BAGIAN 42 - BUKU YANG SAMA

"Papaaaa," teriaknya saat keluar dari gerbang sekolah.

Amira dan Ali keluar dari mobil dan menjemput Aira yang sudah pulang dari sekolahnya. Kebetulan Ali tak ada jadwal lembur di kantor, jadi ia bisa pulang lebih cepat dan ikut menjemput anaknya di sekolah. Dari gerbang terlihat Aira yang berlari kecil ke arah Ali dan Amira.

Ali lantas menggendongnya dengan satu tangan, "Hap!"

"Sekarang mau jalan-jalan kemana tuan puteri?" Tanya Ali pada Aira yang ada dalam gendongannya.

Aira memperlihatkan senyum lebarnya, karena ia merasa senang jika Ali bisa ikut menjemputnya pulang sekolah, "Beli buku dongeng, telus ke taman belmain, telus beli es klim, telus beli mainan, telus beli tas baru, telus beli kotak pensil balu, telus kemana lagi mama?"

Amira ikut terkekeh pelan karena ocehan Aira yang sudah membuat daftar jalan-jalan bersama Ali. Terlalu banyak daftar jalan-jalan yang ingin ia lakukan bersama Ali.

"Satu-satu dulu dong sayang," protes Ali pada anaknya.

"Ke toko buku beli buku dongeng lagi," jawab Aira.

Ali mendudukkan Aira di jok kursi tengah mobil. Sedangkan ia dan Amira duduk di depan. Ia memilih membelikan Aira buku di toko buku terdekat saja agar tak menghabiskan waktu perjalanan. Kurang lebih 10 menit, ia mengemudikan mobilnya bisa sampai di toko buku yang Aira tuju.

Sampai di toko buku, Ali turun dari mobil dan menggandeng tangan mungil Aira. Amira hanya mengekor di belakang mereka saja.

"Papa!" Panggil Aira sembari menarik-narik lengan Ali.

"Mawu beli buku gajah!" ucapnya lagi.

"Siap tuan puteri! Aira pilih-pilih sama mama ya? Papa kesana dulu,"

"Beli 10 boleh?"

"Jangan banyak-banyak, beli 2 saja besok beli lagi."

"Oke, telima kasih papa!"

"Aku kesana dulu!" ucapnya pada Amira. Amira mengangguk. Ia menggantikan Ali untuk membantu Aira memilih buku yang akan dibeli.

Ali berjalan menuju tempat-tempat buku sains, ia mengambil beberapa buku untuk koleksi rak bukunya. Sedangkan Amira masih menemani Aira memilih-milih buku dongeng kesukaannya. Sedikit lama! Ya, anak-anak seusia Aira memang nalurinya ingin membeli semua yang ada di toko buku. Namun, ia sudah diperingati Ali hanya membeli dua saja. Jadi Aira harus memilih mana yang sebaiknya harus ia beli.

Kalau dihitung, buku Aira sudah memenuhi rak buku besar di kamar Ali karena sejak ia masih umur 2 tahun, Ali dan Amira selalu membelikan buku dongeng untuk Aira. Sampai sekarang, Aira lebih menyukai buku dongeng dari pada mainan.

"Mama, mau ini!"

"Beli dua saja ya?"

Aira mengangguk senang. Ia mengambil buku dongeng bergambar gajah dan jerapah.

"Sudah selesai milihnya?" ucap Ali yang tiba-tiba ada di belakang Aira dan Amira.

"Sudah Pah! Aila beli dua," jawabnya sembari jari tanganya membentuk huruf V.

Ali tersenyum simpul, ia mengacak acak pucuk kepala aira yang tertutup kerudung sekolahnya, "Anak papa pintar,"

Ali menggandeng Aira ke arah kasir untuk membayar buku-buku yang ia beli. Ada sekitar 7 buku yang ia beli. Lima buku miliknya dan dua buku milik Aira. Amira tak membeli buku hari ini. Karena ia merasa bulan ini sudah membeli buku. Jadi ia mengurungkan niatnya membeli lagi. Ia hanya menemani Aira dan Ali saja membeli buku.

