BAGIAN 10 - RENCANA LIBURAN
Perihal hati yang masih berharap akan kecintaan pada makhluk-Nya. Aku ingin diantara banyaknya goresan luka pengharapan. Allah memberiku rasa keikhlasan yang amat besar.
--Amira Azzahra—
------------------------------------------------------
"Witing trisno jalaran soko kulino?" Amira terkekeh membaca nama grub tersebut. Ia membuka grub tersebut.
Reyhand membuat grub.
Reyhand menambahkan anda.
Reyhand,
Grub baru menetas ramaikan genkz...
Nadya,
Kebiasaan deh kamu yang....
Reyhand
Pada setuju kan kita berangkat liburan semester 7,
Nadya
Harus jadi lah yah? Sekali-kali liburan bareng...
Reyhand
Gimana Al, Vin, kalian setuju kan?
Amira mengerutkan dahinya saat membaca nama Ali dan Vinanda di anggota grub. Ia menghela nafas. Tidak seharusnya perasaan ini muncul lagi. Untuk apa berharap pada manusia dalam kurun waktu yang lama. Namun, akhirnya berujung kekecewaan. Amira kembali membaca chating di grub tersebut. Ia men-scroll ke bawah layar ponselnya.
0857xxxx ~Vinanda
Aku sama Ali setuju kok,
Ali
Iya setuju.
Reyhand
Ra, aku nggak jualan kacang. Ini grub buat kita diskusi ah elah jangan dibaca terus. Dibales kek! Intinya kita ngadain liburan bareng ke Semarang, kamu mau ikut kan?
Amira tersenyum getir. Ia sebenarnya tidak terlalu menyukai jalan-jalan atau liburan. Ia lebih memilih mengurung diri di kamar. Terkadang liburannya ia isi dengan menulis dan melanjutkan novel. Terkadang juga ia memilih untuk bekerja paruh waktu. Namun sekarang, ia merasa bersalah jika temannya kecewa karena dia tidak ikut serta dalam liburannya.
Amira Azzahra
Em, gimana yah Rey? Ada beberapa pekerjaan
yang harus aku selesaikan,
Reyhand
Ra, Please lah... kamu boleh ngajak teman dekat kamu deh biar rame asal
nggak sekampung aja kamu ngajak wkwk,
Amira Azzahra
Yaudah nanti aku pikirkan yah Rey, Afwan, belum bisa memberi keputusan.
Usai membalas pesan grub, Amira menutup ponselnya. Ia merebahkan tubuhnya ke ranjang sembari memejamkan matanya. Amira berpikir. Jika ia menolak ajakan sahabatnya, maka dia akan mengecewakan sahabatnya. Tapi jika ia ikut, sahabatnya pasti akan lebih sering menghabiskan waktu bersama kekasihnya masing-masing. Reyhand dan Nadya, Ali dan Vinanda.
"Apa aku ngajak Dinda yah? Si Dinda mah pasti mau kalo diajak jalan-jalan," gumamnya sembari menyenderkan punggungnya ke sisi ranjang. Ya, Amira memutuskan untuk mengajak Dinda. Mungkin nantinya ia akan menghabiskan waktu dengan Dinda sembari mengenalkan Dinda pada sahabat lainnya. Sudah hampir larut malam, ia harus segera beranjak untuk tidur agar tidak melewatkan sholat subuh esoknya. Sebelum memejamkan matanya, Amira tak lupa melakukan adab sebelum tidur. Seperti yang diajarkan Rasulullah, sebelumnya Amira sudah dalam keadaan berwudhu. Berbaring pada bagian kanan badan menghadap kiblat. Ia membaca beberapa surat dalam Al Qur'an seperti Al-Ikhlas, Al Falaq, An-Naas, ayat kursi dan 2 ayat terakhir surah Al Baqarah. Tak lupa ia juga membaca doa sebelum tidur dan diakhiri dengan dzikir sampai ia benar-benar terlelap.
***
"Itu apa Jef?" ucap Fatih sambil menunjuk sebuah totebag berwarna coklat muda yang dibawa Jefri di tangannya.
"Ini novel dan buku dari Umi untuk Amira,"
Fatih mengerutkan dahinya, "Amira? Buku? sejak kapan Amira kenal Umi kamu? Kenapa adikku nggak cerita? Ah, jangan-jangan?" pertanyaan bertubi-tubi ditujukan ke Jefri. Fatih tersenyum penuh arti. Entah apa yang membuat ia tersenyum.
"Jangan salah persepsi dulu, kemarin Aku sempat bertemu A-Amira dan juga sempat berbincang sebentar. Ia menyukai novel dan kebetulan Umi juga selera novelnya sama seperti Amira. Jadi, aku menawarkannya untuk meminjam punya Umi." tutur Jefri.
Fatih manggut-manggut sembari tersenyum penuh arti. Hingga Jefri menyadari bahwa ada yang aneh dengan Fatih. Sejak ia membicrakan Amira, Fatih selalu tersenyum aneh padanya. Jefri mengerutkan dahinya. Tidak tahu apa yang ada dipikiran Fatih.
"Ada yang salah?" ucap Jefri memastikan bahwa penampilannya tidak ada yang salah.
