"Zwei"
Di malam yang sama seperti biasanya, namun tak seperti biasanya. Seorang remaja berusia sekitar 15 tahunan sedang berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di tembok sebelah sebuah tempat para orang dewasa disalah satu tempat di Jepang.
Dengan sebuah pakaian berupa kaos putih polos yang kebesaran dan sebuah celana kain putih dan sebuah sepatu cat's berwarna putih. Rambutnya berwarna hitam sedikit berantakan dan panjang serta mata hitam yang terlihat mengantuk.
Sesaat kemudian seorang pria dewasa dengan setelan jas hitam dan dasi merah serta rambut pirang yang disisir rapi ke belakang datang mendekat ke arah pemuda tadi.
"Selamat malam" ucap pria itu sambil menundukkan dirinya di depan pemuda tadi.
"Malam, tuan Michael" balas pemuda tadi membalas hormat Michael.
Setelah saling menyapa, remaja itu dan Michael masuk ke salah satu ruangan di tempat itu.
"Bagaimana dengan kehidupan baru di dunia manusia"
Michael membuka pembicaraan sambil tersenyum ramah yang hanya disambut sebuah senyuman kecil dari remaja itu.
"Nee... Michael, apa yang menarik dari manusia bagimu?"
"Hmmm... Entahlah"
"..."
"Tapi, menurutku... Sudahlah nanti juga kau akan tau"
"Hee..."
"Aku tak mengerti... Tapi, jika kau bilang begitu. Aku akan mencobanya" lanjutku.
"Hahaha... Seperti biasa ya~" tawa Michael. Pemuda itu hanya bisa menatap datar dan mencari jawaban atas pertanyaan yang selalu mengiang-ngiang di kepalanya.
"Besok aku akan bersekolah seperti apa yang kau bilang" "Kalau begitu aku permisi" ucapnya seraya pergi meninggalkan ruangan Michael.
"Haaah... dasar anak itu..."
[...........]
Matahari mulai merayap masuk dan menembus ruangan. Disebuah ruangan, seorang remaja telah siap dengan seragam sekolahnya. Dengan mengenakan sebuah hoodie berwarna putih dan sebuah headphone berwarna putih yang menggantung di lehernya.
Setelah merasa siap ia melangkahkan kakinya kearah meja dan mengambil tas selempang putih lalu mulai berangkat menuju sekolah.
Dengan secarik kertas pemberian kawannya, ia mencari tempat sekolah yang akan ia datangi.
Beberapa saat berlalu, ia sampai disebuah gedung besar berwarna putih keabuan. Disana terpampang nama sekolah "Hoshimirai Gakuen".
Setelah itu ia masuk ke ruang kepala sekolah. Entah ada masalah apa, sebelum ia pergi ke ruang kepala sekolah. Terdapat beberapa kerumunan siswa dan siswi.
Dengan rasa penasaran yang besar, ia mendekat dan bertanya pada salah satu siswa.
"Apa yang sedang terjadi disini?" Tanyanya.
"Ada yang bertarung." Jawab siswa A.
"Siapa?" Tanyanya lagi.
"Kamu anak baru ya? Yang rambutnya pirang disana Yoshio-senpai, dan lawannya yang kulitnya gelap itu Seiji-senpai mereka sering banget buat kerusuhan meskipun cuma masalah kecil" jawab siswa B sambil menunjuk orang yang tengah bertengkar itu.
"Begitu ya, terima kasih"
"Sama-sama" jawab siswa B.
Setelah itu remaja tadi mulai menjauhi keramaian itu dan menuju ke tempat tujuannya.
Setiap jalan yang ia lewati selalu bising akan suara dari para manusia yang kagum dan terkesima atas pemuda itu atau hanya sekedar penasaran dengannya.
Di tempat lainnya Michael duduk dengan beberapa tumpukan kertas menggunung serta secangkir kopi juga sebuah laptop hitam.
Ia membenarkan posisi tumpukan kertas itu dan mulai mengerjakan sesuatu di laptopnya.
Sebuah senyuman tak pernah terlepas dari wajah menawannya bahkan dalam keadaan serius seperti apapun, ia masih bisa menampilkan senyumnya. Kecuali untuk beberapa hal.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk" ucap Michael.
"Saya membawa berkas sesuai yang anda inginkan. Dengan ini, kontrak kita berakhir kan" cetus orang itu langsung ke intinya lalu duduk di bangku didepan Michael sambil menyodorkan beberapa kertas yang menumpuk.
"Ya, kalau begitu saya dan dia akan menjaga beberapa para calon eve" senyuman Michael berubah menjadi keseriusan.
"Kalau begitu aku pergi."
"Tunggu Marc!"
"Kenapa lagi Michael?"
"Sapalah dia sesekali, kupikir ia akan senang"
Merasa tau siapa yang ia bicarakan, Marc membalikkan tubuhnya. Sebuah senyum kecut terpampang di wajahnya.
