Feather Heartache
"Ini tidak bagus, ku tidak menerimanya. Apapun yang terjadi, ku tetap memutuskan untuk memilih dia" tentangku pada seorang pria tua dihadapanku dan ia pun membalas dengan tatapan yang amat ku mengerti. Amarah yang terpendam, ku tak peduli hal itu. Pergi, pergi menuju tempat yang seharusnya itulah yang ada dipikiranku.
------------------------------------------------------
FEATHER HEARTACHE
UNDEAD
(HAKAZE KAORU)
------------------------------------------------------
"Kaoru-san, latihan akan segera dimulai! Cepatlah ke ruang latihan" pinta seorang gadis pindahan dengan nada yang amat memohon. "Tidak mau, lagipula untuk apa latihan. Lebih baik menemui para gadis di toko hewan" jawabku dan mulai melenggang pergi darinya, namun langkahku tertahan pada sebuah tangan yang melingkar dilenganku.
"Kaoru-san, tidak ada alasan untuk hari ini !!!" tegasnya dan iapun mulai menarikku ke tempat yang tidak kusukai. Mau tidak mau, ku harus mau. Jika melawan, kasihan kupu-kupu kecil ini yang sudah bersusah payah datang menemuiku.
Sesampainya ditempat itu, ia langsung melepas tangannya dan membiarkanku latihan bersama unitku yang tidak jelas ini. Namun, sesekali ku memperhatikan kearahnya yang sedang memperhatikan kami latihan dan sesekali ia bercanda dengan si kembar membuat hal aneh menggelitik hatiku yang membuatku tersenyum kecil.
*****
Setelah lima jam latihan tanpa henti, diriku, Koga, dan Adonis langsung jatuh dengan nafas terengah engah. Saat ini mataku rasanya sangat berat dan terasa seperti detik detik pencabutan nyawa.
"Otsukare sama "
Sebuah minuman isotonik dingin muncul bersamaan dengan suara imut si kupu-kupu kecil, lengkap dengan sebuah senyuman lembut yang membuat detak jantungku semakin berbeda. Tanganku pun terulur dan menerima minuman itu. Setelahnya diriku langsumg duduk bersandar dan meminumnya secara perlahan, hal ini juga dilakukan pada dua rekanku lainnya.
Dan sesudah membagikannya, gadis itupun duduk disebelahku dengan gelagat yang ingin mengatakan sesuatu padaku.
"Kaoru-san"
"Nanda ? "
"DDD semakin dekat, kumohon latihanlah seperti ini terus" pintanya untuk kedua kalinya. Namun kali ini sungguh berbeda, permintaannya ini demi kemenangan unit kami. Walaupun ia adalah seorang produser yang dimiliki oleh semua unit di sekolah ini, ia masih sempat membagi kasih sayang yang seimbang pada unit lainnya juga.
Diriku merasa iba pada perjuangannya, dan diriku pun mengiyakan permintaannya. Walaupun ku belum tahu jika esok ku bisa melakukannya lagi.
*****
"Tadaima... "
Lagi-lagi ku pulang dengan kondisi rumah yang sepi. Kakiku langsung beranjak pada tempat yang menjadi tempatku beristirahat. Namun, saat kubuka pintu, pria tua sudah menyambutku disana.
"Kaoru, ayah ingin kau menyetujui hal ini"
"Hal apa ?"
"Pertunanganmu dengan anak semata wayang dari keluarga Watanabe" ucapnya dengan sangat serius.
"Ku setuju ataupun tidak, ayah akan tetap melakukannya. Jadi, lakukan saja apa yang ayah inginkan" ucapku cepat sambil mengambil jaket kulitku dan kunci motor, dan dengan segera ku melangkah ke suatu tempat yang dapat menenangkanku yang tentunya ada banyak gadis disana.
Selama perjalanan, pikiranku masih berada pada apa yang dikatakan oleh ayah. Jujur saja, ku ingin lepas dari jeratan pria tua itu. Namun, ku masih bimbang... Dengan cara apa ku harus melawan dan melepaskan jeratannya. Sebagai orang tua, ia tak pernah mendengarkan apa yang kuinginkan dan pendapatku. Sekalipun ia meminta pendapatku, pada akhirnya ia tetap memaksakan kehendaknya sendiri.
Tapi disisi lain, sepintas otakku mengingat sebuah senyuman tulus dari kupu-kupu kecil. Mataku mengedip beberapa kali sambil memakirkan kendaraan tepat di depan tempat yang kutuju.
*****
Setelah semalaman menghabiskan malam dengan menggoda para gadis, kini ku harus menuruti permintaan dari kupu-kupu kecil yang perlahan mengusik pikiranku. Dan saat ku datang sedikit terlambat, ia tetap menyambutku dengan sebuah senyuman yang membuat hatiku merasa tak pantas mendapat senyuman itu.
"Saa, mari kita mulai latihannya" ucap sang ketua yang mulai bangkit dari peti kesayangannya itu. Dan kamipun memulai latihan lagi.
*****
Hal tersebut terus menerus dilakukan hingga DDD tiba. Namun sayang, unitku gagal pada semifinal.
