BAGIAN 37 - CUSTOMER GATHERING
"Assalamualaikum," ucap Ali seraya membuka pintu rumahnya.
Sepi!
"Amira," panggilnya ketika tak mendengar jawaban.
Ia menaiki anak tangga ke lantai dua kamarnya. Tangannya membuka pelan knop pintu. Dan ternyata Amira sedang sholat dhuhur. Pantas saja ia tak menjawab salam dari Ali. Dari balik pintu, Ali tersenyum simpul tak sabar ingin menceritakan keberhasilan perencanaan proyek yang didukung banyak dewan direksi dan para investor baru.
Amira menoleh ke belakang, ia melepas mukena dan melipat sajadah ke tempat semula, "Mas Ali, kok cepet udah pulang?"
Tanpa aba-aba Ali langsung memeluk Amira dalam rengkuhannya. Sontak Amira kaget yang tiba-tiba dipeluk Ali.
"M-mas Ali?"
Ali melepas pelukannya, "Maaf....Maaf!" Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat tak sengaja memeluk Amira terlalu kencang. Amira langsung mengalihkan pandangannya.
Kenapa bisa canggung begini sih! Batin Ali.
"Eum, Mir perencanaan proyekku didukung penuh para dewan direksi,"
"Oh ya?" Mata Amira berbinar mendengar kabar baik dari Ali. Ia tersenyum senang. Benar-benar tak terduga.
Ali mengangguk semangat. Bibirnya mengukir senyum ke arah Amira, "Nanti malam aku diundang customer gathering di hotel Alfadez Bintang 5. Kamu dan Aira ikut ya?"
Senyum Amira merekah. Tak disangka doanya setiap malam secepat ini Allah kabulkan, "Iya Mas nanti Amira ikut,"
🌸🌸🌸
Ali dan Amira berjalan beriringan memasuki lobby hotel. Amira menggendong Aira yang tengah tertidur. Mereka memasuki lift untuk menuju ke ballroom. Lift menunjukkan arah lantai 7. Ali dan Amira segera keluar lift dan berjalan menuju ballroom. Disana sudah ada beberapa rekan kerja Ali dan para dewan direksi dari perusahaan kerjasama. Sorot mata Amira mengamati beberapa dekorasi karangan bunga dan beberapa makanan yang tersaji lengkap di tengah-tengah ruangan. Hotel yang luas dan aksen dekorasi yang mewah. Ini kali pertamanya Amira menghadiri acara seperti ini.
Amira kagum dengan Ali. Di usianya yang masih belum genap 30 tahun tapi sudah menjadi pemimpin manufaktur industri sektor perusahaan industri dasar dan kimia di bidang subsektor semen yang ada di Jakarta. Bahkan sampai saat ini perusahaan yang dipimpin Ali sudah mampu bekerja sama lebih dari 100 perusahaan dalam negeri maupun mancanegara khususnya di Berlin.
Memang, sejak kecil Ali adalah siswa berprestasi. Dari kecil ia dan Ali selalu memperebutkan ranking satu di sekolah dasar. Namun, lagi-lagi Ali yang mendapatkan peringkat pertama. Tak heran jika Ali bisa mencapai keberhasilan seperti ini. Berkat kerja kerasnya ia bisa sampai ke titik ini.
Meskipun terkadang ada beberapa kendala yang membuat perusahaan melemah, namun ia tidak pernah putus asa dalam tanggung jawabnya mengembalikan citra nama baik perusahaan kembali. Muhammad Ali Umar. Ia masih sama. Sama seperti dulu yang Amira kenal.
"Selamat malam Pak Ali," Ali menoleh ke belakang memastikan siapa yang memanggil.
"Oh, Pak Revan Wijaya,"
"Terima kasih sudah datang diacara kecil dan seadanya yang saya selenggarakan ini Pak. Tadinya saya sudah mempersiapkan beberapa event untuk memeriahkan pembukaan proyek. Namun ternyata ada beberapa kendala yang membuat event tidak jadi diselenggarakan. Jadi saya menyewa ballroom hotel dan membuat dekorasi seadanya untuk simbolisasi pembukaan proyek dan perayaan customer gathering ini."
Hah? Acara kecil? Sebesar dan semegah ini acara kecil? Sungguh Amira merasa insecure berada di antara orang-orang hebat disini. Bahkan penampilannya saat ini masih jauh dan tak sepadan dibanding istri-istri rekan kerja Ali lainnya. Tahu sendiri kan? Bagaimana penampilan para istri dewan direksi dan investor lainnya yang mewah dan cantik. Sedangkan Amira hanya memakai setelan abaya gamis biasa dan slingbag seadanya.
"Alhamdulillah tidak apa-apa Pak, ini sudah lebih dari cukup buat saya," ucap Ali merendah. Ali tak pernah memikirkan meriah atau tidaknya acara. Ia hanya fokus pada keberhasilan dan pencapaian proyek bukan mewahnya acara yang hanya digunakan sebagai simbolis perayaan. Perayaan bagi Ali hanya sebagai formalitas. Dan yang terpenting adalah kinerja dan proses perkembangan proyek. Perayaan kecil pun tak menjadi masalah bagi Ali asalkan proyeknya berhasil dan tidak meleset lagi.
"Ini istri dan anak Pak Ali?"
Ali melirik ke arah Amira, "I-iya Pak!"
