4. Snow White

Musim dingin adalah hal yang paling dibenci oleh Bokuto Koutarou.

Udara dingin mengharuskannya memakai pakaian tebal, membuatnya susah bergerak. Bokuto tak suka jika pergerakannya dibatasi.

Juga salju yang menumpuk di jalanan. Membuatnya susah melangkah dan tergelincir karena saking licinnya.

Selain itu, musim dingin juga membawa penyakit, mengharuskannya berhati-hati. Apa jadinya seorang ace nasional tergeletak tak berdaya di atas kasur karena dikalahkan oleh flu musim dingin? Bokuto tidak ingin hal itu sampai terjadi. Ia sangat membenci yang namanya sakit, apalagi sakit flu. Hidung tersumbat, tenggorokan sakit, dan tubuh terkulai lemas. Ugh membayangkannya saja sudah tak ingin, apalagi mengalaminya.

Bokuto selalu terheran-heran dengan orang-orang yang bersorak kala salju turun. Padahal bukan sesuatu yang spesial, biasa saja seperti rintikan hujan. Tapi, salju yang turun lebih menyebalkan ketimbang hujan biasa. Mengotori rambut dan pakaian. Lebih baik pakaian basah daripada pakaian kotor oleh butiran salju. Menurut Bokuto.

Hampir selama 16 tahun Bokuto menyatakan ketidaksukaannya akan musim dingin. Namun, di musim dingin ketujuhbelasnya ini ada yang berbeda.

Ketika perjalanan pulang, dalam langkahnya yang terseok di antara tumpukan salju, Bokuto menemukannya.

Beberapa meter di depannya, ada seorang gadis yang sedang berlutut di depan seorang anak kecil. Seperti sedang memasangkan plester luka ke kaki si anak.

Gadis itu bersurai putih, hampir menyamai putihnya salju, jatuh anggun lurus sepinggang. Syal berwarna biru langit melingkari lehernya. Mengenakan mantel berwarna abu-abu dan stocking menutupi kaki jenjangnya. Dari rok yang dikenakan, Bokuto dapat mengenalinya sebagai seragam sekolahnya.

Dari samping, gadis itu tampak tersenyum. Berusaha menenangkan si anak kecil. Bokuto terperangah. Walau melihat dari samping, Bokuto tahu senyuman itu tampak begitu lembut.

Si gadis tampaknya telah selesai memasang plester luka. Si anak kecil membungkuk ke arah si gadis lalu berlari menuju ke arah Bokuto.

Pemuda itu pun mengerjap, menatap sekilas si anak kecil yang berlari pelan melewatinya. Lalu, pandangan mereka pun bertemu.

Jarak mereka memang terbentang beberapa meter. Tapi, Bokuto tahu bahwa iris hijau mint yang menatapnya penuh kegugupan itu tampak begitu meneduhkan dan Bokuto terpana.

Satu kali bungkukkan disertai senyuman. Lalu, gadis itu pun berbalik, melangkah menjauh. Meninggalkan Bokuto yang masih terpana akan manisnya wajah si gadis tadi.

****

Keesokannya, Bokuto pun mencarinya dan ia menemukannya. Surai putih itu diikat ponytail dan iris hijau mint masih sama teduhnya. Seragam wanita Akademi Fukurodani melekat di tubuhnya dengan dasi panjang seperti seragam laki-laki dan stocking hitam menutupi kaki jenjangnya.

Gadis itu tampak mengeluarkan ekspresi dingin. Namun, Bokuto tahu bahwa itu hanya tampak di luarnya saja. Sikap lembutnya terhadap anak kecil kemarin dan senyuman manis yang ditujukan untuknya sebagai bukti bahwa gadis itu tidak sedingin luarnya.

Bokuto belum tahu namanya. Yang pemuda itu tahu bahwa si gadis merupakan manajer dari klub sepak bola.

Rasa penasaran yang menyergapnya membuat Bokuto diam-diam mengawasi si gadis di sekolah jika berpapasan atau masuk dalam jangkauan pandangannya. Hal ini pun lama-lama diketahui oleh adik kelas kesayangan, Akaashi Keiji.

"Bokuto-san dari tadi menatap ke arah Takahara-san terus, ada masalah dengannya?"

Bokuto langsung menoleh, wajahnya tampak terkejut.

"Eh, kau mengenalnya, Akaashi? Siapa namanya tadi? Dia manajer klub sepak bola kan?"