"Ya, aku kesana nanti"
Blam!
Pintu tertutup, Michael kembali pada pekerjaan awalnya. Ia membaca berkas dari Marc, lalu memisahkan beberapa kertas.
"Sebagian tugasnya dan sebagian tugasku~" gumam Michael senang.
My POV.
※Sementara itu di sekolah "Hoshimirai Gakuen".
Setelah ia menjauh dari kerumunan itu, ia merasa ada yang salah dengan otak para manusia itu.
Hanya karena sesuatu yang kecil seperti itu mereka bertengkar.
Benar-benar... Apakah manusia itu sulit memaafkan?
Bahkan Tuhan mereka saja akan memaafkan mereka bila mereka bersalah. Dasar manusia busuk.
Namun, aku ingin tau lebih dan lebih lagi tentangnya.
Apakah manusia memang sudah busuk hingga ke akar-akarnya?
Yah, apapun hasilnya adalah apa yang diinginkan oleh hati nuraniku.
***
※Sesampainya di depan ruang guru
"Aku punya firasat buruk" batinnya.
Aku berjalan bersama salah seorang guru menuju kelas barunya.
Guru itu berpenampilan seperti seorang guru olahraga dengan rambut yang sedikit berantakan berwarna coklat tua.
Sepanjang perjalanan terlihat beberapa siswa yang belajar ataupun olahraga di lapangan dengan gembiranya.
Beberapa saat kemudian aku sampai di kelasnya.
Sebuah kelas yang lumayan berisik, namun saat guru itu masuk suasananya menjadi hening.
"Semuanya, dia adalah anak baru di kelas ini. Silahkan perkenalkan dirimu" ucap sang guru.
"Aku Hanae Natsume salam kenal" Ucapku.
Tentunya Hanae Natsume hanyalah nama samaran. Jika aku menggunakan nama asliku, nama guardian mereka pasti tidak akan percaya dengan hal itu.
"Apa ada lagi?" Tanya guru itu padanya.
"Tidak terima kasih"
"Baiklah, duduklah disamping ketua kelas. Ketua kelas harap berdiri"
"Baik!"
Terlihat seorang remaja laki-laki dengan rambut mangkok berwarna hitam dm sebuah kacamata hitam menempel di wajahnya. Sekilas wajahnya mirip Arima Kousei.
[If yu know wut i mean]
Aku mendekat lalu duduk di sebelahnya. Tempatnya berada di belakang bagian tengah.
Dia menyapaku dan berkata bahwa namanya adalah Sasagawa Yukino.
Menurutku, Yukino memiliki takdir yang baik. Tapi sepertinya ia cukup sabar.
Kupikir duduk bersebelahan dengan anak ini tak buruk.
Pelajaran berjalan lancar dan mudah bagiku. Karena masuk seminggu sebelum UAS dilaksanakan, mereka sedikit heran dan penasaran alasan kedatanganku.
Tapi, aku tak dapat mengatakan hal sebenarnya. Jadi mereka hanya tau bila ayahku pindah kesini karena pekerjaannya.
Meskipun begitu, aku heran terhadap mereka. Bila mereka bisa menyapaku, kenapa mereka tak menyapa Yukino yang duduk disebelahku?
Apa ini yang namanya diskriminasi?
Hah, dasar munafik.
Dengan sifat manusia seperti itu, kurasa mereka akan tersiksa saat Yukino dewasa.
Benar-benar...
Dosa sudah menguasi hati manusia hingga mereka tak lagi menjunjung rasa kebersamaan.
***
Matahari mulai bergerak turun dari persinggahannya. Aku berjalan pulang ke rumah sementara yang kupakai.
Clek...
"Selamat sore..." ucap seseorang dari dalam rumahku.
"Selamat sore... Ada perlu apa... Marc?" Jawabku.
"Tidak, hanya menyapa teman lama" ucapnya.
"Ayo masuk"
"Hmmm"
Marc langsung duduk di sofa putih di depan Tv. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantung jaketnya.
"Aku disuruh mengirim ini dari dewan Guardian"
Aku mengambil kertas yang diletakkan Marc tadi seraya meletakkan dua cangkir teh di atas meja dan membaca tulisan disana.
"Aku tak mau menjadi dewan Guardian." Ucapku seusai membaca dan meletakan kertas itu di meja.
"Jangan egois, kemampuanmu bahkan cukup untuk memberikan Pengayoman!" Marc terlihat kesal.
Aku menghela nafasku, asap putih muncul dari mulutku karena suhu ruangan yang terbilang sangat dingin.
"Aku masih muda, biarpun aku bisa memberikan Pengayoman... umurku masih terlalu muda"
"Haaah... Keras kepala"
Aku menyunggingkan senyum kecil kearahnya. Aku berlalu ke lemari coklat milikku, membukanya dan mengambil beberapa barang dari dalamnya.
