Flummox

!!WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~

.

.

.

༺Membingungkan༻

.

.

.

Ice berlari tergopoh gopoh menuju kamar Halilintar dan Blaze sambil menenteng sekantong kue ikan. Tadinya ia ingin membeli banyak makanan di warung depan panti untuk cemilan di malam hari. Tapi Taufan tiba tiba menelepon, dan menyuruhnya untuk segera menghampiri kamar kakak sulungnya itu.

Sesampainya di depan kamar, Ice mendengar suara ribut dari dalam. Entah itu bentakkan, pukulan yang mungkin diarahkan pada tembok, dan lainnya. Perasaannya mendadak tak enak.

Tanpa membuang waktu lagi, Ice langsung membuka pintu dan dia dibuat kaget ketika melihat Blaze tengah mencengkram kerah baju Thorn, tapi berhasil dipisahkan oleh Halilintar dan Taufan.

"Lepas kak! Anak ini harus dikasih tau pake cara keras tau gak?! Jangan lembek mulu, liat kan jadinya sekarang?!"

"Blaze, jangan main nyerang juga dong, gak bijak banget sih sikap kamu ini sebagai kakak!" balas Gempa "Kita disini buat nanya dan ngebicarain baik baik sama Thorn, bukan buat bikin kita baku hantam!"

"Tch, oke fine! Silahkan tanya baik baik sampe maghrib gih kalau kuat" Blaze menepis tangan kedua kakaknya kasar, lantas duduk diatas kasurnya sendiri.

"Ayo Thorn, silahkan cerita. Gimana bisa ada anak panti yang tau soal bunda, soal kita, dan apa yang kamu sembunyiin soal Redav hm?" sambung Blaze lagi

"Thorn, ayo cerita sekarang. Yang rinci, jangan ada yang kamu tutupin" Halilintar ikut membuka suara setelah dirinya hanya diam membisu sejak kedatangan adik adik kembarnya.

Si empu yang tersudut di ruangan itu menunduk, lalu menangis tanpa suara. Sekarang dia bingung dan takut. Bagaimana caranya dia bilang kalau dirinya di ancam oleh orang gila yang satu panti dengan mereka?

Kalau semua saudaranya dalam bahaya, karena dirinya yang mengadu juga bagaimana?

"Thorn...gak apa apa, cerita aja. Kita pasti dengerin kok. Kita gak akan marah kalau kamu mau bicara jujur" Gempa berucap lembut, mengelus kesurai rambut adiknya sekedar memberikan ketenangan

Sementara Thorn masih belum mau bercerita, Ice lebih dulu meletakkan kantung jajanannya dimeja belajar Halilintar. Lantas berjalan mendekat dan berdiri tegak di hadapan Thorn.

"Tenangin diri kamu dulu, aku tau kamu pasti masih syok karena kak Blaze tadi. It's oke, tarik napas dalam dalam" Ice melirik Gempa

Yang ditatap langsung menganguk, seolah paham maksud dari tatapanya itu "Aku, kak Taufan, sama Solar gak sengaja nguping pembicaraan Thorn sama anak perempuan dari panti kita"

"Gatau siapa, soalnya pake jaket, mukanya gak keliatan. Dari jaketnya itu punya Cinta, tapi itu bukan dia karena postur tubuhnya beda"

"Dan..mereka ini ngobrolin tentang Redav, terus..si perempuan itu ngancem Thorn. Kalau Thorn gak mau nurutin kemauannya, dia bakal bawa bunda kesini buat jemput kita semua"

Ice terdiam lalu menarik napas panjang. Walau diceritakan sedemikian singkatnya, Ice bisa memahaminya dengan cepat. Ia mengedarkan pandangan ke sepenjuru ruangan. Terasa ada yang kurang disana,

"Solar mana?"

"Masih sama Hida, tadi aku udah panggil. Tapi katanya nanti" Taufan yang menjawab

"Oh oke, terus gimana nih. Masa kalian gak ada yang tau itu siapa? Walau mukanya gak keliatan kan suaranya bisa kalian denger"

"Ya emang denger, tapi gak jelas. Suaranya kecil, waktu kita mau merhatiin bahasa Thorn. Tuh cewek malah senderan ke tembok, jadi gak keliatan ngomong apa aja"

"Bertele tele banget sih kalian, itu orangnya ada disini, ya tanya langsung lah anjir! Nunggu apalagi sih? Nunggu kiamat?!" kecam Blaze memperingatkan

"Blaze! Diem ya kamu, jangan memperkeruh suasana deh, Thorn masih takut gara gara suara kamu itu!"

