05. Pembalasan Penghinaan

Hari demi hari berganti. Satu demi satu lembar kehidupan dilalui. Halaman tentang perdebatan Asa dan Alfis telah sempurna tertinggal di belakang sana. Termasuk pelaksanaan OSPer, Olimpiade Sains Persatas, suatu kegiatan yang diadakan setiap satu tahun sekali untuk menyeleksi seluruh siswa Persatas yang ingin menjadi delegasi sekolah dalam OSN, Olimpiade Sains Nasional.

Pekan lalu, Asa mengikuti OSPer dengan memilih bidang astronomi sebagai pilihan pertama, juga fisika untuk pilihan kedua. Asa optimis penuh. Ia pasti masuk untuk jadi delegasi Persatas, kok! Lihat saja. Alfis pasti akan menyesal karena telah berlagak menertawakan ajakan Asa untuk bersaing, sebelumnya. Huh! Asa mendengkus. Ia masih menyimpan dendam yang begitu dalam.

Satu-satunya cara untuk membalaskan dendam ini adalah dengan menjadi delegasi astronomi Persatas, lolos OSN tingkat kota, ke provinsi, nasional, bahkan sampai ke IOAA, International Olympiad Astronomi and Astrophysics, sampai tingkat mana pun ... dan mengalahkan Badak Galak itu!

Semangat Asa membara sekali di saat mentari masih mengintip malu dari celah-celah rimbunnya dedaunan. Ini hari Sabtu. Seharusnya, hari ini adalah jadwal seluruh siswa Persatas untuk mengikuti Pramuka Wajib dan esktrakurikuler yang dipilih. Akan tetapi, Asa tidak akan mengikutinya pekan ini. Pasalnya, ada pembinaan khusus untuk yang mendaftarkan diri di KSN Astronomi hari ini!

Sejak pagi-pagi sekali, Asa sudah stand by di atas kasur, tetapi bukan untuk rebahan, tidur lagi, atau sekadar scroll FYP TikTok maupun media sosial lainnya. Kalaupun scroll medsos, biasanya Asa akan sibuk menonton pembahasan latihan soal di YouTube, atau fakta-fakta menarik seputar astronomi yang banyak dibagikan di Instagram.

Apa itu trending? Yang Asa kenal hanyalah fenomena alam seperti gerhana, vernal equinox, maupun binary asteroid! Dulu, Asa pernah membuat seisi kelas terheran-heran karena dirinya mempertanyakan siapa itu Ragil, ketika teman lainnya salah fokus dan menyebut nama itu tanpa sengaja di tengah-tengah pembicaraan random mengenai Adolf Hitler.

Ikut heran karena teman-teman sekelasnya malah menertawakan Asa tanpa memberi tahu jawabannya, Asa pun memutuskan untuk mencarinya sendiri di pencarian Google, lantas menyesalinya satu menit kemudian. Ya ... sudahlah. Intinya begitu. Kelam, memang.

Mari kembali pada Asa yang sudah bersiap di atas kasur lantai sempitnya untuk mengerjakan beberapa latihan soal astrofisika. Di sekitarnya berserakan berbagai macam buku referensi yang ia pinjam dari perpustakaan kota, perpustakaan daerah, juga perpustakaan sekolahnya sendiri. Tepat di dekat tangan kanannya yang asyik mencoretkan rumus-rumus rumit dan angka berdigit banyak, tergeletak sebuah kalkulator saintifik yang masih menyala.

Dua puluh soal berhasil tuntas sebelum pukul enam pagi. Sesuai target! Tanpa merasa perlu membereskan alat tulisnya terlebih dahulu, Asa menggeliatkan badan untuk meredakan pegal karena terus rebahan selagi mengerjakan soal astronomi. Berikutnya, Asa mengempaskan selimut merah bermotif bunga yang mulai tipis, selimut yang tak pernah digantinya sejak belasan tahun lalu.

Saatnya mandi dan sarapan sembari mengulang kembali hafalan konstanta yang tak lekang menemani perjalanan Asa selagi menjelajahi dunia astronomi! Konstanta Gravitasi Boltzmann 6.673 × 10 pangkat negatif sebelas Nm²/kg², kecepatan cahaya atau c senilai 2.998 × 10 pangkat 8 m/s yang sama dengan kecepatan rambat gelombang elektromagnetik, light year atau tahun cahaya tinggal mengalikan c dengan waktu satu tahun yang sudah dikonversi ke detik.

Oh, iya. Masih ada lagi. Titik spesial siklus tahunan matahari atau deklinasi matahari itu ... 21 Maret vernal equinox, 22 Juni summer solstice, 23 September autumn equinox, 22 Desember winter solstice, mengacu pada belahan bumi utara. Tetapan Boltzmann untuk rumus luminositas itu 5.67 × 10 pangkat negatif delapan W/m²K⁴.

Temperatur efektif matahari 5880 K, radiusnya 6.96 × 10⁸m, dan luminositasnya 3.86 × 10 pangkat 26 watt. 1 parsek sama dengan 3.086 × 10 pangkat enam belas meter, 1 radian sama dengan 360° dibagi 2π ....

Iya. Berbagai konversi satuan dan tetapan yang digunakan dalam pengerjaan soal olimpiade astronomi memang selalu dicantumkan di tabel konstanta, biasanya. Akan tetapi, apa salahnya dihafalkan hingga sudah di luar kepala, 'kan? Berbagai digit berpangkat banyak tersebut terus memenuhi pikiran Asa saat mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Pukul tujuh pagi, Asa sudah menggendong ransel abunya di pundak.

"Bu, Asa pamit dulu!" Sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah, Asa memasuki kamar sempit lain di sebelah kamarnya yang hanya diberi sekat oleh bilik bambu setinggi pinggang orang dewasa yang biasa digunakan juga sebagai tempat menggantungkan pakaian.

