24. Flashback 2

"Duduk." Kai pun duduk di sofa yang ada dan suasana berubah menjadi serius dalam sekejap mata.

"Darimana kau tahu bila Boy nak pergi balik ke Planet Thousand?" tanya Aira menata buku-buku ke dalam rak di belakangnya.

"Rizal yang cakap, jadi betul ke tak?" jawab Kai.

"Betul, ini rancangan aku untuk ke depannya. Reck dan Shen boleh jadi makin menjadi-jadi dalam ambisi diorang, kita tak boleh anggap remeh." jelas Aira duduk di sebelah Kai.

"Lagipun Batu Kristal Bintang tu berasal dari kuasa aku, jadi dah jadi tugas aku untuk jaga sampai keturunan kita dapat. Kan Akak?" sambung Boy memulihkan suasana yang sedikit tegang itu.

"Betul, lagipun Boy ni dah makin kuat selepas 100 tahun kita kat sini." lanjut Aira tersenyum menoleh ke arah adiknya yang sedang menata buku di rak atas menggunakan kuasa anginnya.

"Kau pulak? Nak ikut balik ke?" tanya Kai menatap Aira.

"Mestilah...tak. Aku kena bina keturunan kat sini sebab sini la yang paling selamat."  jawab Aira menatap tangannya sendiri.

"Tapi macam mana bila Reck dapat kesan Akak?" khawatir Boy yang kembali turun dan menatap kakak satu-satunya dengan pandangan 'Akak macam mana?'.

"Itu biarkan jadi urusan Akak kat sini, kau baik fokus je kat Planet Thousand sana. Kai, macam mana perjanjian antara dengan kerajaan terdekat tu?" kata Aira memberikan senyuman lembut demi bisa mengurangi rasa kekhawatiran dua lelaki di depannya.

"Aman dan Raja diorang dah sediakan tempat tinggal dekat dengan istana. Kau pula kena jadi tangan kanan dia." kata Kai mengingat pertemuannya dengan raja di kerajaan terdekat beberapa hari yang lalu.

"Malas, tapi baiklah. Bila kita boleh pindah?" ucap Aira menatap langit gua yang sudah di jadikan rak buku.

"Lusa kot, kita pun kena hapuskan jejak kita kat gua ni." balas Kai yang ikut menatap langit gua.

"Aku faham, Boy baik kau pergi sekarang. Akak tak nak tengok rumah kita jadi sarang kejahatan dan Akak tak nak adik-adik Akak yang lain sedih." kata Aira menatap serius adiknya yang masih hidup itu.

Aira adalah anak pertama dari 5 bersaudara sedangkan Boy adalah anak terakhir. Kemana perginya 3 anak lainnya? Mereka terbvnvh karena melindungi Aira dan Boy setelah orang tua mereka terbvnvh.

"Siap Akak. Akak baik-baik tau kat sini, Boy dah tak kat dekat Akak lagi bila dah keluar dari gua ni." jawab Boy yang rasa kekhawatiran terhadap kakaknya yang masih tersisa itu tidak pernah hilang.

"Akak tau, kau pun baik-baik kat sana. Kau je satu-satunya adik Akak. Akak tak nak kehilangan lagi jadi kau baik-baik kat sana." Aira

"Abang Kai jaga Akak Aira tau. Jaga keponakan aku sekali, aku akan cuba kirimkan surat bila boleh." kata Boy mengajak Kai tos kepal.

"Aku tahu Boy, diorang tu keluarga aku jadi sudah sepatutnya aku jaga diorang. Kau tak payah nak susah kirim surat, aku dah buatkan alat komunikasi." balas Kai memberikan satu alat komunikasi kepada Boy setelah melakukan tos kepal.

"Woahhh....gila cool, terbaik la Abang Kai." kata Boy mengacungkan ibu jarinya saat menerima alat tersebut.

"Cipta barang tak cakap-cakap dulu kat Ai." kata Aira yang memalingkan wajahnya.

"Ala~merajuk la tu~" goda Boy.

"Mari sini Boy!" Aira mulai mengejar Boy yang dengan reflek menghindar.

"Tak kena! Kejarlah bila dapat! Kelajuan Voltra!" Boy dan Aira berakhir saling mengejar satu sama lain, hal itu tidak luput dari perhatian Kai.

"Ternyata betul bila umur hanya sekedar angka. Umur je yang dewasa, perangai macam budak-budak tadika." gumam Kai yang sudah terbiasa dengan segala keributan di keluarganya.

Setelah puas berlarian, Boy pun pamit pergi dan Aira dibantu dengan suami juga anak-anaknya membereskan gua itu dari semua yang mereka lakukan selama 100 tahun di sana.

"Betul ke kita akan pindah kat dekat manusia semua tu Ayah? Bila diorang nampak bila kita ni lain macam mana?" tanya Reza saat membereskan barang-barang miliknya.