"Kelamaan, kak Upan! Thorn emang penakut, lama kalau mau nunggu dia tenang biar mau cerita!" tukas Blaze emosi "Keburu ada kejadian hal aneh disini!"

"Heh Thorn, berhenti nangis dan jujur sekarang juga atau aku tinju kamu gak henti henti?!"

"Udah, udah!" untuk pertama kalinya Ice berteriak. Dan teriakannya itu berhasil membuat Blaze dan yan lainnya terdiam "Kita semua harus sabar, tenang, gak usah ribut. Terus kita pikirin semuanya dengan kepala dingin. Gak semua hal harus berakhir pake kekerasan kak!"

Suasana tegang kembali hadir ketika Solar datang dan membuka pintunya dengan mendadak. Wajahnya sangat pucat, pandangannya pun tampak tak fokus. Di pakaiannya yang berwarna putih itu terlihat jelas adanya noda darah.

"Lar, kamu kenapa?" tanya Halilintar sedikit panik

Solar menghela napas panjang. Bibirnya gemetar ingin mengatakan sesuatu, tapi tak ada satu kata pun yang berhasil keluar dari mulutnya. Dia berusaha menguasai diri, mengatur napas dengan baik.

Ketika sudah tenang, dia langsung berbicara dengan suara yang nyaris berbisik "R-ray..Rayshifa..dibawa kerumah sakit. Dia..keracunan, m-muntah darah!"

=====

Selama yang para penghuni panti asuhan Highest tahu, Rayshifa itu dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan, tidak onar, apalagi membuat masalah.

Ketika yang lain tengah mengalami hal sulit, maka Ray akan datang untuk memberikan motivasi dan saran atau sekedar menghibur saja. Yah, mungkin ada di beberapa waktu ucapan yang ia lontarkan akan tanpa sengaja menyinggung orang sekitar.

Tapi, itu tidak menjadikan alasan bagi para saudaranya untuk membencinya.

Mungkin.

Dan hari ini, gadis malang itu ditemukan oleh Solar dan Hida dalam keadaan yang cukup mengenaskan. Tak jauh dari meja makan, ia ditemukan tergeletak miris dan tanpa hentinya memuntahkan cairan kental berwarna merah pekat.

Ia menangis dan meringis kesakitan, dengan kedua tangannya yang meremas baju bagian perut. Mereka yang melihat kejadian itu terkejut, Solar berusaha membantu Ray untuk tidak panik, sementara Hida dengan cekatan langsung menghubungi ambulance.

.

.

.

Dari tempatnya duduk, Solar bisa melihat berbagai macam ekspresi dari semua orang yang ada disana, termasuk Adnyana, Bella, dan Venthy yang baru pulang.

Duduk berkumpul diruang tengah sambil menunggu kabar terbaru dari Halilintar, Taufan, Indri, dan Hikari.

Hanya mereka berempat yang menyusul ke rumah sakit dimana Ray mendapatkan perawatan intensif.

"Masalah Redav belum selesai, sekarang udah nambah aja Rayshifa. Atok pun gak bisa dihubungi nomornya. Hadeh, ada apa sih ini sebenernya?" gumam Solar tak habis pikir

"Tch, ngaku kalian semua bangsat. Siapa yang masukin bubuk pecahan kaca ke nasi goreng nya Rayshifa hah?!" pekik Blaze, emosi anak ini memang tidak bisa dikendalikan

"Kurang kerjaan banget sih! Sengaja ya ada yang mau bikin kak Upan sama kak Gem kena masalah?! Mau bunuh Rayshifa juga?!"

Ya. Di jam setengah satu siang, sebelum atok pergi dan adanya sedikit keributan tentang Thorn tadi. Taufan dan Gempa berinisiatif memasak nasi goreng untuk mereka semua. Tidak mereka bagikan, hanya dibiarkan di wajan bekas masaknya.

Agar mereka nantinya bisa mengambil sesuai porsi yang diinginkan. Dan di jam dua siang, nasi yang ada didalam wajan sudah tersisa untuk dua porsi lagi. Hanya Rayshifa dan Lulu yang belum makan.

