Part 19 - Hurt
"Amanda." Afgan berlari mengejar Amanda di koridor kelas 11.
Bukannya berhenti Amanda justru memacu langkah kakinya semakin cepat. Diam-diam Amanda mengumpat dalam hati, dia sedang kesal pada semua makhluk yang ada di bumi. Harap menjauh dan jangan mendekat.
"Amanda." Afgan meraih pergelangan tangan Amanda, cewek itu akhirnya berhenti.
"Apaan?!" Amanda mendelik kesal.
"Lo kenapa, sih? Kok menjauh dari gue? Apa karena gue nggak ganteng lagi? Apa kegantengan gue berkurang?" tanya Afgan, satu alisnya terangkat ke atas
Garing. Amanda tidak tertawa mendengar candaan Afgan yang receh, karena memang tidak lucu sama sekali.
"Kalau gue ada salah, bilang. Jangan diam begini, terus lo menjauh," suara Afgan melemah. Tidak terdengar seperti candaan.
"Siapa yang menjauh?" tanya Amanda.
"Lo! Chat gue nggak dibalas. Lo nggak mau nebeng lagi sama gue. Lo berubah," jawab Afgan dengan wajah yang sengaja dibuat cemberut.
"Gue lagi sebal sama seluruh manusia yang ada di muka bumi ini. Termasuk lo!" ujar Amanda dengan nada sebal.
Semua tentang Sarah kembali berputar-putar dalam benaknya. Kecintaan orang-orang pada Sarah selalu mampu membuat semangat Amanda jatuh pada titik terendah. Mungkin Amanda iri, entahlah.
Dengan polos Afgan bertanya, "salah gue apa?"
"Banyak!" Amanda berdesis. "Lo lebih mentengin Sarah dari gue. Lo lebih suka Sarah dari gue. Gue nggak suka!"
Kenapa Amanda terdengar seperti orang yang sedang cemburu?
"Siapa bilang gue suka Sarah?"
"Gue!" Amanda menjawab Afgan dengan lugas.
"Apa lo ... cemburu?" tanya Afgan. Topik ini sedikit sensitif.
"Ya iyalah! Gue nggak suka lo bagi perhatian sama Sarah," jawab Amanda gamblang. Tau sendiri lah seperti apa sifat Amanda. Ceplas-ceplos dan tidak tahu cara mengontrol lidahnya ketika sedang bicara.
Afgan tersenyum aneh, rada genit. "Ah, lo bisa aja bikin gue merasa tersanjung"
"Ini peringatan! Lo jauhi Sarah, atau kita nggak berteman lagi. Sarah atau gue?" tanya Amanda penuh percaya diri.
"Lo tau nggak beda lo sama Sarah?"
Amanda melirik Afgan. "Nggak tau. Memang beda kami apa?"
"Bedanya Sarah itu cuma cantik, tapi kalau lo bisa bikin nyaman."
"Aaaaaa," Amanda tersipu. Kemudian dia memukul lengan Afgan dengan genit. Cepat sekali mood Amanda berubah.
Afgan tertawa melihat respon yang diberikan Amanda. Lihat, Amanda sangat sederhana. Hal kecil mampu membuat perempuan itu bahagia. Padahal Afgan hanya ngegombal receh.
"Ngombalin gue lagi dong," minta Amanda dengan polos.
Tawa Afgan pecah. Perempuan ini, pikirnya.
Amanda ikut terkekeh. Afgan berhasil memperbaiki mood Amanda yang rusak.
"Akhirnya muka cemberut lo hilang," ujar Afgan sambil mengacak rambut pada puncak kepala Amanda.
"Selama ini selera hidup gue hilang gara-gara Sarah," jawab Amanda jujur. Dia bukan pribadi yang suka menyimpan isi hati. Dia tidak suka Sarah, maka Amanda tidak akan bersikap pura-pura.
"Kenapa lo benci banget sama Sarah? Dia cewek cantik, kalem, manis, ramah. Jadi salahnya di mana?"
"Karena dia udah ngerebut Arsen. Sarah itu pacar Arsen!" jawab Amanda berapi-api.
"Jadi Sarah itu pacar Arsen?!" pekik Afgan. "Pantas mereka akrab banget."
"Jadi lo baru tau?" tanya Amanda.
"Arsen belum cerita, lo tau sendiri Arsen itu pribadi yang tertutup masalah perasaan. Wah, untung belum gue tikung si Sarah," tutur Afgan.
"Lo suka ya sama Sarah?" Bibir Amanda menekuk sedih.
"Gue lebih suka sama lo," bisik Afgan tulus.
Membuat senyuman di bibir Amanda mengembang. Dadanya berdegup halus pertanda Amanda bahagia mendengar perkataan Afgan. Tuhan sungguh baik mengirimkan Afgan dalam hidup Amanda yang sepi.
"Yuk, gue antar ke kelas," ajak Afgan.
"Ayuk," Amanda berjalan di samping Afgan. Melewati koridor kelas sebelas yang cukup ramai. Beberapa murid curi-curi pandang pada mereka.
"Tau nggak, saat ini lo bagaikan pangeran berkuda putih di mata gue," ujar Amanda.
Tawa Afgan kembali lepas. Pangeran berkuda putih? Hahaha, ada-ada saja Amanda ini.
"Kenapa bukan pangeran Arab aja? Biar kaya."
"Ish."
