BAGIAN 30 - SEBOTOL JUS YANG HAMBAR

"Mas, Amira sudah buatkan sarapan. Sarapan dulu ya Mas?" titah Amira yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan. Meskipun tampak masakan sederhana dan tak mewah tapi setidaknya Amira harus belajar jadi istri yang baik untuk Ali. Meskipun badannya sedikit lelah karena perjalanan kemarin, Amira tetap berusaha untuk bangun pagi-pagi buta untuk memasak masakan kesukaan Ali.

"Aku sudah ditunggu klien di kantor. Nanti aku makan di kantor," jawab Ali yang terlihat buru-buru memasang dasinya. Ia tak melirik sama sekali. Pandangannya hanya tertuju ke arah lain bahkan ia lebih sering memperhatikan ponselnya dari pada harus menatap Amira saat berbicara dengan Amira.

Senyum Amira tampak pudar saat Ali mengucapkan 'ingin makan di kantor'. Semua masakan yang ia masak pagi-pagi buta tampak sia-sia. Harusnya ia makan berdua di meja makan selayaknya suami istri seperti biasanya, namun ternyata Ali tak bisa hanya untuk sarapan bersama saja.

"Aku berangkat dulu, Assalamualaikum!" ucapnya pergi tanpa melirik Amira sedikitpun.

"Mas-" panggilnya namun Ali tak mendengar karena sudah masuk ke dalam mobilnya.

"Waalaikumussalam," ucapnya lirih. Amira menghela napas panjang. Bahkan untuk sekedar mencium tangan suaminya saja tak bisa. 

Hati Amira masih tak tenang. Ia takut Ali tak sempat makan di kantornya. Masakan yang sudah ia masak ia letakkan ke dalam tempat makan tupperware untuk bekal Ali. Tangannya membuka knop kulkas dan mengambil buah alpukat. Ia sengaja ingin membuat jus alpukat untuk Ali karena Bunda Tia pernah mengatakan padanya bahwa Ali sangat menyukai jus alpukat. Saat jam makan siang nanti, Amira harap ia bisa mengantar makanan ke kantor Ali.

🥀🥀🥀

Cuaca Ibukota saat ini tampak cerah, Namun cuaca cerah seperti ini tidak bertahan lama. Biasanya menjelang sore hari hujan akan mengguyur Kota Jakarta. Ini kali pertamanya Amira menginjakkan kakinya di kantor Ali yang ada di pusat Kota Jakarta. Membutuhkan waktu 15 menit menaiki ojek online untuk Amira sampai ke kantor Ali. Suasana kantor terlihat sangat ramai. Matanya mengabsen beberapa orang yang berlalu lalang di depannya. Sembari tanganya menggendong Aira yang tengah tertidur, Ia melangkahkan kakinya menuju lobby utama.

"Mbak ma-maaf mau tanya, bisa bertemu Pak Ali?" tanyanya pada salah satu petugas resepsionis kantor.

"Apa Ibu sebelumnya sudah membuat janji terlebih dahulu?"

"Be-belum, tapi saya istrinya."

"Istri?" Petugas resepsionis tampak mengerutkan dahinya dan sedikit terkejut saat Amira menyebutkan identitasnya bahwa ia adalah istri Ali. 

"Iya, saya istrinya." jawab Amira pelan.

"Oh, maaf tapi saat ini Pak Ali sedang Meeting dengan investor sampai pukul 11.00, jika Ibu berkenan ibu bisa menunggu setengah jam lagi,"

"Baik saya tunggu saja,"

Amira mengambil duduk di kursi tunggu samping lobby. Tangannya mengambil sebuah topi kupluk bayi di dalam tasnya untuk dipakaikan ke Aira. Aira masih tertidur dengan tenang. Sembari menunggu Ali selesai meeting, Amira memainkan ponsel miliknya. 

"Amira?" 

Amira menoleh ke arah sumber suara, "Rey?" 

"Kamu ngapain kesini?" tanya  Reyhand. Ya, Reyhand sampai saat ini masih menjadi pathner Ali di kantor. Dimanapun dan kapanpun Ali bertugas mengurus kantor yang menjadi pathner sekaligus sahabat Ali adalah Reyhand. Dan sekarang Reyhand sudah menikah dengan Nadya yang pernah ia pacari sewaktu masa kuliah.