Fatih tersenyum simpul lagi setelah itu menggelengkan kepalanya. Ia sepertinya pintar membaca ekspresi wajah seseorang. Jefri sengaja berkunjung ke rumah Fatih untuk mengantarkan buku titipan Amira dan maksud lainnya juga agar lebih dekat dengan Fatih. Sebab, mereka jarang bertamu ke rumah masing-masing. Markas besar mereka adalah aula masjid tempat para takmir dan insan muda untuk lebih mudah berdiskusi tetang kajian yang akan diadakan. Ini kali kedua Jefri berkunjung ke rumah Fatih. Saat itu, ia belum mengenal Amira.
"Amira sedang keluar sebentar katanya," ucap Fatih sembari membuka beberapa buku dari totebag yang dibawa Jefri.
"Kemana?"
Fatih tersenyum lagi, "Nggak tau, mungkin sebentar lagi pulang."
Jari jemari Fatih membuka beberapa lembar buku dan novel di atas meja. Kira-kira sekitar tiga puluh buku yang ada di totebag. Jefri benar-benar! Buku sebanyak itu, ia pinjamkan ke Amira semua.
"Assalamualaikum,"
Deg ...
Jefri dan Fatih menoleh ke arah pintu. Ternyata suara seseorang yang sedang dibicarakan. Jefri tersenyum simpul melihat Amira sudah pulang. Dua pasang retina itu beradu pandang namun hanya beberapa detik.
"Kak Fatih, ada teman Amira yang ingin silaturahim kesini." ucap Amira pada kakaknya.
"Wahh, iya nggak papa. Kebetulan ada Jefri juga disini,"
"Ayo masuk!" titah Amira pada teman-temannya yang masih di luar pintu.
"Loh, Reyhand... Ali...," ucap Fatih saat melihat teman Amira yang datang. Fatih sempat mengerutkan dahinya. Sudah beberapa tahun temannya tersebut tidak bertamu ke rumah. Ternyata mereka dan kedua gadis yang satu berkerudung pashmina denim motif polos dan yang satunya tidak berkerudung.
"Assalamualaikum Kak," ucap keduanya yang diikuti dengan dua gadis di belakangnya.
"Waalaikumussalam, ayo duduk sini!" ucap Fatih sembari menepuk-nepuk kursi yang ada di sampingnya. Ali dan Reyhand duduk di samping Fatih yang berhadapan dengan Jefri. Sedangkan kedua gadis itu, Nadya dan Vinanda duduk di bangku panjang dekat Ali. Amira pergi ke dapur untuk membuatkan minuman. Sebab, hanya ada air putih di meja ruang tamunya.
Usai membuatkan minuman, Amira ikut duduk di samping Nadya.
"Saya terserah Amira saja," ucap Fatih pada Rey yang sedang mengambil camilan yang di sediakan di meja. Amira tahu sejak ia di dapur, Rey pasti berusaha meminta izin Kak Fatih untuk mengajak Amira liburan ke Semarang.
"Rey, apa saya boleh mengusulkan Jefri untuk ikut berlibur juga? kebetulan Jefri juga kuliahnya libur," Fatih mengusulkan Jefri untuk ikut liburan.
Semua mata memandang Jefri beberapa detik dan setelah itu saling pandang satu sama lain. Sehingga membuat Jefri kurang nyaman. Jefri memfokuskan matanya ke buku dan tersenyum tipis.
"Maaf, saya tidak bisa ikut,"
"Tidak apa-apa, kamu bisa ikut. Lagi pula kita sudah menjadi temankan?" Ali membuka suara dan memandang Jefri.
Amira tersenyum saat Ali mengatakan kalimat tersebut. Tersenyum namun sangat tipis. Astagfirullah, ia cepat-cepat beristigfar. Ya Allah kenapa sulit sekali untuk menjaga hati agar tidak berharap pada manusia. Ucapnya dalam hati.
Reyhand menoleh ke arah Ali. Setelah itu ia juga menoleh ke arah Jefri.
"Aku setuju sama Ali," ucap Reyhand tersenyum pada Jefri.
Ponsel Fatih berdering menandakan panggilan masuk. Ia meminta izin untk meninggalkan tamu sebentar. Fatih beranjak pergi sembari menempelkan ponselnya ke telinga. Saat ini yang ada di ruang tamu tinggal mereka berenam.
"Em, boleh tidak jika aku mengajak sahabatku Dinda untuk berlibur bersama?" Amira membuka suara, setelah beberapa menit ia mengunci mulutnya.
"Boleh juga kok Ra, aku senang jika banyak teman." jawab Vinanda sembari tersenyum.
"Lagipula kata Ali kemarin, rencana setelah liburan dia dan Vinanda ingin mengadakan acara lamaran di rumah Vinanda. Nah, kamu, Jefri, sama Dinda boleh datang." tambah Reyhand.
Deg...
Kenapa ia harus bersedih? Tidakkah seorang hamba selalu bersama Allah dalam keadaan sabar dan ikhlas. Jikalau Ali yang ia kagumi dalam diam harus bersama orang lain, berarti Allah lebih menyayangi Amira. Allah tunjukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk Amira. Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik dari apa yang diharapkan. Namun kenyataannya setelah Reyhand mengucapkan kalimat itu, lidah Amira terasa kelu untuk mengucapkan selamat.
Bersambung...
Malang, 12 Oktober 2018
TYPO BERTEBARAN....
MON MAAP YA BARU UPDATE SEKARANG...
SALAM SAYANG...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top