GRATEFULL OF ALLIGIANCE
Kerajaan adalah tempat tinggal para anggota kerajaan berada. Disana mereka memiliki kepercayaan dari rakyat biasa untuk memimpin dan membawa mereka pada suasana aman, tentram, dan bahagia. Namun, hal itu justru membuat keluarga kerajaan sendirilah yang membuat diri mereka dalam bahaya jika tidak hati-hati dalam melakukan suatu tindakan.
Dan itulah tugasku untuk menjaga dan mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan keamanan mereka beserta para rakyat. Tsukinaga Leo, itulah namaku. Seorang komandan Knights yang sangat kejam dan telah menguasai seluruh medan, baik melalui pertempuran maupun perundingan bersama dengan tiga orang kesatria bernama Izumi Sena, Sakuma Ritsu, dan Narukami Arashi. Dan juga seorang pemanah yang sangat ku percayai, yaitu Tsukasa suou.
Puaskah ku dengan hal itu ?
Cukupkah kekuatanku sampai disini ?
Bisakah ku melangkah lebih lagi dalam hal lain yang belum pernah ku temui ?
Jawaban yang mudah namun sulit ditemukan
------------------------------------------------------
GRATEFULL OF ALLIGIANCE
KNIGHTS
(TSUKINAGA LEO)
------------------------------------------------------
Hari ini tetap sama seperti hari sebelumnya, berpatroli bersama empat sahabat dengan sistem berpencar demi keamanan rakyat. Melihat penduduk yang santai, tentram dan saling senyum saat berbicara membuat adanya perasaan tenang dalam diriku.
Brukkkk
Seseorang menabrakku dan dengan sigap ku menangkapnya. Dan tampaklah di hadapanku, seorang gadis bergaun lolita dengan jubah gelap menutupi wajahnya.
"Maaf, apa Anda baik-baik saja, nona ?" ucapku dengan hati-hati agar gadis dihadapanku tidak takut ataupun merasa cemas. Dan itu adalah salah satu taktikku jika ada penjahat seorang wanita.
Gadis dihadapanku tak menjawab pertanyaanku dan justru ia menarikku berlari di suatu tempat yang sepi, lalu barulah ia membuka jubahnya. "Sstttttt nanti Anzu bisa tahu ku disini" ucap gadis itu dengan jari telunjuk di bibirnya yang mungil.
Ingin rasanya ku tertawa saat melihatnya bereaksi seperti itu, "Jangan tertawa, Leo-kun !" protesnya. "Tapi putri, bagaimana Anda bisa disini ?"
Gadis dihadapanku tiba-tiba terlihat tidak suka dengan apa yang kukatakan. "Panggil aku dengan nama kecilku, Leo-kun ! Jangan memanggilku dengan gelar itu !!" omelnya. "Baiklah, sesuai dengan perintahmu, Neko" ucapku sembari senyum kecil.
Ya, gadis dihadapanku ini adalah sahabatku sedari kecil, bernama Kurosaki Neko. Seorang putri pewaris tahta kerajaan Van Vonelditch. Ia adalah anak satu satunya dari pernikahan sang raja dengan permaisuri pertamanya yang telah meninggal saat peperangan di dalam perlindungan ayahku. Sayangnya, ayahku juga terbunuh saat mencoba menyelamatkan nyawa sang permaisuri kerajaan itu. Tak lama berselang, sang raja pun menikah lagi dengan seorang putri bermarga Igarashi dan kini mereka di karuniai seorang putri bernama Igarashi Anzu yang kemudian menjadi adik tiri dari Neko.
"Ha ! Ketemu kau kak !"
Hal itu membuatku tertawa, karena gadis di sebelahku bukan terkejut melainkan mendengus sebal dengan ekspresi yang sangat manis. "Kakak, ayo kita kembali ke kerajaan sebelum ibu mengomeli kita" ucap gadis itu.
"Pulanglah duluan, Anzu" ucap Neko dengan nada yang kesal. "Tapi kakak...."
"Suou-kun, ku tahu kau diatas atap rumah ini. Turunlah dan antar Anzu pulang. Jika mereka bertanya tentangku cukup bilang saja jika ku sedang ada urusan sekolah" ucap Neko dengan nada yang sangat dingin dan penuh emosi. Suou pun turun dan melakukan sesuai perintahnya, namun diwajah Anzu terlihat ekspresi yang sangat sedih.
Setelah itu, diriku segera menyusul dan mengikuti kemana Neko pergi. Karena keamanan anggota kerajaan adalah hal utama untukku.
