BAGIAN 29 - MAAFKAN AKU!

Lihat aku sebentar saja, bukan untuk apa-apa! Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku masih disini. Hatiku masih tetap sama, aku yang masih mengagumimu.

-Amira Azzahra--

🥀🥀🥀

Membutuhkan waktu sekitar 10 jam lebih untuk sampai ke Jakarta. Ali memang sudah biasa menggunakan mobilnya untuk perjalanan Malang-Jakarta dan tidak pernah menggunakan transportasi umum. Saat ini pengasuh Aira sudah izin pulang kampung dan izin tidak bekerja lagi dengan Ali. Jadi Amiralah yang mengasuh Aira sepenuhnya. 

Cahaya-cahaya lampu jalan yang tengah hampir meredup di sepanjang perjalanan. Ini menandakan sudah sangat larut malam. Sedangkan Amira dan Ali masih harus melanjutkan perjalanan sampai ke Jakarta. Dalam mobil, Aira kerap terbangun dari tidurnya dan sempat rewel. Amira sedikit kesulitan menenangkan. Mungkin karena tak baik jika sampai larut malam seperti ini bayi harus ikut andil dalam perjalanan jauh yang sangat menyiksa fisik. 

"Tenang ya sayang, sebentar lagi sampai." ucap Amira sembari masih menggendongnya dalam posisi duduk di kursi depan mobil. Tangan Amira mengelus-elus kening Aira agar tertidur. Namun, Aira malah semakin menangis dan tak bisa diam dalam gendongan Amira.

Ali sempat melirik Amira yang kesulitan menenangkan anaknya. Mata Ali fokus mencari tempat rest area untuk sekedar singgah sebentar agar anaknya bisa sedikit tenang dan ia bisa sedikit istirahat dari berjam-jam menyetir. Namun sampai beberapa kilo meter saat ini ia belum menemukan tempat untuk beristirahat sebentar. 

Ali sedikit menaikan kecepatan mengemudinya. Matanya masih fokus mencari minimarket ataupun rest area yang bisa digunakan untuk singgah. Tangis Aira masih tak berhenti dan semakin kencang. Amira sedikit kebingungan menenangkannya. Sedangkan Ali juga sempat bingung karena tidak biasanya Aira menangis sekencang ini.

Maafkan Papa Aira! Ucapnya dalam hati. 

Ali kembali fokus menyetir. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Amira sempat ketakutan karena Ali mengemudi dengan kecepatan yang tidak wajar. Selang belasan menit, mata Ali sedikit lega saat ia melihat  sekitar 100 meter lagi terdapat minimarket. 

"Ayo turun sebentar!" Titah Ali sembari membuka seat belt miliknya dan keluar dari mobil.

Amira terkejut saat Ali tiba-tiba menyuruhnya turun. Ia baru mengetahui jika Ali mengajaknya ke minimarket. Ia lantas menurut dan membuka seat belt miliknya sembari masih menggendong Aira. Aira saat ini sudah sedikit tenang dan tak menangis. Meskipun masih belum bisa tertidur tenang. Mungkin karena terlalu lama terkena udara di mobil. Saat keluar dari mobil tangisnya sedikit reda. 

Amira mengekor di belakang Ali yang sempat mengambil beberapa minuman dan roti di supermarket  dan langsung mengambil antrean di kasir tanpa bertanya pada Amira 'kamu ingin apa?'. Ah, terlalu berharap yang lebih. Amira heran hampir tengah malam seperti ini, masih ada beberapa orang yang berbelanja di indomaret. Amira memutuskan tak menunggu Ali yang mengantre di kasir. Pundak Amira serasa ingin putus, hampir sepuluh jam ia menggendong Aira. Jadi, ia memutuskan untuk berjalan keluar dan mencari duduk di kursi yang tersedia di depan supermarket.

Mata Amira sedikit berat. Ia benar-benar mengantuk. Perlahan matanya terpejam sembari tangannya masih menggendong Aira yang juga tengah tertidur. Ali mengerutkan dahinya ketika ia yang baru saja keluar dari supermarket mendapati Amira yang tengah tertidur di kursi depan minimarket. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, sebenarnya dalam hati kecilnya ia kasihan dengan Amira yang masih kuat sedari tadi menggendong anaknya. Namun egonya masih tinggi untuk mengajaknya berbicara panjang lebar. Selama berangkat dari Malang hingga saat ini dan hampir sampai di Jakarta Ali tidak mengajaknya berbicara selama di mobil. Ia lebih fokus menyetir dan menyalakan radio type yang ada di mobil. Ia mengabaikan Amira penuh padahal Amira ada di sampingnya menjaga anaknya sampai saat ini.

Ali tak tega membangunkan Amira. Ia ikut mengambil duduk di samping Amira yang masih terpejam. Matanya tak bisa terpejam meskipun tubuhnya saat ini sedang lelah. Bukan hanya tubuh, pikirannya pun ikut lelah. Besok pagi ia harus masuk kerja. Sedangkan deadline masih belum selesai ia kerjakan. Ia pun memutuskan mau tidak mau membangunkan Amira yang tertidur.

"Mir!" ucapnya sembari menepuk-nepuk pundak Amira.

Amira terperanjat, "Mm-Mas Ali? Ma-maaf.... Aku nggak sengaja ketiduran." 