🌸🌸🌸

Malam ini, Amira sengaja memasak untuk makan malam bersama. Karena Ali menyuruhnya hari ini memasak beberapa masakan untuk makan bertiga. Sepulang dari toko buku, ia memasak dibantu oleh Ali dan Aira. Meskipun terkadang Ali dan Aira tidak membantu sepenuhnya dan malah terkadang menghancurkan masakan.

"Papaaa! Aila mau coba ilis bawang,"

"Eh, jangan-jangan! Aila masih kecil nggak boleh pegang pisau,"

Aira mengerucutkan bibirnya karena Ali tak mengizinkannya membantu mengiris bawang merah yang ada di depannya.

"Telus Aira bantu apa?" ucapnya seraya masih marah ke ayahnya.

Ali terkekeh melihat raut wajah anaknya yang cemberut, "Tuan putri nonton tv aja, nanti kalau sudah siap Papa panggil untuk makan bersama. Okey?"

"Papa ikut nonton tv ya?" tanyanya pada Ali.

"Papa bantu mama masak biar mama nggak sendirian," ucapnya seraya mendekati Aira yang masih cemberut. Aira turun dari kursi dan beranjak menonton stasiun tv kesukaannya. Ia menonton kartun little pony kesukaannya. Little pony adalah salah satu kartun yang disukai Aira. Bahkan semua tokohnya ia hafal. Ali tersenyum tipis, saat melihat tawa Aira kembali pecah dan tak cemberut. mood anak kecil memang cepat sekali berubah.

"Kurang apa lagi ini Mir?" tanya Ali pada Amira yang sedang memasak sayur asam.

"Sudah semua kok Mas, tinggal blender jus apel buat Aira aja,"

"Biar aku aja,"

Amira mengangguk, ia membiarkan Ali membantunya memasak. Bibirnya mengukir senyum tipis ke arah Ali yang tiba-tiba mengajaknya makan malam di rumah. Tak biasanya. Bahkan, setiap harinya Ali selalu makan malam di luar ataupun di kantor. Jadi Amira lebih sering makan sendiri di rumah.

"Selesai!"

"Alhamdulillah," ucap Amira pelan.

"Mir,"

Amira menoleh ke belakang saat Ali memanggilnya, "Ada apa Mas?"

Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tampak bingung harus memulai berbicara seperti apa.

"Mas? Kok bengong?" tanya Amira.

"Eum, a-aku ada sesuatu buat kamu,"

Hah? Apa? Tumben Mas Ali kasih hadiah? Batin Amira. Belum apa-apa jantung Amira lagi-lagi berpacu tidak normal.

"Aku tadi beli ini untuk kamu," ucap Ali dan langsung menyodorkan paper bag kecil ke arah Amira. Sontak Amira penasaran apa yang Ali berikan padanya.

"Ini apa Mas?"

"Buka-nya nanti saja kalau mau tidur?"

"Hah?"

"Ma-maksud aku kita makan malam dulu, kasihan Aira udah nunggu dari tadi. Kalau mau tidur baru paper bag-nya dibuka."

Apasih makin penasaran!

Amira terkekeh pelan melihat raut wajah Ali yang tampak kebingungan. Ia menggeleng-gelengkan kepala pelan. Aneh, baru kali ini ia melihat Ali yang tampak canggung seperti itu. Pulang kerja cepat, menemaninya menjemput Aira, jalan-jalan dan beli buku baru bertiga, dan malam ini menyuruhnya masak untuk makan malam bertiga. Bahkan, tadinya Amira sudah ingin mengira perlakuan manisnya seperti ini mungkin nantinya ia akan menganggap Amira adalah Vina lagi sama seperti kemarin-kemarin. Namun, nyatanya tidak. Hari ini ia tetap dianggap sebagai Amira. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang hinggap di jantung Amira.

Makasih Mas untuk hari ini, ini sudah lebih dari cukup. Ucapnya dalam hati. Amira tersenyum tipis dan menatap punggung Ali yang beranjak mendekati Aira.

Aira duduk di tengah-tengah Ali dan Amira di ruang makan. Masakan sederhana yang Amira masak disantap Aira dan Ali dengan lahap. Sesekali Amira menyuapi Aira. Amira tersenyum senang melihat keduanya bisa menikmati makanan yang menurut Amira tak seberapa ini.