Gadis dihadapanku mulai melambatkan langkahnya dan berjalan disampingku. "Leo-kun, apa mereka sebahagia itu ? Apa ku juga bisa sebahagia mereka saat didalam istana ?" tanyanya saat memperhatikan pasangan suami istri beserta seorang anak yang bercanda tawa meskipun kondisi ekonomi mereka kurang berkecukupan.
Akupun menepuk pelan pundaknya dan membuatnya melihat kearahku yang ada disampingnya. "Ah, tentu saja kau bisa bahagia seperti mereka suatu saat nanti" ucapku sambil menunjukkan senyuman khasku.
Setelah itu kami berjalan-jalan dan berpatroli bersama. Walaupun gadis ini sudah ku larang, namun ku hanya bisa bersabar saat dirinya terus meminta agar dirinya menemaniku.
****
Waktu berlalu begitu cepat hingga tak terasa sang mentari telah kembali ke peraduannya. "Neko, kita harus pulang sebelum Yang Mulia mencarimu" ucapku sambil menggandeng tangannya. Hal ini sudah biasa kulakukan saat sedang berduaan dengannya. Karena, jika suatu saat dia ditarik oleh preman ataupun bandit, ku bisa langsung melindunginya. Memang mirip dengan sepasang kekasih, namun ku tak merasakan apapun dihatiku.
"Tapi Leo-kun... Ku mohon.... Saat di istana nanti... Ku mohon berjanjilah agar selalu bersamaku dan jangan turuti perintah ayahku untuk sementara waktu" ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca dan genggaman tangannya yang semakin erat. Diriku hanya bisa mengiyakan permohonannya sambil menduga-duga maksud dari permohonannya itu.
****
"Neko, kau darimana saja ?"
Suara itu menyambut kepulangan kami ke istana dan gadis ini terlihat mencoba mengabaikan pertanyaan pria paruh baya dihadapannya. "Tsukinaga, terima kasih sudah selalu bersama putriku. Tapi kini sudah saatnya putriku menikah dengan seorang pangeran yang sudah dipilihkan" ucap pria paruh baya itu dengan wibawanya.
Tiba-tiba, perasaan aneh muncul dihatiku. Perasaan sakit dan tidak suka muncul perlahan-lahan. Namun, perasaan itu sedikit sirna saat gadis itu kembali menggenggam tanganku erat.
"Yang Mulia, saya hanya ingin menikah dengan pria yang saya cintai. Tidak peduli pria itu dari kalangan bangsawan ataupun rakyat biasa, saya akan tetap mempertahankannya" ucap gadis itu dengan tidak kalah tegas. Dan diriku baru sadar jika sahabatku sendiri seperti sedang mencoba membelaku dihadapan raja.
"Leo-kun, ayo ke kamarku" ucapnya. "Tsukinaga, kembalilah ke kantormu. Ini perintah !" sahut sang raja dengan sedikit amarah yang memuncak. "Maaf ayah, tapi Tsukinaga Leo telah berjanji untuk menuruti diriku" balas gadis itu.
****
Sesampainya di kamar, gadis itu langsung membanting diri di kasur dan menangis. Diriku hanya terpaku melihat sisi lain dari gadis yang telah lama ku kenal.
Sosok yang manis, baik, ramah, murah senyum, dan dibalut dengan paras yang cantik. Cukup membuatnya menjadi bidadari bagi kerajaan ini, namun sisi itu yang tidak pernah ku ketahui.
"Leo-kun... Apa tidak bisa... Apa tidak bisa ayah mendengarkan keinginanku" isaknya. Diriku pun mendekat dan duduk disamping ranjangnya, lalu mengelus surainya. Seperti masa kecil kami dulu, ku harus bisa menenangkannya dan menghentikan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya yang indah.
Tertawa, itulah yang ku tunjukkan padanya. Gadis itupun menoleh ke arahku dengan mata yang sedikit sembab.
"Leo-kun, itu tidak lucu sama sekali !" ucapnya dengan sedikit terisak dan memukul pelan pahaku. "Maaf putri yang cantik, ekspresimu itu yang membuatku ingin tertawa terus menerus" ucapku sambil tak berhenti tertawa.
Alhasil, gadis itu pun melirikku dengan mulut manyunnya berubah menjadi senyum yang perlahan-lahan mengembang dibibir mungilnya. "Sudah, jangan tertawa" ucapnya sambil sedikit tertawa.
Gadis itupun menarik tanganku untuk berbaring di sebelahnya, dan anehnya diriku pun tidak menolak sedikitpun. Setelah itu, gadis itu berbaring di dadaku dan sedikit mencengkram seragamku yang menandakan jika dirinya sangat hancur atas pernyataan ayahnya.
