BAGIAN 20 - TAMU SPESIAL

"Kenapa harus lembur lagi sih sayang?" ucap Vina sembari mengerucutkan bibirnya.
Ali mengerutkan dahinya. Ia tidak menyangka Vina bersikap manja akhir-akhir ini. Keinginannya selalu ingin dituruti. Padahal biasanya ia tidak pernah seperti ini.

"Sayang, investor besar akan bekerja sama dengan perusahaan tempatku bekerja hari ini. Jadi sepagi mungkin aku harus berangkat untuk meeting." ucap Ali

"Apa tidak bisa di ganti hari lain?" ucap Vina yang masih ingin Ali ada di rumah menemaninya terus-menerus.

"Tidak bisa, maaf ya sayang? In Shaa Allah aku akan pulang lebih cepat."

"Aku di rumah sendirian." ucap Vina dengan nada yang sedikit manja. Manik-manik matanya berkaca-kaca. Ali semakin bingung dengan sifat istrinya. Selama 1,5 tahun pernikahan, Tidak biasanya istrinya berkata seperti itu saat ia pamit untuk bekerja. Dan biasanya Vina tidak pernah mengeluh karena di rumah sendirian. Tak perlu waktu lama, ia langsung mendekap tubuh Vina dengan lembut.

Ia mengusap-usap lembut pucuk kepala Vina, "Maafkan aku, tapi aku bekerja demi kamu juga,"

"Kalau begitu, antarkan aku ke rumah Amira saja? Aku ingin kesana," ucap Vina dengan nada yang masih kesal. Ia juga tidak tahu mengapa tiba-tiba sifat manja ini hadir dalam dirinya saat ini.

"Ya sudah, ayo siap-siap."

🎀🎀🎀

Musim hujan seperti ini, membuat Amira sedikit tidak enak badan. Dua hari ini ia selalu merasa matanya berkunang-kunang. Asam lambungnya juga terkadang sering naik karena ia tak menjaga pola makan dengan benar. Seringkali Ibunya menegurnya untuk tidak begadang dan mengistirahatkan tubuhnya dengan baik. Namun, Amira selalu mengelak dan tetap begadang demi pekerjaan yang harus diselesaikan. Terlebih lagi saat ini Amira telah diterima bekerja di salah satu sekolah menengah pertama sebagai guru Bahasa Indonesia. Jadi banyak waktu istirahat yang terus berkurang.

Sembari memegang perutnya yang masih terasa melilit, Amira mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. Selama 2 jam ia masih berkutat di depan laptop.

"Dek, istirahatkan tubuhmu! Kakak nggak mau kamu sakit." Fatih menghampiri Amira yang sedang menyelesaikan pekerjaannya di ruang tamu. Ia membawakan secangkir teh hangat di atas nampan.

"Nanggung Kak, ini belum selesai."

"Eum....Ada yang pengen Kakak omongin ke kamu."

"Ngomong aja," ucap Amira dengan nada santai namun tangannya masih sibuk menari-nari di atas keyboard.

"Kamu ganti pakaian yang rapi dulu sana." titah Fatih yang menyuruh Amira mengganti pakaian yang ia kenakan.

Amira mengerutkan dahinya. Ia mengamati pakaian yang ia kenakan saat ini, "Memangnya kenapa? Tidak ada yang salah dengan pakaianku."

"Nggak usah bantah, cepetan Dek!"

"Kakak ihh....Tinggal bilang aja mau ngomong apa ribet banget suruh ganti pakaian segala." Dengan nada kesal, Amira melempar tutup bolpoint ke arah Kakaknya.

"Nanti in shaa Allah ada tamu spesial yang akan datang kesini. Makanya sekarang kamu ganti pakaian yang rapi,"

Amira menghela napas panjang.  Tidak ingin berdebat lama-lama dengan Kakaknya, ia beranjak dari kursinya dan meninggalkan Fatih yang masih di ruang tamu. Fatih terkekeh pelan, melihat tingkah adiknya yang seperti anak kecil. Kebiasaan Amira, selalu tidak mempedulikan penampilannya di saat ia di rumah. Dan tidak terbiasa dengan make up tebal di saat di luar rumah. Ia lebih nyaman tampil apa adanya.

Selang waktu 5 menit, Amira kembali ke ruang tamu untuk membereskan beberapa buku dan laptopnya. Tidak baik kan? jika nanti ada tamu tapi rumah dalam kondisi berantakan.

"Loh? Kakak kok nggak ada? Katanya tadi mau ngomong sesuatu. Gimana sih?" gumamnya kesal melihat Fatih yang sudah tidak berada di ruang tamu.

Tok-tok-tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Amira segera membereskan buku-buku yang berserakan sebelum membukakan pintu. Karena ia takut tamu yang akan datang laki-laki, ia berlari kecil ke kamarnya untuk mengambil kaos kaki dan memakainya.

"Iya sebentar," teriaknya sembari memakai kaos kaki.

Amira membuka pintu dengan tergesa-gesa, ia takut Sang Tamu akan menunggu lama.
"Vina," ucapnya saat tahu bahwa yang datang adalah Vina.

Aku kira tamunya presiden makanya Kak Fatih nyuruh ganti pakaian yang rapi. Eh, ternyata Vina. Gimana sih? Bingung aku sama tingkah bujang yang satu itu. Ucapnya dalam hati.

"Ra aku boleh kan main kesini? Soalnya di rumah sepi," ucap Vina pada Amira.

Amira tersenyum dan mengangguk, "Ya boleh lah Vin, masak aku usir sih,"

Keduanya tertawa, Amira menarik pelan tangan Vina untuk duduk di kursi ruang tamu, "Aku buatkan minumam dulu ya?"

