai rasa terima kasih padanya. Setelah itu, cahaya itu menghilang bersamaan dengan sadarnya gadis yang ada dipangkuanku.

*****

"Mikazuki, bisa minta tolong ?" Ucap (name) dengan nada yang sangat memohon. "Apa yang bisa ku bantu, aruji ?" Tanyaku sambil menatap manik hitam manis di hadapanku. "Kalung ini ? Ini untuk apa ya ? Dulu kakak selalu memakai ini tapi tak pernah menjelaskan apapun padaku" ucapnya sambil menunjukkan kalung giok padaku. "Ha ha ha itu adalah tanda bahwa kau seorang saniwa, aruji " jelasku dan semakin disambut dengan tatapan bingung olehnya.

Ya, kini sebulan sudah semenjak insiden itu. Insiden pemberontakan demi membunuh aruji, namun salah satu dari mereka berhasil diberhentikan oleh nyawa gadis disampingku. Setelahnya, ku memohon pada aruji agar ia kembali hidup dan aruji menghidupkannya kembali sebagai saniwa. Sungguh itu adalah hal yang diluar dugaanku, namun sebagai orang tua yang telah berjanji maka akan ku tepati janjiku untuk menjaganya. Setidaknya dengan nyawaku sendiri.

Set...

Pelukan hangat menyapa tubuhku dan membuatku berhenti meminum teh yang berada di tanganku. "Sudah kuduga, kalau Mikazuki nyaman untuk dipeluk" ucapnya yang telah memelukku dari belakang. Entah mengapa saat mendengar perkataannya itu, rasanya ada kepuasan tersendiri selama hidupku dan bibirku mengulas sebuah senyuman bahagia untuk gadis ini. "Ha ha ha tubuh manusia memang selalu nyaman untuk dipeluk, aruji "ucapku dengan senyuman yang belum luntur.

"Hmmm tetap saja. Selain anak tantou, Mikazuki lah yang nyaman untuk dipeluk" elaknya dengan nada manja anak tantou. Mungkin ini adalah efek dari bermain bersama para tantou, itulah yang terlintas dipikiranku.

*****

Hari terus berlalu dan membuatku dengan aruji semakin dekat satu sama lain. Dan terkadang itu membuat tangan kanan aruji marah serta mengomeliku terus menerus. Namun aruji pula senantiasa membelaku dan menenangkan tangan kanannya dengan kesabaran.

Hingga tiba dimana aruji harus melakukan pewarisan lagi. Kali ini pemberontakan yang mereka lakukan lebih besar dari sebelumnya, ditambah lagi dengan banyaknya touken danshi sedang dikirim untuk melakukan tugas dan penyelidikan.

"Mikazuki, aku takut" ucap (name) dengan nada yang sangat gusar. "Ha ha ha tidak apa apa, aruji. Orang tua ini akan bersama aruji hingga saatnya tiba" ucapku sambil menyunggingkan sebuah senyuman.

Tak lama kemudian, ia pun turut memberikan senyuman yang tak kalah indah. "Itulah kenapa aku menyukai bulan" ucapnya sambil menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. "Bulan memang begitu indah ya, Mikazuki" ucapnya sambil menitikkan air mata disertai dengan hembusan angin yang berusaha menghapus air mata itu.

Aku pun tertegun sejenak. "Aaa, memang begitu adanya" ucapku sambil menatap lembut maniknya agar ia tak semakin menangis. Karena melihatnya menangis membuatku semakin tak ingin kehilangan dirinya. Tak lama kemudian secercah cahaya mulai menyelimuti tubuh mungilnya.

"Kau akan bersamaku sampai akhirkan, Mikazuki ?" Ucapnya dengan nada yang amat sedih. "Mikazuki Munechika akan melayani dan berada disisi aruji hingga akhir" ucapku sambil membungkukkan badan.

Braaakkkkk !!!!

"Kau !!!!!!!! Aku sudah menanti ini sedari dulu, kali ini aku takkan gagal untuk membunuhmu saniwa !!!"

Suara yang itu menyeramkan bagi gadis dihadapanku. Aku masih ingat saat ia pertama kali mendengar suara itu saat ia ikut ekspedisi denganku. Ia langsung bersembunyi dibalik kimono milikku dan menyuruh kami untuk membunuh mereka. Namun pada akhirnya ia berhasil melawan rasa takut itu dan mati untuk melindungi kakaknya. Sungguh, manusia memang makhluk yang menarik dan indah.

"Maaf ya, tetapi orang tua ini sudah berjanji untuk melindunginya" ucapku sambil mengeluarkan pedang dari sarungku dan bersiap menyerang. "Mikazuki, mohon bantuannya" ucap (name) dengan cahaya yang semakin kuat. "Serahkan padaku, (name)" ucapku dan berusaha secepat mungkin menghabisi mereka yang berhasil masuk kemari.

Tak butuh waktu lama bagi tenka goken untuk menghabisi pasukan seperti mereka. "Ha ha ha mudah sekali bukan, aruji " ucapku sambil kembali duduk dihadapannya. "Sudah lama kau tidak memanggil namaku, Mikazuki. Dan, aku mencintaimu, Mikazuki Munechika" ucapnya yang kemudian lenyap dalam kilauan cahaya.

*****

Sehari setelahnya, ku masih merasa amat kehilangan. Walaupun kini telah berganti aruji, namun rasanya sangat berbeda. Ia mampu merebut hati semua penghuni honmaru dalam waktu singkat. Dan anehnya, ia malah mengucapkan kata yang sangat sulit untuk ku ucapkan disaat-saat terakhirnya.

Andaikan ia tahu jika itu sangat menyakitkan untukku. Dan tiap kali aku mendengar perkataannya, aku semakin ingin memeluknya disaat terakhirnya dan mengucapkan kata yang telah lama kusimpan untuknya terlebih dahulu. "Terima kasih, (name)" ucapku yang kini tengah berdiri dihadapan pohon sakura yang sangat ia sukai.










Ya, takdir manusia memang sangat membingungkan dan juga indah. Tapi aku masih ingin kembali bersamamu, memelukmu, serta melakukan banyak hal yang seharusnya kita lakukan bersama, aruji-sama. Dan Mikazuki Munechika akan berjanji untuk selalu bersama aruji-sama...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top