"Kurang satu jam lagi, tidurmu lanjutkan di mobil saja," titahnya singkat masih tanpa ekspresi dan tanpa menatap mata Amira.

Amira mengangguk. 

Amira dan Ali kembali melanjutkan perjalanannya.  Ali sempat tak fokus saat mengemudikan mobilnya. Ia sedikit mempercepat kecepatan mengemudinya. Sesekali melirik jam yang melingkar di tangannya. Sorot matanya memang terlihat lelah, namun masih ia tahan dengan sesekali meminum minuman kopi kemasan botol yang ia beli di minimarket tadi. 

Dan akhirnya setelah menempuh beribu-ribu kilo meter, Akhirnya kurang lebih satu jam ia sudah sampai di depan rumah berwarna putih dengan aksen pagar warna hitam dan design seperti rumah eropa modern. Ya, ini adalah rumah Ali dan Vina yang ada di Jakarta. Sebelumnya, Ali hanya tinggal berdua dengan Vina di rumah se-elegan ini. 

Ali memarkir mobilnya di garasi samping rumahnya. Ia berkali-kali melirik arloji yang melingkar  ditanganya. Rasanya ia ingin sekali tidur panjang. Punggung dan kakinya hampir rasanya mau putus. Namun jam 7 pagi ia harus memimpin meeting di kantornya. 

Ali masuk ke dalam rumahnya diikuti Amira yang menggendong Aira. 

"Kamu dan Aira tidur di kamarku saja. Disini hanya ada 4 kamar namun 2 kamar sudah aku jadikan gudang dan 1 kamar masih dalam proses renovasi."

"Ka-kalau Mas Ali nggak nyaman satu kamar sama Amira. Amira nggak papa tidur di kamar lain. Lagi pula nanti gudangnya bisa Amira bersihkan dulu."

"Tidak usah," sahut Ali.

"Aku istirahat dulu, besok pagi aku harus ke kantor," tambahnya.

Ali meninggalkan Amira yang masih mematung. Kakinya serasa berat untuk naik tangga ke lantai 2 kamarnya. Matanya tampak lelah. Bibirnya pucat. Sekuat-kuatnya laki-laki jika ia terlalu memforsir tubuhnya dan tak kenal lelah, lambat-laun pertahanan tubuhnya juga akan tetap runtuh.

Amira segera menyusul Ali ke kamarnya. Ia ingin menidurkan Aira dalam gendongannya agar bisa tidur dengan nyenyak. Tangannya membuka knop satu-satunya pintu kamar yang ada di lantai dua. 

Deg!

Amira harus melihat pemadangan yang tak mengenakan hatinya lagi. Ya, saat ini dia melihat Ali tidur di atas sofa lagi dan lagi. Padahal yang seharusnya pantas tidur di sofa adalah dirinya karena ia merasa ia disini hanya menumpang. Meskipun saat ini posisinya ia adalah istri Ali. Namun, di hati Ali tidak akan pernah ada Amira dan akan terus selalu ada Vina.

Amira melirik jam yang terpajang di dinding kamar. Jarum jam tengah menunjukkan pukul 1 malam. Ia menidurkan Aira dalam box tempat tidur bayi yang terletak di samping ranjang berukuran king size. Sedangkan Ali tengah tertidur di sofa merah tanpa selimut dan ia bahkan belum mengganti bajunya dengan baju tidur. Selelah itukah Ali?

Amira mengambil selimut tebal yang ada di atas ranjang, "Selamat tidur Mas, maaf untuk hari ini jika Amira belum bisa menjadi istri yang baik untuk Mas Ali," ucap Amira lirih sembari menyelimuti tubuh Ali dengan selimut tebal. Amira memperhatikan wajah Ali yang tampak tenang dalam tidurnya. Matanya terpejam namun dahinya sedikit mengkerut. Amira yakin jika Ali belum bisa tidur dengan nyaman. Amira menyunggingkan bibirnya mencetak sebuah senyum simpul. Sayangnya ia hanya bisa menerbitkan senyum itu saat Ali tertidur saja. 

Amira sengaja mengkosongkan ranjang dan tak tidur di ranjang. Ia memutuskan tidur di lantai dengan alas karpet yang sedikit tebal di samping Ali yang tidur di sofa. Egois sekali dirinya jika ia tidur nyenyak di ranjang sedangkan suaminya harus  tidur di sofa dengan kondisi punggung yang tak nyaman sama sekali. Lelah? Iya, bukan hanya fisik tapi juga hati. Tak nyaman jika terus-terusan seperti ini. Amira ingin menjalani rumah tangganya dengan normal. Tak seperti ini yang harus menyiksa hati. 

Bersambung...!

Huft, Akhirnyaaa update lagiiii.... Alhamdulillah!!! Terima kasih guys udah baca sampai sejauh ini. Terima kasih sudah menunggu dan terima kasih sudah vote dan coment. Maaf jika kadang ada beberapa part yang kurang dapat feel-nya. Oh iya cerita ini masih banyak typo dan kesalahan eyd. Jadi mohon maklum. Setelah selesai part epilog in shaa Allah author bakal revisi.
Tunggu part selanjutnya yang masih proses ditulis. Terima kasih....
Love you imreader!

🥰🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top