"Bukankah dulu Pak Ali-"
"Eum, i-istri sa-saya meninggal dan saya menikah lagi." Sebenarnya Ali berat mengatakan kalimat ini. Namun, ia harus profesional di depan rekan kerja kantornya yang mungkin belum mengetahui latar belakang kehidupannya.
"Oh, tidak apa-apa Pak Ali. Saya paham dengan posisi Bapak."
"Terima kasih Pak,"
"Pak Ali mari kesana? Disana juga sudah ada Pak Reyhand."
Ali mengalihkan pandangan ke arah tempat yang dimaksud oleh Pak Revan. Ternyata Pak Revan mengajaknya berkumpul bersama para dewan direksi lainnya di salah satu meja makan utama.
"Iya Pak, nanti kami menyusul!"
"Saya kesana dulu ya Pak," pamit rekan kerja Ali dan beranjak ke arah meja makan para dewan direksi.
"Mir," Ali memanggil Amira yang sedari tadi hanya diam dan menunduk.
"I-iya?" Amira mendongakkan kepalanya dan menoleh ke arah Ali.
"Eum, mau kesana?"
"Amira disini aja ya Mas sama Aira?"
"Nggak papa, Ayo!"
"Aira sini! Gantian papa yang gendong," pinta Ali.
Amira menyerahkan Aira ke dalam gendongan Ali. Bukan apa-apa Amira menolak untuk diajak ke meja makan para dewan direksi. Amira hanya takut mempermalukan Ali di depan orang-orang disana. Ia merasa tak pantas bersanding dengan Ali. Dan seharusnya yang menemani Ali disini adalah Vina. Bukan dia.
Melihat Amira yang masih mematung di tempat, Ali sontak langsung menggandeng tangan saja tanpa meminta izin Amira.
"M-mas!" Pekiknya.
"Selamat malam Pak, Bu!" ucap Ali menunjukkan rasa hormatnya ke para dewan direksi yang sudah berkumpul di meja makan bersama para istrinya.
"Silahkan duduk Pak Ali,"
Ali tersenyum ramah. Ia mengambil duduk di samping Reyhand dan Amira di sebelahnya. Sembari memangku Aira, ia mengisyaratkan Amira mengambil susu botol yang ada di tas. Untunglah Aira tidak rewel di ajak menghadiri acara seperti ini.
"Rey, istri Lo nggak kamu ajak?" tanya Ali.
"Istri Gue hamil muda, dia nggak mau ikut dulu katanya."
"Hamil?" Ali membelalakkan matanya.
"Kok kaget Lo nggak santai sih? Ya biasa aja dong!"
"Alhamdulillah Rey," ucap Amira.
"Iya Ra, sekian lama Gue sama bini gue usaha. Dan akhirnya sekarang terkabul."
Amira tersenyum simpul.
"Jadi kapan nih, Aira punya adek? Biar anak Gue nanti punya temen banyak. Gue aja rencana sama Nadya mau punya anak 25 biar kalo sekolah isi kelasnya anak Gue semua. Banyak anak kan banyak rejeki."
Ali terkekeh mendengar kalimat yang diucapkan sahabatnya tersebut. Reyhand memang paling jago kalau disuruh ceplas-ceplos dan tak tahu tempat.
"Kasihan istri Lo kalau sampai 25. Heran Gue, kenapa Nadya bisa kepincut spesies kayak Lo."
"Lah, kebiasaan kalau ngomong Lo! Gini-gini Gue jago nyenengin istri. Nadya kalau ngambek Gue kasih album BTS. Soalnya kalau dia ngambek. Beuh! Gue disuruh tidur di luar. Cara jitu Gue ya beliin album BTS. Apalagi kalau pas hamil begini. Pala gue ikutan pusing. Hamil baru satu bulan udah ngidam minta beliin ape tuh namanya yang bentuknya kayak palu? Apaan Ra?"
"Apaan Rey?" tanya Amira balik.
"Gue ada potonya bentar,"
"Yang ini nih! Bentukannya kayak palunya Pak RT buat getok palanya maling." ucapnya seraya menyodorkan ponselnya ke arah Amira dan Ali.
"Itu light sticknya BTS Rey,"
Amira dan Ali terkekeh mendengar keluh kesal Reyhand yang menceritakan keinginan istrinya. Ekspresinya sangat lucu. Sampai-sampai Amira tak hentinya tertawa. Amira paham jika Nadya juga sama sepertinya masih menyukai kpop sampai sekarang. Awal pertama mereka bertemu di stasiun pun bisa langsung akrab karena mereka sama-sama menyukai kpop. Jadi ia paham kalau sekarang Reyhand mengeluh tentang hal-hal yang diminta istrinya.
"Kenapa pada ketawa sih?"
"Lo lawak soalnya. Sampai anak Gue ikutan ketawa juga nih!" ledek Ali.
Reyhand menjitak kepala Ali, "Aira, nanti ngomong sama papa ya minta dibuatin adek yang banyak biar punya temen. Nanti juga minta papa belikan palu sama kayak Tante Nadya ya?"
"Hei, dia masih kecil nggak tau apa-apa!" pekik Ali.
Bersambung....
Malang, 10 Mei 2020
🌸🌸🌸
I'm back. Huwaaaa nulis ini pusing 2x wkwkwk. Terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini. Bersyukur bisa nulis sampai sejauh ini. Terima kasih ya? Jangan lupa vote dan komen di kolom. Jangan lupa tunggu sampai ending....
Nb : Jika ada kesalahan tanda baca dan kalimat ataupun typo yang keseringan mohon dimaklumi ya...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top