"Iya, Takahara Aiza-san. Apa Bokuto-san punya masalah dengannya hingga terus-menerus menatapnya seperti itu?"

"Ti-Tidak! Aku tidak ada masalah dengannya. Ya, tidak ada!"

Tidak ada apa-apa dari Bokuto biasanya memang ada apa-apanya kan?

****

Takahara Aiza

Nama itu selalu diingat oleh Bokuto. Sosok gadis dengan surai putih yang indah tergerai dan iris hijau mint yang meneduhkan itu selalu melekat di dalam kepalanya.

"OI BOKUTO!! JANGAN MELAMUN!"

Bokuto langsung tersentak saat mendengar teriakan dari Konoha. Bola mengarah padanya. Bokuto pun kelabakan melakukan receive. Bola tidak berhasil diterima dengan baik. Alhasil bola melambung ke luar lapangan.

"Sejak kapan kau suka melamun saat latihan hah?!" omel Konoha sambil menepuk punggung Bokuto keras.

"Aku tidak melamun!" sanggah Bokuto.

Selanjutnya terjadi perdebatan antara Konoha dengan Bokuto membuat anggota tim lain sedikit terheran. Melihat Bokuto yang melamun dan menjadi sedikit pendiam dari biasanya ini tentu saja menimbulkan keheranan.

"Hei, Akaashi. Apa kau tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Bokuto?"

"Sepertinya dia ... naksir dengan manajer klub sepak bola, Takahara Aiza .."

"..."

"HAH?!"

****

Semifinal Turnamen Nasional semakin di depan mata. Namun, akhir-akhir ini Bokuto latihan tidak dalam keadaan performa terbaiknya. Hal itu dikarenakan Takahara Aiza yang menari-nari di kepalanya.

Maka dari itu, Bokuto pun melakukan hal nekat agar ia bisa kembali fokus dalam latihan. Ia memasukkan secarik kertas berisi permohonannya ke dalam loker sepatu milik Aiza. Ya, Bokuto tahu di mana letak loker sepatu Aiza karena mereka sering berpapasan saat di loker sepatu.

Bokuto berharap surat permohonannya dibaca oleh Aiza walau gadis itu tak mengabulkan permohonannya di dalam. Dibaca saja sudah lebih dari cukup.

****

Dalam beberapa menit lagi, pertandingan semifinal akan dimulai. Wajah Bokuto tampak begitu serius membuat beberapa rekannya tersenyum lega.

"Bokuto tampak begitu serius. Aku merasakan firasat baik untuk pertandingan ini."

"Kalau begitu, mari lakukan yang terbaik!"

Pertandingan pun dimulai. Fukurodani mendapat service pertama dan yang akan melakukan service adalah Bokuto.

Pemuda itu pun berjalan menuju belakang garis lalu berhenti. Kepala didongakkan untuk menatap tribun suporter. Di antara orang-orang yang sibuk meneriakkan yel-yel, Bokuto menangkap kehadiran seseorang yang tak disangka-sangkanya. Surai putih yang diikat ponytail, kulit putih pucat, dan iris hijau mint yang meneduhkan.

Takahara Aiza ada di sana dan tampaknya gadis itu menyadari tatapan Bokuto. Tangan kanannya pun diangkat sedikit dan melambai kecil ke arah Bokuto seraya tersenyum malu-malu.

Bokuto yang melihat itu langsung mengatupkan rahang lalu berbalik. Senyuman lebar pun menghiasi wajahnya dan sinar dalam iris emasnya dipenuhi dengan kepercayaan diri. Bokuto Koutarou siap melakukan service ace mematikan!

****

Untuk: Putri Salju (Maaf aku menyebutmu dengan sebutan ini karena sebenarnya aku sudah tahu namamu tapi aku tidak tahu bagaimana penulisannya yang tepat)

Putri Salju yang cantik, aku punya permohonan untukmu. Bisakah kau datang ke pertandingan semifinal voli putra untuk menyemangati kami?

Sebenarnya, aku beberapa hari ini selalu memerhatikanmu karena penasaran akan sosok dirimu. Agar rasa penasaranku terpenuhi, ayo berkenalan! Jika aku memenangkan pertandingan ini, kita harus berkenalan! Aku ingin tahu segala hal tentang kamu ...

From: Bokuto Koutarou


992 kata

mbakaiza

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top