-o0o-
"Wah, Sarah lo hebat banget main volley," teman satu tim Sarah bersorak riang ketika servis yang dilayangkan Sarah tidak dapat dihalau oleh tim lawan.
Hari ini mereka sedang belajar volley dalam mata pelajaran olahraga. Sebelum ke lapangan guru memberi materi mengenai olahraga volley, dan sekarang mereka mejalankan praktek.
Amanda mendelik sebal. Orang-orang berusaha mencari perhatian Sarah. Semua orang terlihat ingin lebih dekat dan akrab dengan perempuan itu, membuat Amanda merasa terasing. Amanda harus banyak-banyak bersabar, ditambah lagi ia harus satu tim dengan Sarah pada kesempatan ini.
Poin kebanyakan dicetak oleh Sarah. Membuatnya semakin disanjung-sanjung.
"Tim yang kalah traktir ya," ujar teman satu tim Sarah.
"Kami pasti menang. Ada master volley di tim kami." Retno menunjuk Sarah dengan penuh rasa bangga.
Cih, Amanda berdecih kesal. Amanda juga cukup ahli bermain volley tapi teman-temannya tidak pernah memuji dirinya seperti mereka memuji Sarah. Menyebalkan sekali.
Hingga tiba giliran Amanda melakukan servis. Sarah berdiri tepat di dekar net, sementara Amanda berdiri pada posisis belakang di tempat melakukan servis. Amanda tersenyum miring ketika Sarah memberi semangat melalui senyuman. Jujur Amanda tak suka.
"Rasakan bola ini."
Amanda mengayunkan tangan sebanyak dua kali sebelum memukul bola. Sarah yang berdiri di dekat net ditatap Amanda dengan tajam, dia target Amanda.
Buk!
Suara bola yang pukul oleh Amanda terdengar. Dibaca Amanda jarak dengan tepat agar mengenai sasaran. Bola melayang cepat di udara. Berputar-putar, dan berakhir mengenai kepala Sarah.
Tepat sasaran!
"Sarah!" panik orang-orang. Hanya Amanda yang tersenyum puas melihat Sarah tumbang, kemudian pingsan.
Eh, pingsan?
"Waduh!" Mendadak Amanda menjadi panik.
Amanda berdiri kaku di tempat. Tidak menyangka efek bola yang dipukulnya akan sedahsyat ini. Amanda sengaja melakukannya, tapi bukan berarti ia berniat jahat ingin mencelakai Sarah.
"Manda, Sarah pingsan nih. Tanggung jawab lo!" pekik Salah seorang teman sekelas Amanda.
"Gue nggak sengaja," cicit Amanda sambil mendekati tubuh Sarah dengan takut-takut.
"Panggil anak cowok! Biar Sarah diangkat ke UKS," pintah Retno. Kebetulan saat ini semua murid laki-laki sedang bermain footsall di lapangan indoor. Guru olahraga yang mengajar mereka juga ada di sana.
"Ada apa ini?"
Suara berat khas anak laki-laki menarik perhatian. Arsen datang dengan ekspresi datar. Murid yang berkerumun mengelilingi Sarah otomatis menyingkir.
"Sarah?" Wajah dingin Arsen berubah panik.
"Sarah pingsan," aduan terdengar.
"Karena Amanda," sambung yang lainnya.
"Gu-gue --" Amanda tidak dapat membela diri. Dia salah, dan juga sengaja.
Arsen mengecek keadaan Sarah. Ditepuknya dengan pelan pipi Sarah beberapa kali. Karena tidak mendapat respon akhirnya Arsen memilih untuk menggendong Sarah dan membawanya ke UKS.
Amanda menunduk tidak berani melihat Arsen. Wajah Amanda tampak pias.
Arsen berhenti sebentar ketika melintasi Amanda. Lalu ia berujar dengan nada tajam, "kalau sampai terjadi sesuatu pada Sarah, lo berurusan sama gue!"
Ancaman Arsen sebelum pergi pada Amanda membuat hati perempuan itu kembali patah. Amanda ingin menangis. Dadanya sesak. Ia juga merasa takut. Amanda tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Tanpa orang ketahui tangan Amanda bergetar.
Yang ada dalam benak Amanda hanya ... Afgan. Dan ia ingin berlindung di balik punggung laki-laki itu.
_o0o_
Amanda mengintip dari balik jendela UKS. Dengan mata dan kepalanya sendiri Amanda menyaksikan bagaimana Arsen merawat Sarah. Begitu telaten dan hati-hati.
"Amanda," seseorang berbisik di telinga Amamda.
Amanda menoleh. Afgan ternyata. Dengan mata berkaca-kaca Amanda menatap laki-laki itu. Wajahnya memelas.
"Lo kenapa?" tanya Afgan.
Amanda menggeleng.
"Cerita sama gue. Lo kenapa? Kenapa tatapan lo sedih begini?" tanya Afgan lagi.
"Boleh gue pinjem bahu lo?" Amanda menjawab pertanyaan Afgan dengan balik bertanya.
Tanpa menunggu respon dari pemilik bahu, Amanda langsung meletakkan kepalanya di atas bahu Afgan dengan posisi wajah menghadap bawah. Kemudian terdengar suara isakan kecil. Huh, Amanda cengeng sekali akhir-akhir ini.
Tbc
Makasih udah mampir 😍😚
Butuh kritik dan saran 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top