BAGIAN 21 - MEMBUKA HATI?
Sedalam aku mencintai dalam diam Dan sesakit aku menelan luka pengharapan.
(Amira Azzahra)
💦💦💦
"Maaf, saya belum bisa menerima khitbah dari Jefri."
Kalimat itu terlepas dari mulut Amira. Jefri yang mendengarnya, lantas langsung menunduk sembari memejamkan matanya. Ia tak berani menatap Amira. Begitupun juga dengan Amira. Usai mengucapkan kalimat itu, ia tak berani menatap Jefri.
Egois. Ya, ia saat ini memang terlihat egois. Masih saja tak bisa melupakan Ali. Dan tak bisa membuka hati untuk Jefri.
"Amira? Apa maksudmu? Tolong pikirkan lagi?" Fatih sedikit mengeraskan suaranya. Ia menatap Amira tajam. Bisa-bisanya adiknya menolak khitbah laki-laki sebaik Jefri. Ia tahu, Jefri telah menyiapkan ini semua sejak lama sebelum Jefri melaksanakan Program Koas. Dan sekarang dengan mudahnya Amira menolaknya.
"Ma...Maaf...,"
Jefri menghela napas panjang. Ia mencoba untuk mengulum senyum. Meskipun hatinya saat ini tidak baik-baik saja, "Tak apa, ini sudah menjadi keputusan yang harus saya terima,"
"Terima kasih Om, Tante sebelumnya. Amira, terima kasih atas jawabannya."
"Saya harus pamit, ada keperluan yang harus saya selesaikan di rumah sakit." ucap Jefri pelan sembari tersenyum simpul ke arah Ibu dan Ayah Amira. Jefri melirik jam tangan yang melingkar di tangannya. Ada beberapa berkas yang harus ia selesaikan untuk deadline hari ini. Jadi ia harus segera mengurusnya.
Saat ini Fatih lah yang sangat merasa bersalah karena ia adalah salah satu perantara Jefri bisa memberanikan dirinya untuk mengkhitbah Amira, "Hati-hati ya Jef? Maaf jika kami sekeluarga punya salah ke kamu," ucap Fatih yang masih merasa bersalah pada Jefri.
"Tidak, tidak apa-apa." ucap Jefri sembari menepuk-nepuk pundak Fatih.
"Saya permisi ya?" tambahnya.
Jefri mencium punggung tangan Ayah Amira sebelum ia pergi. Ayah Amira mengusap punggung Jefri dengan lembut. Rasanya sakit saat mencoba mencintai seseorang dan memilih untuk melamarnya namun yang diterima adalah sebuah penolakan.
Sungguh, saat ini Amira tidak bisa menahan cairan bening yang akan keluar dari matanya. Ia menatap punggung Jefri yang berjalan keluar pintu.
Amira ingin meminta maaf sekali lagi pada Jefri. Ia berlari keluar menyusul Jefri. Dan benar saja Jefri masih bersandar di mobilnya yang terparkir di halaman rumah. Ia terlihat memainkan ponselnya. Raut wajahnya tampak lelah. Ditambah lagi kekecewaan yang digoreskan Amira.
"Jef...," ucap Amira pelan.
Jefri sontak langsung menoleh saat namanya dipanggil,
"Amira? Ada apa hm?" jawabnya sembari tersenyum simpul.
"Ma...maafkan aku, Jef!" ucapnya pelan. Ia menunduk dalam tak berani menatap Jefri.
"Tidak perlu meminta maaf Ra, kamu tidak salah apa-apa." jelasnya pada Amira.
"Jef, beri waktu aku untuk mempertimbangkan keputusan ini."
"In shaa Allah, aku akan menunggumu sampai kamu siap."
"Ya sudah, aku ada keperluan di rumah sakit. Aku pamit ya?"
Amira mengangguk lemah. Matanya terlihat berkaca-kaca. Jefri membuka pintu depan mobilnya. Sebelum ia masuk ke dalam mobilnya, ia melambaikan tangan ke arah Amira sembari tersenyum.
Amira membalasnya dengan senyuman tipis. Apa yang salah dalam dirinya sehingga melukai hati seseorang yang sangat baik seperti ini? Sangat sulitkah membuka hati untuk seseorang yang baru?
💓💓💓
Semua makanan telah terhidang di meja makan berukuran tidak terlalu besar. Ranti---Ibu Amira meletakkan satu persatu mangkuk berisi kuah sop di atas meja. Sudah ada Pak Imran--Ayah Amira dan Fatih yang tengah duduk di salah satu kursi ruang makan.
Bu Ranti melihat Amira yang tengah duduk sendirian di ruang tamu sembari memainkan ponselnya, "Amira? Nak, ayo makan!"
"Iya Bu," Amira menghentikan aktivitasnya memainkan ponsel. Ia langsung bergegas menuju ruang makan.
Ia mengambil duduk di antara Ibu dan Kakaknya. Rasa bersalah itu muncul lagi dalam hati Amira. Bagaimana tidak? Ia juga mengecewakan hati Fatih yang sudah menjadi sahabat Jefri sejak lama. Bagaimana jika karena hal ini persabahatan mereka menjadi merenggang?