Diriku tak tinggal diam, ku membalasnya dengan pelukan dan mengelus surainya. "Leo-kun... Bisakah kita bersama dengan ikatan yang lebih dari sahabat ?" ucapnya yang terdengar seperti menahan tangis. Ku terdiam sementara mendengar pertanyaannya.
"Leo-kun..."
"Ku yakin kita bisa melakukannya, karena melihatmu tersenyum membuat hatiku tenang" ucapku sambil terus mengelus surainya. Gadis itupun melepas pelukanku, menangkup wajahku dengan kedua tangannya yang selembut sutra dan menatapku lekat dengan mata permatanya.
"Berjanjilah padaku" lirihnya. Diriku pun menyentuh dagunya dan mencium gadis itu dengan lembut. "Ku berjanji padamu" balasku.
Gadis dihadapanku telah berubah menjadi tenang, dan ia kembali membenamkan wajahnya di dadaku. Tangannya memelukku erat, dan ku membalas semua perlakuannya hingga tanpa sadar kami melakukan hubungan terlarang yang seharusnya tidak kami lakukan.
*****
"Kakak !!! Bangun !!!!"
Teriakan itu terus menerus terdengar dari balik pintu dan di sambut dengan suara riuh lainnya. Diriku pun melihat ke jendela, secara tak langsung kerajaan telah di serang selama ku lengah.
Tanpa berpikir panjang, diriku pun membangunkan gadis di sampingku untuk segera memakai pakaiannya dan menyuruhnya untuk pergi dari kerajaan secepatnya. Dibalik pintu, Tsukasa dan adik tiri Neko telah menunggu.
"Kakak !!!"
Tangis ketakutan dari gadis kecil itu yang pertama kali ku dengar, dan dengan segera gadis di sebelahku memeluknya. "Dimana ayah, Anzu ?" tanyanya pertama kali.
Gadis kecil itupun menjawab dengan tangisan tak henti. "Ibu membunuhnya.. Kata ibu.... Karena ibu ingin menjadi penguasa". Tentu saja itu membuatku, Tsukasa, dan Neko terkejut mendengarnya.
"Neko, pergilah bersama adikmu ke tempat aman dan bersembunyilah selama yang kau bisa. Lalu, Tsukasa perintahkan pasukanmu untuk segera berdiri pada titik terlemah benteng ini. Dan beritahu Arashi, Sena, dan Ritsu jika sudah tidak bisa bertahan untuk segera melarikan diri dengan jalur yang pernah kita buat" perintahku. "Laksanakan !" jawab Tsukasa dengan gagah dan langsung pergi untuk melaksanakan perintahku.
"Leo-kun..."
Akupun berbalik menghadap gadis dibelakangku.
"Pergilah, selamatkan nyawamu, nyawa adikmu dan nyawa seseorang yang akan hadir" ucapku dengan senyum yang terukir pada bibirku. Gadis itupun seperti mengerti apa yang ku katakan padanya, "Berjanjilah untuk tidak mati di medan ini, Leo-kun" ucapnya dengan mata yang sangat berharap padaku.
"Tentu ku tidak akan kalah, karena diriku adalah KNIGHTS milikmu" ucapku dengan bahagia dan mulai mengayunkan pedang untuk membuka jalan agar dua putri raja bisa menyelamatkan nyawa mereka.
****
Pertarungan berlangsung hingga tiga jam lamanya dan disaat terakhir ku berhasil membunuh sang ratu atau sang pengkhianat. Ya, kata itulah yang sangat cocok untuk ratu yang mengkhianati rajanya demi kepentingannya sendiri.
Namun sayang, setelah itu ku lengah dan membiarkan salah satu pasukan lawan menusukkan pedangnya pada perutku. Namun, ku tak bisa diam. Setelah ia mencabut pedangnya, barulah ku membalasnya dengan menikam jantungnya.
"Tak ku duga ku akan lengah"
Ucapku di sela-sela mayat musuh yang sudah bermandikan darah. Sayangnya, tubuhku tak mampu menopang luka itu dan membuatku ambruk.
"Komandan !"
Suara yang ku dengar itu, siapa lagi jika bukan sang pemanah yang sangat suka protes dengan pemikiranku. "Komandan, bertahanlah !" ucapnya sambil mengalungkan tanganku di bahunya dan membantuku berjalan dengan tertatih-tatih.
Setelah keluar dari kerajaan, para prajurit kesayanganku menyambut dengan luka yang lebih ringan dari diriku. Dan sisi itulah yang membuatku tenang.