"Nunggu Mas Ali Meeting, ini Amira bawa bekal untuknya. Soalnya tadi Mas Ali belum sempat sarapan di rumah." 

"Wah, Gile bener si Ali! berutungnya punya istri macem kamu. Ali sudah selesai meeting dari tadi jam 10, Meeting dipercepat satu jam. Jadi selesainya juga cepat. Langsung ke ruangannya aja Lantai 8 ruang paling pojok sendiri."

"Oh gitu, makasih ya Rey?" ucap Amira tersenyum lega.

"Aku tinggal dulu ke depan ya, istri aku udah nunggu di resto depan kantor untuk makan siang." ucapnya sembari memberikan 'smirk' pada Amira. 

"Oh gitu, iya iya," Amira terkekeh melihat tingkah Reyhand yang masih tetap sama seperti yang ia kenal dulu. 

Amira berjalan ke arah lift. Sembari menunggu pintu lift terbuka, tangannya mengecek bekal yang ada di tasnya apakah sudah lengkap atau tidak. Dan perasaanya sangat lega ketika bekal yang ia bawa sudah lengkap. Pintu lift yang ditunggu telah terbuka, ia segera masuk ke dalam lift. Amira kira lift bakal penuh dan sesak tapi ternyata sebaliknya, hanya ia dan bayinya yang ada dalam lift.

Pintu lift terlah terbuka ke lantai tujuan Amira. Ia segera keluar dari lift tersebut. 

BRAKK!

Ta yang berisi Tupperware yang Amira bawa terjatuh berserakan. Bekal yang Amira bawa sengaja untuk Ali tiba-tiba terjatuh dan berserakan di atas lantai karena tersenggol OB yang tak lari terburu-buru berlawanan arah dengan Amira. Raut wajah Amira tampak kecewa saat melihat bekal yang ia bawa sudah tak berbentuk di depannya. Nasi dan lauk sudah tak layak untuk di makan. Hancur!

Ya Allah, sabarkan hati dan tenangkan perasaan Amira! Ucapnya dalam hati.

"Ma-maaf Bu, saya tidak sengaja. Nanti biar saya yang bersihkan Bu, Saya sedang buru-buru Bu,"

Amira sedikit berjongkok sembari masih menggendong Aira, Ia mengambil botol jus yang masih utuh. Untunglah masih tersisa satu botol jus yang bisa ia berikan ke Ali. Ia segera membersihkan beberapa sisi botol dengan tisu agar bersih. Meskipun nasi dan lauknya sudah tak berbentuk, setidaknya ada jus alpukat kesukaan Ali yang masih utuh.

"Tak apa-apa Bu, saya nitip untuk dibersihkan ya? Saya permisi dulu. Assalamualaikum," ucap Amira yang masih bisa ramah dan tersenyum ke arah OB yang sudah menabraknya dan menyenggol makanan bekal yang ia bawa. Meskipun sedikit kecewa, namun Amira masih bisa memaafkan karena OB tersebut juga tak sengaja menabraknya.

Kaki Amira kembali melangkah untuk mencari ruangan Ali. Ia mengingat-ingat ruangan yang disebutkan Reyhand. Matanya mengabsen ruangan di setiap sudut demi sudut. Dan akhirnya matanya melihat 1 ruangan yang terletak paling pojok. Ia yakin itu adalah ruangan Ali. Kakinya melangkah ke arah ruangan tersebut.

Jantung Amira tiba-tiba berdetak tak tentu arah, ia takut Ali menolak makanan yang ia berikan lagi dan lagi. Bayangan kejadian tadi pagi dan bayangan Ali saat mengabaikan Amira masih  terbesit dalam otaknya.

"Assalamualaikum," ucapnya pelan. Ruangannya tak di kunci. Amira memberanikan masuk ke  ruangan tersebut. 

"Tan, ini surat yang kamu ajukan formatnya typo semua, kenapa nama Rey nggak kamu masukin ke laporan akhir, kamu mau dibantai itu anak?" ucap Ali sembari pada seorang wanita yang duduk di depannya. Ia masih berkutat di depan laptopnya.

"Masa sih Pak? Perasaan sudah saya cek bener semua deh! Bapak kali yang salah lihat," 

"Ini nih coba lihat!" ucap Ali sembari memutar laptopnya ke arah perempuan yang ada di depannya.