Amira mendongakkan kepalanya melirik Sang Kakak yang sedari tadi diam dan sibuk memakan sepiring hidangan yang tersuguh dihadapannya. Biasanya saat makan seperti ini Fatih selalu menjahili Amira dengan candaan-candaan ringan. Dan kali ini sangat berbeda.
"Ayah ke kamar dulu," ucap Sang Ayah saat sudah selesai menyantap makanannya.
"Iya Ayah," jawab Amira pelan disela-sela menyantap makanannya.
Saat ini hanya ada Fatih dan Amira yang berada di ruang makan. Ibunya beranjak menyusul Sang Ayah ke Kamar. Dan sedari tadi Fatih masih tetap bungkam
"Kak Fatih," panggilnya pelan saat Fatih akan beranjak dari kursinya.
Fatih melirik Amira sekilas dan tatapannya masih datar. Amira ikut berdiri dan langsung melingkarkan tangannya pada pinggang Fatih. Air matanya sudah tidak bisa ditahan lagi untuk keluar.
"Kak, jangan mendiamiku seperti ini." ucap Amira lirih. Entah sejak kapan air matanya terus- menerus menetes.
Fatih sebenarnya tak tega melihat adiknya merasa bersalah seperti ini. Ia melepas pelukan dari Amira, "Kakak tidak marah sama kamu. Tapi Kakak kecewa sama kamu,"
"Maafkan Amira Kak," ucapnya pelan. Ia menunduk dalam tak berani menatap Fatih yang ada dihadapannya.
"Jefri sudah bekerja keras menyelesaikan program koasnya dengan tepat waktu. Ia ingin orang-orang yang dicintainya bahagia. Ia juga ingin kamu melengkapi kebahagiaanya. Tapi ternyata kamu malah mematahkan kebahagiaannya."
"Amira tidak bermaksud seperti itu Kak, Amira ha-"
Belum selesai mengucapkan satu kalimat, Fatih langsung memotongnya, "Kamu bisa nggak sih Ra, membuka hati sedikit saja untuk Jefri dan jangan pernah lagi kamu mengharapkan Ali?" ucap Fatih dengan tatapan yang tajam ke arah Amira.
"Hati siapa yang tak sakit saat melamar seseorang yang didamba namun ternyata yang diperoleh adalah penolakan?"
"Untuk apa kamu tetap mengharapkannya, sedangkan orang yang kamu harapkan tak pernah menengokmu sedikitpun. Dia sudah bahagia bersama pilihannya," tambah Fatih menegaskan bahwa Ali sudah tidak bisa untuk Amira harapkan.
Amira hanya bisa bungkam. Ia bingung harus menjawab apa saat ini? Mengapa kisah cinta dalam diamnya tak seindah kisah Khalifah Ar-Rasyidin, Syaidina Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-Zahra yang saling mencintai dalam diam dan berakhir kebahagiaan?
Jika ia menerima lamaran Jefri, Jefri akan semakin terluka karena ia tidak mencintai Jefri. Namun ia juga tidak bisa egois untuk mencintai Ali yang sudah memilih Vina sebagai istrinya.
Fatih terus beristigfar saat hendak memarahi Amira. Ia telah dikuasai setan. Ia hampir saja tidak bisa mengendalikan amarahnya.
Fatih menghela napas panjang, "Ra, sudah berapa kali Kakak katakan bahwa jangan menaruh pengharapan yang besar pada manusia. Kamu hanya akan mendapatkan kekecewaan yang tak berujung."
"Kak, A...Amira minta waktu untuk memper-"
Lagi-lagi Fatih memotong kalimat Amira, "Jangan menyia-nyiakan niat baik laki-laki sholih yang mencintaimu,"
"Kakak permisi," ucapnya singkat setelah itu langsung meninggalkan Amira yang masih mematung di tempat.
Amira menangis dalam diam. Ia membungkam mulutnya dengan kedua tangan agar tak terdengar bahwa ia menangis. Sungguh, saat ini Amira bingung harus bagaimana?
Allah, sebegitu bodohkah Amira karena menyia-nyiakan laki-laki sebaik Jefri. Amira sudah benar-benar ingin melupakan Ali namun tetap saja bayangan Ali selalu muncul.
Dreett.... Dreettt... Drettt...
Suara dering panggilan masuk terdengar dari ponsel Amira yang diletakkan di atas meja makan. Amira langsung menyeka air matanya. Ia mengambil ponsel yang ada di meja, dan ternyata Vina yang tengah menelfonnya.
"A...Assalamualaikum Vin?"
"Waalaiklumussalam Ra, Ra kamu bisa nggak besok pagi ke Rumah Sakit Harapan Indah?"
Amira mengerutkan dahinya, "Siapa yang sakit?"
Bersambung....
Malang, 1 Maret 2019
🐣🐣🐣
"Hayolohhh siapa yang sakit itu?"
Assalamualaikum.....
Maaf banget baru bisa update...
Hari ini aku bawa Amira lagi...
Sebelumnya aku mau ngucapin banyak sekali terima kasih untuk reader yang udah baca sampai sejauh ini.
Maaf jika dalam tulisan mungkin ada kesalahan penulisan atau typo. Nanti in shaa Allah setelah end akan saya perbaiki.
Maa syaa Allah udah hampir 2000 pembaca.
Tungguin sampai ending ya?
In shaa Allah iim bakal nyempetin update setiap minggunya.
Salam sayang dari iim 😘
Jazzakumullah khairan,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top