"Mama, Aila kenyang,"

"Ya sudah, jus apel-nya diminum sayang!"

Aira mengambil segelas jus apel di depannya dan ia langsung meminumnya. Namun, baru mencicipi sedikit, Aira langsung berhenti meminum, "Jus apel-nya kok nggak manis?" protes Aira.

"Loh? Emang iya?"

Amira ikut mencicipi jus apel yang diminum Aira. Dan ternyata benar, jus apel yang Ali buat untuk Aira tidak diberi gula. Pantas saja Aira protes.

"Mas, kamu nggak masukin gulanya?"

"Oh iya lupa, yaudah yaudah besok papa buatkan lagi yang enak deh, sekarang Aira minum air putih dulu aja ya?"

Aira mengerucutkan bibirnya lagi, ia kecewa dengan Ali yang tidak memasukkan gula ke jus apel miliknya, "PAPAAAAAAAA!"

"Ya maaf sayang, papa lupa," ucapnya seraya menghujani ciuman ke pipi Aira yang seperti bakpao.

Amira mengelus pucuk kepala Aira dengan lembut, "Tidak boleh marah ya? Besok mama ganti jus-nya!"

Aira mengangguk namun matanya masih mendelik ke arah Ali. Ali semakin terkekeh melihat raut wajah anaknya yang sedang marah. Lucu dan menggemaskan! Pipi bakpaonya terlihat mengembang.

"Kalau sudah selesai makan Aira dan papa langsung ke kamar ya? Biar ini mama yang bereskan."

"Aku dan Aira ke kamar dulu, Jangan lupa paper bag-nya dibuka,"

Amira terkekeh pelan, "Iya Mas,"

Ali mengajak Aira ke kamar untuk sekedar bermain ataupun membaca buku dongeng. Ia lebih menyukai anaknya menghabiskan waktunya di kamar untuk membaca dongeng dari pada terus-menerus menonton televisi. Baginya, Aira boleh menonton televisi namun ia juga harus membatasi, Aira hanya boleh menonton di jam-jam tertentu saja.

Usai membereskan alat makan, Amira menyusul ke kamar. Ia menaiki anak tangga menuju kamarnya seraya tangannya masih memegang paper bag yang Ali berikan.

Cklek!
Ia membuka knop pintu kamar, Ali dan Aira masih sibuk membaca buku-buku dongeng yang berserakan di atas ranjang. Amira perlahan membuka bungkusan yang ada di dalam paper bag.

Surat?
Amira mengernyitkan dahinya, memegang sepucuk surat yang ada di dalam paper bag dan terdapat satu bungkusan yang terbalut kertas kado. Ia lantas membuka surat tersebut terlebih dahulu.

From : Suami ganteng.
To : Istri Sabar.

Terima kasih sudah memberi cinta pada Aira sampai hari ini.

Amira tersenyum membaca sepucuk satu kalimat yang tertera dalam surat yang ia pegang. Ali benar-benar! Ia lantas membuka bungkusan yang terbalut kertas kado secara pelahan.

Deg! Raut wajah Amira seketika berubah saat melihat isi kado yang Ali berikan. Kado itu adalah buku novel yang sama seperti yang Jefri berikan kemarin.

Mengapa bisa sama? batin Amira.

"Sudah dibuka kadonya?"

Amira terperanjat saat melihat Ali tiba-tiba ada di belakangnya, "M-Mas Ali?"

"Kenapa? Nggak suka ya? Eum, tadi aku bingung mau belikan buku yang mana. Karena aku tahu kamu suka buku novel Islam. Jadi aku pilih salah satu diantara novel-novel yang tersusun di rak toko buku tadi."

Amira tak mungkin menolak pemberian dari Ali, ia takut mengecewakan Ali "A-amira suka kok Mas,"

Bersambung....

Malang, 16 Mei 2020

🌸🌸🌸

See you next chapter!
Selamat tidur dan terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini. Terima kasih sudah vote dan komen sampai sejauh ini.

Maaf ya banyak typo soalnya author nulisnya tengah malam jadi banyak yang gak fokus!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top