"Ng...nggak usah repot-repot Ra,"

"Nggak ngerepotin kok," Amira berjalan menuju dapur untuk membuatkan Vina minuman.

Selang beberapa menit, Amira keluar membawa beberapa camilan dan 2 cangkir teh hangat. Dengan mengukir senyuman di bibirnya, "Ini Vin, ayo di minum!"

"Makasih Ra,"

"Sama-sama,"

"Ra, aku kesini mau ikut kamu ngajar Tilawatil Qur'an di Pesantrennya Kak Fatih. Sekalian aku juga mau ngajarin anak-anak buat kreasi kerajinan daur ulang dari plastik." ucap Vina yang tertarik untuk ikut Amira mengajar tilawatil Qur'an. Setiap sore memang waktu yang biasa Amira gunakan untuk mengajar mengaji di pesantren Fatih. Dan Vina sangat tertarik dengan kegiatan itu untuk mengisi waktu luang.

"Wah, bagus Vin ide kamu."

Mata Amira berbinar mendengar Vina mengatakan kalimat itu. Keduanya asyik tertawa bersama. Sesekali Vina membahas kajian yang akan dihadiri pekan ini. Sesekali juga Vina menjahili Amira yang dulu semasa sekolah pernah fanatik dengan kpop sampai-sampai ia sering disebut bucinnya oppa.

💓💓💓

Tok-tok-tok
Selang lima belas menit setelah Vina pamit untuk pulang, terdengar suara ketukan pintu lagi.

"Kak, tolong bukain pintunya! aku lagi repot ini di dapur," teriak Amira pada Fatih.

"Ng...nggak, Kakak juga lagi repot. Kamu aja!"

Amira mengerucutkan bibirnya saat Fatih tidak mau dimintai untuk membukakan pintu. Karena takut tamu tersebut menunggu lama, Amira memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di dapur dan membukakan pintu.

"Jefri?" ucapnya saat melihat bahwa tamu dihadapannya adalah Jefri. Penampilan Jefri terlihat rapi dari ujung kaki sampai kepala. Ia mengenakan setelan kemeja tosca dan dasi  hitam yang melingkar di lehernya. Sudah lama Amira tidak bertemu Jefri. Terakhir ia bertemu sekitar 1,5 tahun yang lalu.

"Ra, kok melamun? Ada apa?"

"Ma...Maaf Jef, ayo silahkan masuk!"

"Terima kasih Ra,"

Amira tersenyum simpul ke arah Jefri, "Bentar ya aku panggil Kak Fatih dulu,"

"Aku kesini bukan untuk bertemu Kak Fatih," baru akan beranjak, langkah Amira terhenti. Ia berbalik menghadap Jefri.

"Tapi aku kesini untuk bertemu Om Imran, Om Imran ada di rumah?"

"Ayah? Oh, ayah ada di rumah. Sebentar aku panggil ya?" ucap Amira pada Jefri.

Saat akan memanggil Ayahnya di pekarangan belakang rumah, Amira berpapasan dengan Fatih.
"Tamu spesialnya udah datang?" tanya Fatih pada Amira.

"Tamu spesial siapa sih? Orang dari tadi yang bertamu Vina. Dan sekarang Jefri." Amira bingung dengan tingkah kakaknya.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Kesambet jodoh awas loh!" ucapnya lagi pada Fatih sebelum ia beranjak mencari ayahnya di pekarangan.

💦💦💦

Tujuan saya datang kemari ingin bertemu Om, dan saya ingin menyambung tali silaturahim." ucap Jefri membuka suara. Ayah Amira tampak senang melihat kedatangan Jefri di rumahnya. Terlebih Jefri adalah sahabat baik Fatih.

"Nggak usah sungkan-sungkan main kesini Nak Jefri, Om sama Tante udah anggap Nak Jefri anak sendiri."

Sebuah senyuman terbit dari bibir Jefri, "Om, saya kesini juga ingin menyampaikan niat baik saya,"

"Maksudnya apa Nak Jefri?

Detak jantung Jefri berpacu tak normal seperti biasanya. Ia menghela napas panjang, "Sa...Saya ingin mengkhitbah Amira,"

Deg! Amira terkejut bukan main. Ia tak menyangka bahwa Jefri secepat ini mengutarakan niatnya untuk mengkhitbah dia. Perasaan Amira tidak karuan saat ini. Ia menunduk dalam diam. Jari jemarinya memainkan ujung bajunya.

"Om sangat senang sekali Nak Jefri, tapi untuk jawaban pastinya Om serahkan pada Amira. Bagaimana jawabanmu Nak?" ucap Ayah Amira pada Amira. Semua mata memandang Amira, menunggu sebuah jawaban yang sangat berarti bagi Jefri.

"A...Amira belum bisa menjawab sekarang." Rasanya Amira ingin menangis. Ia bingung dengan hatinya. Ia bingung ingin mengatakan 'iya' atau 'tidak'.

"Kenapa Ra? Jawab sekarang saja! Kasihan Jefri nanti terlalu lama menunggu jawaban." ucap Fatih membuka suara.

Amira menghela napas panjang. Dadanya terasa sesak. Ia harus bagaimana sekarang?

"Sa...Saya,"

Bersambung...

Malang, 16 Februari 2019

Akhirnya aku update lagi...
Terima kasih untuk pembaca yang sudah membaca sampai sejauh ini....
Salam sayang dari iim 💓💓
Tunggu sampai ending yah?
Jangan bosan!
Jazzakumullah khairan,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top