"Otsukare "
Ucapan itu sedikit membuat rasa kecewa atas kekalahan itu sedikit mereda. Sosok kupu-kupu kecil itu mulai memasuki ruangan kami.
"Mau camilan, (L/N) ?" tawar Adonis dengan lembut. "Boleh boleh" balasnya dan dengan segera ia mengambil beberapa manisan dan menikmatinya. Itu membuatku melupakan masalahku saat ini.
"(Y/N)-chan, apa kau lupa sesuatu ?" tanya Rei dengan nada yang jelas bahwa mereka sebelumnya merencanakan sesuatu. Sang kupu-kupu kecil pun tersedak mendengarnya, dan dengan segera Adonis memberinya minuman lalu iapun meminumnya hingga tidak batuk lagi.
"Anoo... Kaoru-san, maaf jika ini sedikit bertentangan dengan situasi yang ada tapi..."
Jelasnya dengan menggantungkan apa yang ia katakan.
"Tapi... Maukah Kaoru-san menjadi kekasihku ?" ucapnya yang membuat hatiku tertikam ribuan pisau. "Oi ! Kenapa kau diam saja ! Daripada kau sibuk menggoda wanita sana sini, hargai perasaannya !!" bentak adik kelas yang tidak tahu aturan.
Mau tak mau ku harus menjawabnya, walaupun ku tahu jika itu akan membuanya sakit hati,"Gomennasai boku no chouchou, kusudah memiliki tunangan"
"S..souka.. " ucapnya lirih dengan tampang yang menahan air mata. "Semoga bahagia ya, Kaoru-san" sambungnya dengan senyuman yang cukup mengiris hatiku.
Lalu suara walky talky membuatnya mengeluarkan ekspresi yang berbeda, dapat ku dengar jika itu adalah panggilannya sebagai produser untuk kembali hadir dalam final DDD. "Tsumimasen, k..ku ada tugas" ucapnya dengan sedikit membungkuk dan segera pergi dari tempat ini.
"Oi !! Ku tak percaya kau bisa menolak SEORANG GADIS SEPERTI DIA !!!"
"Wanko-chan, jangan berteriak seperti itu. Tenanglah saja, apa yang akan terjadi selanjutnya akan berbeda"
Ucapan ketua dan adik kelas tak tahu aturan ini membuatku hanya berdiam diri. Dan kini, untuk pertama kalinya diriku dibuat dalam ambang kesalahan dan penyesalan yang sangat berat.
*****
Hari terus berlalu, namun ku tak bisa berhenti mencurahkan seluruh perhatianku pada gadis yang kutolak. Berulang kali ku mengabaikan kelakuanku yang terus menerus menggoda wanita hanya untuk kupu-kupu kecil yang suci.
Ia bersikap biasa saja disebelahku, seakan-akan ia telah melupakan hal yang terjadi sebelumnya. Kutahu itu sangat menyakitkan untuknya, tapi maafkan aku, kuharus melakukannya untuk kebaikannya atau lebih tepat kebaikan kita.
Pulang sekolah ini, ku ingin ketempat yang sama. Namun, saat sampai ditempat itu dan memakirkan kendaraan, "Kaoru...san...."
Diriku dengan cepat menoleh pada suara itu, dan tiga gadis berpakaian minim datang disampingku. Kupu-kupu kecil yang ku tatap masih dalam kondisi tak percaya atas apa yang ia lihat.
"Dia siapa, Kaoru ?
"Oh, apa dia temanmu ?"
"Sama sekali tidak menarik, tidak seksi, membosankan"
Ucap tiga gadis disampingku ini. Sementara sang kupu-kupu kecil menitikkan airmatanya sambil berbicara dengan suara yang tak dapat kudengar, setelahnya ia berlari meninggalkanku.
"(Y/N) !!!!"
Kakiku pun mulai tergerak mengejarnya, meninggalkan tiga gadis minim itu. Saat ini yang ada dipikiranku adalah dirinya, hanya dirinya seorang.
Namun sayang, diriku kehilangan jejaknya. Penyesalanku kali ini cukup membuatku jatuh kedalam jurang. Diriku kembali ketempat semula untuk mengambil motor, dengan mengabaikan tiga gadis itu, ku melaju dengan kecepatan penuh hingga tiba disebuah makam seorang wanita yang memiliki marga yang sama denganku dan ayah.
Sebuket bunga ku letakkan tepat didepan nisannya.
"Kaa-san genki desuka ? "
"Kaa-san, ku ingin bercerita atas kebimbanganku. Jika kaa-san masih hidup, hanya okaa-san yang dapat membantuku"
"Ayah mempertunangkanku untuk suatu urusan bisnis, jika pun ku menolak, ayah tetap akan meneruskan pilihannya itu"
"Dan disisi lain, hatiku ingin memiliki sebuah kupu-kupu kecil yang selalu ada bersamaku dan menganggap tak terjadi apapun walaupun ku sudah membuatnya menangis. Okaa-san, ku sangat tak ingin melihat airmata darinya"
*****
Tepat tiga tahun setelah kelulusan, mereka telah merencanakan pesta pernikahan yang tak jelas arahnya. Undangan telah disebar diseluruh tempat, terutama teman masa sekolahku. Diriku tak mempedulikan hal itu, pikiranku hanya teralihkan pada kupu-kupu kecil yang menghilang setelah kelulusan namun selalu hadir saat ku berada pada arus kehidupan yang salah.