"Mama dah uruskan pasal tu, kan Mama?" balas Rizal yang duduk di lantai dengan botol minum di tangannya.

"Betul tu, asalkan korang tak tunjukkan kuasa korang. Ada yang tahu macam mana nak naik dinding sana?" jawab Aira menata buku-buku koleksinya di kotak-kotak.

"Serahkan pada Rizal yang hebat ni. Kuasa Graviti." Rizal terbang ke atas langit gua untuk membereskan apa yang ada di atas sana.

"Cih ada kuasa graviti boleh la." kata Reza yang iri dengan adiknya.

//Reza: aku tak jeles la!

Hmm yelah tuu~

Reza: Jaga kau Amy./kejar Amy

Tak dapat! Tak dapat!/masih lari

Aira: abaikan je lah diorang ni.//

"Jeles la tu~manipulasi molekul apa boleh buat?" ejek Rizal dari atas langit gua.

"Oh jaga kau, Tukaran Molekul." Reza menembak sepatu milik Rizal menjadi pemberat dan karena terkejut, Rizal hampir saja terjatuh.

"Ish mana acik ni Abang Reza. Pemberat Graviti-" Rizal dan Reza hampir saling menyerang jika tidak dihentikan.

"Dinding Tenaga!/Room!"

Keduanya terkejut karena orang tua mereka menghalangi mereka untuk bertengkar dengan mudahnya, "Eh apa ni Ayah?/Mama?" protes keduanya.

"Bila nak gaduh, nanti lepas kita bereskan gua ni. Korang boleh gaduh sepuasnya, dah lanjut bebersih." kata Aira menurunkan Rizal ke bawah.

"Baik Mama." Reza dan Rizal kembali akur untuk sesaat sampai gua yang menjadi tempat tinggal mereka pun kembali ke bentuk asal.

"Kita selesaikan perkara tadi kat perigi." kata Reza yang masih mengingat pertengkaran yang tertunda.

"Siapa takut, jom." jawab Rizal yang berdiri dan berjalan keluar gua dengan melakukan peregangan.

"Petang nanti kena dah balik gua tau! Kita dah nak berpindah dah!" teriak Aira saat keduanya hampir menjauh dari mulut gua.

"Baik Mama!" Reza dan Rizal pun langsung pergi ke danau terdekat untuk adu argumen/kekuatan yang sempat tertunda tadi, Aira dan Kai hanya menggeleng pasrah karena memang sifat anak-anak mereka sedikit unik.

"Anak kau tu." kata Aira menatap mulut gua.

"Anak kau juga." balas Kai yang juga ikut menatap mulut gua.

"Macam mana sifat diorang macam tu?" heran Aira.

"Entahlah, anak kita kan tu?" tanya Kai ragu.

"Ha ah, anak-anak kita la." jawab Aira walau sedikit ragu

"Macam bukan je." balas Kai kembali masuk ke dalam gua.

"Anak sendiri Kai." Aira pun mengikuti Kai ke dalam gua untuk melanjutkan beberes.

Dua hari berlalu dan mereka satu keluarga pindah ke wilayah kerajaan terdekat dengan hutan yang menjadi wilayah tempat tinggal mereka selama menetap di Bumi.

"Terimakasih sudah menerima kami di kerajaan ini Yang Mulia Raja." kata Kai saat di hadapan Raja I.

"Sama-sama Tuan Kai, saya pun berterimakasih sebab Tuan Kai dah tolong sembuhkan istri saya." ucap Raja I ramah.

"Sudah tugas saya sebagai tabib keliling untuk menyembuhkan orang-orang, Yang Mulia Raja." balas Kai. Kai selama ini bekerja sebagai tabib keliling untuk memenuhi kebutuhan mereka di Bumi.

"Lalu siapakah gerangan orang-orang di belakang Tuan?" ucap Raja I saat melihat 3 orang di belakang Kai.

"Ini ialah keluarga saya, istri saya ialah petualang dan ini anak-anak saya, Aira Han, Reza Han, dan Rizal Han." kata Kai memperkenalkan keluarganya.

"Awak ni Aira Han yang terkenal dengan pencipta alat-alat canggih tu kan? Juga sebagai pengajar." tebak Raja I saat melihat Aira.

"Iya Yang Mulia Raja. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" jawab Aira dengan segala hormatnya walau dulu dia adalah ratu.

"Tidak, tapi saya selalu berharap bisa berjumpa dengan awak. Berkat awak pula, kerajaan ni maju." kata Raja I melihat keluar jendela.

"Betul ke? Saya senang bila penemuan dan pengetahuan saya berguna untuk orang lain." kata Aira yang senang jika pengetahuan dan penemuannya di manfaatkan dengan baik.

"Jika awak berkenan, awak boleh bekerja kat istana sebagai tangan kanan saya." tawar Raja I namun dibalas gelengan dari Aira.

"Saya sangat tersanjung dengan penawaran Yang Mulia, tetapi maafkan saya Yang Mulia. Saya hanya ingin seperti ibu rumah tangga biasa saja." jawab Aira dengan sopannya.