Tsukasa membawaku ke tenda perawatan medis agar mereka bisa langsung menghentikan pendarahan yang terjadi padaku. Belum sempat ku menanyakan kabar gadis yang ku sayangi, tubuhku sudah kehilangan kesadaran.
*****
Diriku sudah tidak tahu sudah berapa lama dalam tenda ini, namun satu hal yang ku ketahui adalah diriku sudah berada di suatu tempat yang putih bersih dan diriku dapat mendengar isakan tangis dari seseorang yang ku kenal.
"Kumohon... Leo-kun jangan pergi ! Jangan tinggalkan ku sendiri !!! Leo-kun !!!!!"
Isakan itu semakin keras dan membuatku sadar, jika pendarahan yang terjadi padaku sudah berlangsung cukup lama dan membuatku kehilangan banyak darah. Ya, lebih tepatnya ku telah mengingkari janjiku dan meninggalkannya begitu saja.
"Putri, bersabarlah"
Ucapan itu terus menerus terdengar dan membuatku merasa bersalah padanya. Meninggalkannya merupakan suatu hal terberat yang pernah ku lakukan.
****
"Leo-kun, kau kah itu ?"
Nada yang indah menyapa pendengaranku. Diriku pun berbalik menghadapnya.
"Neko" panggilku dengan senyuman yang mengukir wajahku. Gadis itupun langsung memelukku erat dan menangis, menumpahkan kesedihan yang ia rasakan padaku.
"Maaf" ucapku lirih dan disambut dengan omelan dari gadis itu. "Leo-kun, mengapa kau meninggalkanku ! Kau sudah berjanji takkan meninggalkanku sendiri !" omelnya.
"Maaf sayang, ku sudah menjalankan tugas sebagai KNIGHTS kesayanganmu dan sekarang terimalah pengabdianku ini. Karena keamanan, senyuman, dan kebahagiaanmu adalah hal utama untukku" ucapku sambil mengelus lembut surainya. Gadis itu hanya terdiam mendengar perkataanku, namun ku tahu jika hatinya sangat sulit untuk menerima kenyataan.
"Ku ingin selalu mendengar kata itu darimu... Leo-kun" lirihnya. Namun apa daya, ku sudah tidak memiliki tubuh lagi dan perlahan-lahan menghilang. "Jagalah hal yang ku titipkan padamu, sayang. Karena ku selalu memperhatikanmu dari sana" ucapku yang menghilang seperti debu tertiup oleh angin. Meninggalkan gadis yang kucintai seorang diri.
******
Perlahan namun pasti, diriku dapat merasakan kehangatan melalui tanganku yang digenggam oleh seseorang. Diriku perlahan mencoba membuka mata untuk mengetahui siapa orang itu.
"Leo-kun !"
Kata yang tak asing menyapa pendengaranku.
"Tabib ! Tabib ! Periksa dia ! Cepat !"
Sebuah titah yang terdengar tergesa-gesa. Diriku cukup bingung akan kondisi yang terjadi. Dan saat diriku berhasil membuka mata, lalu disambut dengan dua orang tabib yang telah selesai memeriksaku.
"Ugh..."
Ku dapat merasakan rasa yang amat sakit di perutku. Dan yang benar saja, tubuh bagian atas ku penuh dengan perban terutama bagian perut.
Saat ku melihat ke samping, dapat ku lihat sang tuan putri kecil sedang tertidur dengan pulas diatas kursi dan berselimut kain perang. Diriku hanya bisa tersenyum dan merasa bersalah karena telah lengah dalam melindungi kerajaan ini.
"Leo-kun !!!"
Suara itu menyapa pendengaranku yang kedua kalinya dan mendapati sosok gadis yang kucintai. Ku sempat menduga-duga jika ini hanyalah mimpi semata, karena ku merasa jika tubuhku sudah tak sanggup menahan luka ini.
"Syukurlah kau selamat, Leo-kun!" ucapnya sembari menggenggam erat tanganku dan menitikkan air mata. "Maaf" lirihku. Gadis itu hanya bergeleng dan menghapus airmatanya, berusaha merubah kesedihan menjadi senyuman.
"Tidak perlu, Leo-kun... Tidak perlu meminta maaf. Bagiku, kau selamat itu sudah cukup untukku" tukasnya. Mungkin itu cukup menenangkan untuk orang yang kucintai, namun hal ini cukup membuatku gagal menjadi pelindung kerajaan ini.