Tapi entah bagaimana ceritanya, nasi goreng yang Rayshifa makan terdapat bubuk pecahan kaca. Sangat lembut nyaris tak terlihat kalau dilihat sekilas.

Lalu, bagaimana Blaze tau ada bubuk pecahan kaca?

Jawabannya adalah dari Solar dan Hida yang sudah mencari tau lebih dulu.

"Blaze! Jaga bahasanya, dan jangan asal tuduh aja. Mereka...gak mungkin ada yang tega masukin bubuk kaca gitu!" tukas Gempa, menatap intens pada Blaze

"Tentu tega kak. Kalau enggak, kejadian kaya gini gak bakal pernah terjadi" Ice menyahut dengan tenang

Fang menggelengkan kepalanya pelan "Udah, jangan ribut. Yah, untungnya Lulu juga belum makan. Kalau udah sih...mungkin bakal berakhir kaya Rayshifa"

Si empu yang disebut namanya hanya terdiam. Kepalanya sekarang dipenuhi pertanyaan beruntun, dan potongan puzzle permasalahan yang tengah terjadi saat ini.

Semuanya terlalu tiba tiba. Semuanya terjadi dengan tempo waktu yang terlalu dekat dan cepat.

"Siapa sebenarnya orang gila yang udah berani ngelakuin ini semua? Apa sengaja ya, dibikin pusing sama masalah yang terus terusan begini? Ck, sialan"

Ketika mereka sibuk dengan pikiran masing masing. Derap langkah kaki terdengar saling bersahutan menuju ruang tengah, dimana mereka berada sedari tadi.

Taufan dan Indri sudah pulang, tak ada segurat emosi apapun diwajahnya. Sementara dua lainnya mungkin masih menunggu dirumah sakit.

Gempa yang menyadari kehadiran mereka berjalan mendekat "K-kak, gimana...Ray?"

Taufan terdiam, ia melirik Thorn terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Gempa,

"Bisa dibilang kritis, tenggorokan sama saluran pencernaannya rusak, luka semua. Dia juga belum sadar"

Mereka yang dengar refleks berjengit ngeri. Seolah ikut merasakan rasa perih yang dirasakan gadis malang itu.

"Terus..tadinya aku sama Kak Hali udah sepakat buat bikin jadwal jaga Ray. Tapi Hika nolak, katanya pengen sama dia aja"

"Loh kok gitu? Harus gantian dong. Kita kan keluarga, nanti Hika sakit pula karena kecapekan disana" bantah Gempa, diangguki setuju dari yang lain

"Udah lah kak Gem. Kalau emang maunya gitu yaudah, persetan lah sama keluarga. Gak ada yang bisa dipercaya semua disini tuh!" tukas Blaze "Inget ya kak, kalau emang kita keluarga. Hal kaya gini gak akan pernah ada, Redav gak akan hilang tiba tiba, Atok juga gak akan pergi, dan Ray juga gak akan masuk rumah sakit"

"Ah enggak. Dari awal, panti ini emang gak beres semenjak kejadian bullying waktu itu. Sampe pernah kebakaran pula, Gopal sama yang lain pun jadi korban...ck, sinting semua lah cewek cewek yang ada dipanti ini, gak ngerti lagi aku!"

Setelah mengatakan itu, Blaze pun berdiri dari duduknya dan langsung meninggalkan ruangan tanpa berpamitan.

Selepas kepergian Blaze, mereka yang tersisa disana pun membisu. Pikiran mereka semua berkecamuk. Apakah mungkin, salah satu dari mereka memang ada yang jahat?

Tapi siapa, dan kenapa?

Namun dibalik kebingungan itu semua, bagi si kembar tujuh. Thorn adalah kunci jawaban dari semua pertanyaan ini. Thorn tahu sesuatu, dia tahu semuanya. Dan selepas ini mereka akan tetap berusaha agar pemuda bernetra emerald itu mau mengatakan semuanya dengan jujur.

Tentang siapa perempuan yang berbicara dengannya siang itu, dan apa maksud serta tujuannya ini.

"Lingkup pertemanan perempuan, memang mengerikan"



Sudah cukup nyonya, Cinderella sudah lelah.

14 Juni 2024
=====
TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top