Aku meletakkan barang-barang tersebut di sebuah meja bundar kecil yang diletakkan disamping jendela kaca dan sebuah kursi kayu dengan pegangan berwarna coklat muda dengan bantalan penyangga.
Pemandangan luar terlihat indah dan jelas. Matahari sudah turun dan langit mulai ditutupi selimut hitam.
Aku duduk dan mulai membuka buku yang kubawa dari lemari coklatku, dan mulai membacanya.
Beberapa saat berlalu, Marc masih duduk di sofa sambil menonton Tv disana. Sedangkan aku masih membaca buku.
"Nee... Apa yang kau baca?" Tanya Marc, tampaknya ia mulai bosan dan berlalu kearah ku yang sedang membaca.
"Aku membaca buku, buku-buku ini disebut Manga dan Light Novel"
"Hmmm.... Coba kulihat..." ia mengambil beberapa buku dan mulai membacanya di sofa tempat ia menonton tadi.
※Beberapa saat kemudian
"Hahahaha~ Kau terkenal sekali ya!" Tawa Marc kearah ku setelah membaca bukunya.
"Apa?"
"Ini loh..." ucapnya sambil menunjuk salah satu halaman.
"Itu bukan aku" Ucapku datar.
"Hahaha... Walau dikenal sebagai seorang Fallen Angel, kau cukup terkenal juga ya"
"Terserah kau Marc" aku menghela nafasku sejenak.
"Lagipula tak ada yang namanya 'Fallen Angel' atau apapun itu. Malaikat berbeda dengan iblis dan Guardian kau tau. Malaikat tak punya nafsu ataupun sifat seperti Iblis ataupun manusia... tapi, Guardian punya sifat itu namun terpendam jauh atau lebih tepatnya terkunci." Lanjutku.
"Hmmm kau benar juga... Tapi kenapa tetap kau baca?" Marc memiringkan kepalanya.
"Mereka bilang ini bagus"
"Dan menurutmu?"
"Lumayan..."
"Begitu ya... Kalau begitu aku mau juga!"
Akhirnya mereka berdua duduk dan membaca buku-buku itu sambil menikmati teh yang sudah dibuat lagi.
※ Bonus.
Setelah membaca beberapa buku, kini giliran sebuah buku dengan gambar yang agak aneh.
Aku membuka dan membacanya.
Brruukk!!
Aku terjatuh saat selesai membaca buku itu, wajahku memerah dan rasanya dadaku berdetak kencang...
A-apa ini?!
"Hei! Apa yang terjadi?! Ada apa?! Kau pucat sekali lho!" Ucap Marc khawatir.
Ia begitu kaget saat aku terjatuh hingga ia hampir tersedak teh yang ia minum.
Dengan lirih aku mengambil buku yang baru kubaca dan berbicara padanya.
"A-aku baik-baik saja. H-hanya saja... Buku ini mengandung unsur yang sangat kuat sekali" Ucapku.
"A-apa?! Unsur yang kuat sekali?!" Pekik Marc.
'Hebat sekali buku itu sampai dapat membuatnya seperti itu' batin Marc.
"Iya.."
"Buku apakah itu?" Marc terlihat antusias.
"Buku ini adalah 'Doujinshi Yaoi' berjudul 'Love Stage'." Ucapku dengan nada serius.
"Apa?! Sekuat itukah buku itu?!" Pekik Marc (lagi).
"Hmm. Bacalah sendiri"
Dan akhirnya mereka mulai penasaran dengan 'Yaoi' dan mencari kelanjutan ceritanya.
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Selesai~
Anuu...
Biasanya abis ini bakal ada yang nanya siapa nama tokoh utamanya?
Tapi maaf, Ryu gak bisa ngasih tau :v
Karena Ryu masih menunggu saat yang tepat meskipun jadi semakin sulit. DAN sementara si tokoh utama kita panggil Natsume~
Karena Ryu suka banget anime yang udah ada 5 season itu...
Judulnya Natsume Yuujinchou.
Keren banget lah ceritanya!
Dan buat Flow @FlowSara yang sempat nanya di cerita aku yang lain, mungkin bisa dibilang jawabannya adalah...
( ͡° ͜ʖ ͡°)
Aku BUKAN FUJODANSHI BIASA!
AKU ADALAH HENTONGER YANG MENTOLERIR SEGALA MACAM GENRE.
Jadi aku bukan hanya seorang Fujodanshi... ( ͡° ͜ʖ ͡°)
WOY NIH CERITA TADINYA MAU SERIUS LHO!
Para pembaca bersabarlah dengan cerita setengah matang ini...
Dan jangan lupa Vote & Comment & Kritik/saran ya~
Berlanjut lagi nanti...
Salam Ryu.
Salam ShiroKuro92
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top