Keesokan harinya, pernak pernik pernikahan telah berjajar rapi dan para tamu undangan telah hadir di gedung mewah bertemakan negeri dongeng. Namun, saat menunggu sang calon tunangan yang tak ku kenal datang, mataku mencari keberadaan kupu-kupu kecil.
Tak lama kemudian, sang pengantin wanita tiba dan kami mulai mengikat janji.
"Hakaze Kaoru, apa kau menerima Watanabe Mika sebagai istrimu ?"
"Tidak. Aku tidak menerimanya" jawabku tegas dan disambut dengan suara para tamu undangan yang terkejut serta kebingungan dan juga berbisik tentang hal yang tidak mengenakkan. Diriku menutup telinga atas ucapan mereka dan melangkah serta meraih tangan kecil seorang gadis bergaun merah muda dengan pita dipinggangnya.
"Aku mencintainya dan dialah yang pantas menjadi teman sekaligus pendamping hidupku" jawabku tegas dengan menatap yakin pada keluarga Watanabe dan juga keluargaku. Ku tetap tak mempedulikan bisikan para tamu undangan serta raut amarah dari kedua keluarga.
"Kaoru-san..."
"(Y/N), akhirnya ku menemukanmu" ucapku dan memeluknya erat setelah suara lirih yang kurindukan memanggil namaku. Dan dapat kurasakan jika tangan mungilnya membalas pelukanku secara perlahan.
"Ini penipuan !!!"
Diriku melepas pelukan, menggenggam erat tangannya dan melindunginya dibalik tubuhku. "Bukankah yang merupakan penipuan adalah keluarga kita berdua. Menikah atas dasar bisnis" belaku dengan nada sedikit sinis namun tetap tenang.
"KAORU !!!!"
"Nanda tou-san ? Ini pilihanku, dan ini pendapatku"
"Menikah dengan gadis rendahan seperti dia..."
"Nanda ? Dulu kaa-san juga seperti gadis ini bukan, tou-san. Dan ku masih ingat ajaran okaa-san untuk selalu mengikuti kata hatiku dan inilah pilihanku. Walaupun tou-san menolak, ku tetap akan menikahinya tanpa restu tou-san "
Diriku langsung menariknya keluar gedung pernikahan ini dengan langkah cepat dan setelahnya diriku langsung mengendarai kendaraanku bersamanya ke tempat kesukaannya untuk mencari sebuah privasi. Sesampainya disana, raut wajah kupu-kupu kecil sangat ketakutan.
Tanganku pun mengelus surainya pelan. "Maaf atas penolakanku dulu, (Y/N)" ucapku sambil memandang kota dari atas bukit yang telah dijadikan tempat wisata dan privasi bagi beberapa orang.
Kupu-kupu kecil masih terdiam dan sesekali menghapus air matanya. Tanganku pun menarik dagunya pelan dan menatap matanya dalam.
"Akan kutebus semua kesalahanku yang membuatmu sakit hati, karena hanya kau yang bisa bahkan boleh untuk menikahiku" jelasku sambil mengelus pipinya yang dingin tertiup hembusan angin. "Kaoru-san... Kurasa itu mustahil" jawabnya dengan air mata yang mengalir.
Kutak ingin melihatnya menangis. Ku tak ingin melihatnya tersakiti lagi. Sekejam itukah dunia ini padamu, boku no chouchou.
Dan sepintas ide gila ada dipikiranku, "(Y/N), esok kita akan melangsungkan pernikahan kita". Namun ku mendapat tatapan tajam darinya.
"Tanpa restu orang tuamu, ku tidak bisa, Kaoru-san..." tolaknya, namun ku tetap tak bisa hanya diam dan menuruti apa yang ia inginkan. Saat ini keegoisan mengusai diriku. Penebusan kesalahanku harus kulakukan.
"(Y/N), kita bisa urus itu nanti. Yang terpenting adalah... Kita bisa bersama... selamanya" jelasku dan ku langsung mencuri ciuman pertamanya untuk meyakinkan jika ku sangat bersungguh-sungguh atas apa yang ku ucapkan.
*****
Keesokan harinya, sesuai dengan rencana, ku tetap menikahinya walaupun hanya dihadiri oleh teman semasa kami sekolah dan keluarga dari kupu-kupu kecil ini. Pernikahan ini digelar lebih sederhana dari pernikahan yang ku gagalkan.
Dan ya, ku tidak menyesal sedikitpun atas pembatalan pernikahan itu. Justru ku senang bisa menikah dengan wanita pilihanku walaupun keluargaku masih menentangnya. Kupu-kupu kecil ini tetap bersabar menghadapinya.
'Maafkan aku yang mengambil keputusan sepihak ini, (Y/N)'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top