"Oh iya, nggak sengaja Pak! Nanti saya revisi lagi, tapi bantuin ya pak? Biar saya nggak kena hujat Pak Rey?" Perempuan itu sedikit terkekeh pada Ali.

Ali ikut terkekeh melihat tingkah konyol sekertarisnya. Rey, bisa dibilang atasan paling galak di kantor Ali. Dan hanya Ali yang bisa merangkul karyawan-karyawannya agar bisa bekerja sama dengan baik untuk perusahaan. Tak heran jika banyak karyawan yang terkagum dengan kinerja dan sikap Ali. Termasuk sekretarisnya! 

Deg!

Apalagi ini? Amira harus dihadapkan pandangan Ali di depannya sedang tertawa bersama seorang perempuan berambut tergerai. Ali tak menyadari bahwa Amira masih mematung di depan pintu. Meskipun itu adalah teman ataupun rekan kerja kantornya, namun melihat Ali sedang tertawa lepas dengan perempuan lain membuat hati Amira seakan ditusuk pisau runcing. Setetes air mata terjatuh di pipinya. 

Cemburu? Iya. Ia punya hak untuk cemburu saat ini. Tak apa jika Ali terus menerus mengabaikan Amira. Itu mungkin masih bisa Amira tahan. Namun, melihat pemandangan seperti ini. Benar-benar, rasanya sakit. Wanita mana yang ikhlas jika melihat suaminya sedang tertawa lepas dan hanya berduaan di ruang kantor?

"Mas Ali,"

Ali dan sekretarisnya menoleh bersamaan. Ali tampak terkejut saat Amira ada di ruangannya yang masih mematung di depan pintu dan Aira masih terlelap digendongannya. Amira tampak mengukir senyum meskipun itu sangat tipis ke arah Ali. Ali berjalan menghampiri Amira disusul Tania di belakangnya. Ya, namanya Tania Wijaya. Sekretaris yang selalu berpenampilan modis. Dia mempunyai daya kinerja yang bagus di kantor. Tak heran jika ia selalu dinobatkan sebagai sekretaris berbakat.

"Amira buatkan jus alpukat untuk Mas Ali, diminum ya Mas! Mas, sudah makan? Apa mau Amira temenin untuk makan siang?"

"Eum... tadi aku sudah makan sama Tania," ucapnya sembari melirik Tania sekilas.

Raut wajah Amira tampak kecewa saat Ali menyebut kata 'sudah makan sama Tania'. 

"Oh, ya sudah tidak apa-apa Mas, jus alpukatnya dihabiskan ya Mas?"

"Iya," jawabnya singkat pada Amira.

Tania sedikit mengerutkan dahinya. Matanya menjelajahi penampilan Amira dari atas sampai bawah, "Ini siapa Pak?" tanyanya penasaran.

"Eum, Istri dan anakku,"

"PAK ALI NIKAH LAGI?"

Ali hanya mengangguk.

Tania sedikit risih saat Amira tak kunjung pergi dari ruangan Ali, "Tapi kalau menurutku sih Pak, lebih cantik Almarhum istri Bapak yang dulu dari pada yang sekarang,"

Bersambung.....

Malang, 08 Maret 2020

Yey, Hi guys..... Alhamdulillah update lagi! Gimana ceritanya? dapat feel nggak? coment di bawah ya?

Setelah ini author bakal update cast dari beberapa tokoh versi author, tapi ini hanya versi author untuk versi kalian sendiri kalian boleh banget imaginasikan tokoh-tokoh ini dengan selera kalian masing-masing kok nggak harus sama dengan author. Enjoy it!

Tetep stay sampai ending ya?

In shaa Allah author setelah cerita ini selesai author bakal update ceritanya Abang dokter Jefri.

Author cuma bisa update weekend aja ya? soalnya masih sibuk juga ngerjain skripsi author. SO, NANTI KALAU UDAH LULUS BAKAL COMEBACK SETIAP HARI DI LAPAK INI! In shaa Allah tungguin ya?

Terima kasih untuk cinta kalian yang udah baca sampai sejauh ini, terima kasih juga untuk sudah vote cerita pertama authhor ini. Coment di bawah juga ya?

See you

LUV 🥰

#IMREADER! 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top