"Leo-kun ! Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi sudahlah. Yang lalu biarkan berlalu, karena setidaknya sang pewaris tahta sudah selamat dan sekarang kita akan memulai semuanya dari awal"
Ucapan itu mengintruksi ku yang ingin mengucapkan sepatah kata, siapa lagi kalau bukan sang tangan kananku, Izumi Sena. "Ya, itu benar, komandan. Selama masih ada pewaris tahta, bukan berarti kita gagal untuk menyelamatkan kerajaan ini" sambung Suou.
"Sekarang tuan putri makan dulu ya, komandan akan kami urus sementara waktu. Percayalah pada kami ya, karena calon anak itu juga memerlukan asupan makanan yang cukup" ucap Arashi yang layaknya seorang ibu cukup membuatku sedikit bingung hingga akhirnya ku menyadari apa yang terjadi.
Diriku pun tertawa walaupun itu memancing rasa sakit yang luar biasa di perutku. "Leo-kun ! Jangan tertawa dulu, nanti lukamu terbuka lagi !" omelnya yang sudah lama tak ku terdengar. "Kurasa ini efek dari tertidur selama tiga hari, tuan putri" tukas Arashi.
"Hey Neko, sekarang ku sudah menepati janjiku sebagai Knights milikmu bukan ?" ucapku seraya tersenyum dan membuat gadis dihadapanku semerah tomat matang yang baru saja dipetik dari kebun. Sebuah anggukan kecil dari gadis itu menjadi salah satu jawabannya dan membuatku sedikit lega.
"Dengan ini... Dan setelah ku berhasil membangun kerajaan ini lagi..."
"Kita akan menikah" potongku dengan senyuman yang tak luntur dari wajahku, walaupun perutku sudah sangat sakit untuk saat ini. Tapi itu tak jadi masalah selama ku bisa melihat gadis yang kucintai dan ku hormati tersenyum seperti biasa.
"Dan kami akan selalu mengabdi untuk kerajaan ini disisi Anda, raja" ucap Sena sembari memberi hormat padaku yang kemudian disusul oleh Ritsu, Arashi dan Suou. "Jangan seformal itu. Lagipula, diriku tetap komandan untuk kalian" elakku, walaupun diriku sangat suka dipanggil demikian. Namun, siapa yang tega melakukannya pada sahabat seperjuangan sendiri.
*****
Setelah kami berhasil kembali membangun kerajaan, dan kini tiba saatnya untuk hari bahagia yang kami tunggu. Ya, apalagi kalau bukan hari pernikahan kami. Hari itu adalah hari dimana ku sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan dihatiku dan juga sebagai pelindung sang putri sekaligus kerajaan.
Setelah mengucapkan sumpah setia dihadapan penghulu, kini kami resmi menjadi sepasang suami istri dan tak lupa statusku pun berubah. Namun hati dan jiwaku tetap sama, hati dan jiwa seorang ksatria akan kugunakan untuk melindungi kerajaan ini dan tak lupa sebuah senyuman yang selalu terukir di wajah permaisuri yang sangat kucintai.
'Keajaiban yang datang padaku, tak akan kusia-siakan. Kan ku pertaruhkan segalanya untuk selalu melihatmu seperti ini, dan mimpi yang datang padaku... Akan ku jadikan sebuah pelajaran agar ku selalu waspada pada semua lawan dan kawan yang sewaktu waktu bisa merusak senyuman yang mententramkan hati'
"Leo-kun, mau sampai kapan kau di balkon ? Nanti bisa-bisa kau sakit"
Ucapan itu membuyarkan lamunanku dan membuatku menatap sumber suara itu. Tangannya yang sehalus sutra melingkar di lenganku.
"Kau juga, belum tidur" balasku. "Bagaimana ku bisa tidur jika kau terus menerus disini, Leo-kun ! Ah maksudku Yang Mulia" omel permaisuri ku.
"Panggil saja seperti biasa, Neko. Dan baiklah, ayo kita tidur. Nanti kasihan anak kita" ucapku sambil melepas tangannya dan merubah posisi menjadi merangkulnya.
"Hanya kasihan pada anak kita ? Padaku tidak ?" ucapnya dengan sikap manja. "Sudah satu paket, bukan ?" jawabku sambil tertawa, sementara ia kesal dan memukuli diriku pelan.
Terima kasih, Tuhan
Engkau masih memberiku kesempatan ini...
Ku akan menjaga keajaiban ini dengan sungguh-sungguh
Dan juga, ini akan menjadi tantangan tersendiri bagiku
Tantangan seorang Knights yang dibalut oleh gelar raja untuk membuat semua orang yang kucintai merasa bahagia dan aman hingga nafas terakhirku
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top