Di sana hanya terdapat sebuah kasur lantai kecil, dengan seorang anak laki-laki berusia sebelas tahun yang masih terlelap di atasnya. Asa mengguncangkan bahu adiknya sekilas. "Jangan tidur terus, Saka! Jangan lupa belajar, terus kerjakan tugas matematika buat Senin, ya!"

Gumaman malas terdengar. Anak laki-laki itu hanya menggeliat terganggu, lantas kembali santai melanjutkan tidurnya ketika Asa sudah sibuk lagi dengan mantra-mantra konstanta astronomi. Belum mencapai satu menit sejak Asa menegur Saka, tahu-tahu, Asa sendiri sudah diteriaki oleh ibunya. "Asa! Rapikan dulu tempat tidurmu!"

Dengan gerakan kilat untuk mengambil dua lembar uang ongkos dua ribuan yang sudah disiapkan Ibu di atas rak piala, Asa langsung mengambil langkah seribu untuk memakai sepatu dan berlari keluar rumah. Asa melambaikan tangan tanpa menghentikan langkah maupun sekadar menolehkan kepala. "Nanti kasurnya bakalan Asa pakai lagi buat belajar, kok. Semangat masak dan jualannya, Ibu Tersayang!"

"Asa Nabastala! Kalau nanti enggak bantu Ibu bawa hasil distribusi dari warung-warung, Ibu potong uang ongkos harianmu!"

Meski diteriaki begitu, Asa malah tertawa lepas. Sabtu pagi ini cerah sekali, rasanya. Akan tetapi, pemikiran itu tidak bisa bertahan sampai pelaksanaan pembinaan astronomi.

"Ada apa saja macam-macam sistem tata koordinat?"

"Tata koordinat geografis, horizon, ekuator, ekliptik, dan galaktik."

Kak Daniel, alumni tahun 2017 yang lolos OSN Astronomi hingga nasional sekaligus menjadi pembimbing Persatas di bidang ini, mengajukan pertanyaan untuk mengukur sejauh mana pemahaman tiga anak kelas sebelas dan dua anak kelas sepuluh yang hadir di kelas kali ini. Bukan pertanyaan sulit bagi Asa, sebenarnya, tetapi yang menjawab tadi adalah Alfis.

Iya! Selain Asa, Iris, dan dua anak kelas sepuluh lainnya, ada juga Alfis yang memang mendaftar di bidang ini sejak awal. Satu-kosong. Belum apa-apa, Asa sudah kecolongan satu skor dari Badak Galak!

"Bagus, Alfis!" Kak Daniel tersenyum bangga. "Pertanyaan selanjutnya. Titik spesial deklinasi matahari ... kapankah summer solstice di belahan bumi utara?"

"Du ...."

Belum sempat Asa menuntaskan jawabannya, Alfis sudah lebih dulu menyambar, "Dua puluh dua Juni."

"Apa saja ordinat-ordinat yang terdapat pada tata koordinat horizon yang mengacu pada bola langit?"

"Altit ...."

"Altitude yang dihitung dari horizon ke titik zenit, juga azimuth yang dihitung dari arah utara ke barat atau selatan ke timur."

Asa mengepalkan kedua tangannya erat-erat di kolong bangku. Anak itu apa-apaan, sih? Dia tidak mengalami gangguan pendengaran, 'kan? Apakah suara Asa masih kurang keras untuk menyadarkan Alfis bahwa ia sudah berkali-kali merebut jawaban yang hendak Asa lontarkan?

Senang dengan suasana kompetisi yang begitu terasa di sekitarnya, Daniel malah tambah semangat memberikan pertanyaan. "Apa yang dimaksud dengan asensiorekta?"

"Jarak sudut yang dihitung dari ...."

"Jarak sudut yang dihitung dari titik aries melewati timur di sepanjang ekuator langit," serobot Alfis untuk yang ke-sekian kalinya. Dengan tampang puas nan songong yang sungguh ingin Asa timpakan kotoran ayam tepat di muka menyebalkan itu, Alfis tersenyum menang.

Anak itu ... anak itu benar-benar sengaja!

Menyadari pelototan Asa, anak laki-laki itu pun menatap Asa dengan tajam. "Jadi, gimana rasanya bagianmu dimonopoli gitu aja?"

Sialan! Badak Galak Agak-agak! Emosi Asa memburu. Setiap penjuru hatinya yang terasa terbakar amarah membuatnya tak begitu fokus pada suara di sekitar. Alfis juga begitu, masih saja sibuk memberi intimidasi berlebih pada Asa. Sehingga, keduanya tak memperhatikan ketika Kak Daniel sudah mengajukan soal lainnya. "Lantas, apa yang dimaksud dengan titik aries?"

Setelah menoleh ke arah Asa dan Alfis yang sejak tadi berebutan jawaban tetapi malah tidak ada yang angkat suara kali ini, Iris pun kembali menghadap ke depan dan mengacungkan tangan. "Titik aries itu perpotongan antara bidang ekliptika dan garis ekuator langit."

Lagi, Asa tidak kebagian menjawab karena sudah didahului oleh Iris. Iya. Anak perempuan itu jago di bidang astronomi, kok. Hanya saja, Iris tidak se-ambis Asa untuk selalu menjawab dan tampil aktif ketika pembinaan berlangsung. Meski begitu, Asa tidak tertarik untuk mengamuk pada Iris yang saat ini tengah mengecek stok susu kotak stroberi di tasnya sendiri. Asa masih kemusuhan pada lelaki yang duduk tepat di samping kanannya.

Anak perempuan itu memicingkan mata. Misi pembalasan dendam ini sudah dimulai, ya?

[   π    β    ¢   ]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top