"Baiklah saya tidak dapat paksakan kehendak awak, tapi apakah awak berkenan bila awak bekerja sebagai kepala perpustakaan kerajaan? Saya nampak awak ni suka dengan pengetahuan." tawar Raja I lagi kepada Aira.

'Aku saja nak santai kat rumah tak boleh ke?' batinnya saat mendengar tawaran yang diberikan pada dirinya.

"Macam mana Kai? Boleh tak?" tanya Aira yang meminta pendapat dari suaminya. Reza dan Rizal hanya diam karena mereka tahu jika bukan urusan mereka untuk ikut campur dalam hal itu.

"Kenapa kau tanyakan aku? Ikut kata hati kau je lah, aku akan sokong apa yang kau buat." balas Kai mengelus kepala Aira pelan dan sebentar.

"Baiklah, sebabkan saya tadi sudah tolak permintaan Yang Mulia, saya akan bersedia atas permintaan kali ni." kata Aira menunduk hormat.

"Terima kasih puan Aira, saya sangat senang bila awak dah terima permintaan saya." jawab Raja I dengan aura berseri.

"Saya yang patutnya bersuka hati Yang Mulia." sejak hari itu, keluarga Aira beserta keturunannya bekerja sebagai pegawai kerajaan bahkan sampai mendapatkan gelar bangsawan.

Tahun demi tahun di lalui dan kerajaan besar itu kini menjadi sebuah negara bernama Malaysia. Saat masa penjajahan, keluarga Han lebih memilih tinggal di suatu pulau kecil yang mereka namakan Pulau Rintis.

Kekuatan dari keluarga Han perlahan juga menghilang dan berpindah ke power shpera yang pasti setiap generasi temukan. Namun hal itu berhenti saat di generasi Ayah Amato, Tok Aba karena di generasi mereka memang tidak ada yang memiliki kekuatan.

Namun Amato, tanpa sengaja bertemu dengan Mechabot yang dulu di ciptakan oleh Kai dan Reza. Mechabot merasa jika Amato mirip dengan seseorang tetapi dia tidak mengingatnya.

Kejadian BoBoiBoy bertemu dengan Ochobot adalah setengah dari rekayasa dari Boy. Kenapa bisa begitu?

Sebenarnya Boy memang ingin mengirimkan kuasanya ke keturunan Aira di Bumi entah pada siapa itu. Namun di tengah perjalanan pengiriman, Ochobot ditangkap oleh Adudu dan ya selebihnya sudah diceritakan.

Kembali ke keadaan sekarang....

Ailsa melihat kilas balik itu semua dalam beberapa detik sebelum dia melakukan sesuatu yang tentu saja membahayakan nyawanya.

"Ah macam tu kehidupan diorang selama di Bumi. Nampak macam keluarga impian, tapi sayang aku tak boleh buat macam tu dengan Kaizo. Maaf Kaizo." gumam Ailsa meneteskan air matanya.

"Ailsa...." Kaizo menyadari air mata yang turun pada Ailsa dan dalam diam, dia juga menangis namun tertutup dengan topengnya.

"Dimension! Explosion!"

Mendengar mantra tersebut, sontak yang lainnya langsung berteriak memanggil Ailsa, termasuk BoBoiBoy.

"Ailsa!/Akak!"

"Bye korang, aku senang bila dah kenal dengan korang dan hidup bahagia walau sementara saja. Bye semua." di sekitar Ailsa dan Reck tercipta kotak hitam pekat yang membuat mereka di luar kotak tidak bisa melihat apa yang ada di dalamnya.

Tak lama setelah itu, kotak itu menyusut dan meninggalkan dua orang yang sudah terbaring di tanah.

Betapa syok mereka setelah kotak hitam itu menghilang dan BoBoiBoy yang terdekat dengan mereka langsung menghampiri Ailsa yang sudah tergeletak dengan darah di mana-mana.

"Akak! Akak bangun! Akak!" panggil BoBoiBoy saat menghampiri Ailsa yang sudah tidak berdaya.

"Akak...hiks...Boy mohon bangun la....hiks....Akak dah janji nak balik bumi kan....hikss Akak!....AKAK!!" teriakan BoBoiBoy itu membuat yang lainnya ikut merasakan pedihnya/sakitnya hati BoBoiBoy.

"Ughh sayang betul bila dia dah susul Bella, sekarang senang aku hapuskan korang." ternyata Reck belum kalah walau sudah diledakkan dengan mantra terkuat ditambah dengan kotak hitam tadi.

Reck perlahan mendekat ke arah kakak-adik yang tak jauh darinya dan saat akan mengangkat pedangnya, sebuah tembakan membuat pedangnya terbakar habis.

"Kau....dah buat Akak korbankan nyawa dia, aku akan balas apa yang dah kau buat pada Akak! BoBoiBoy Kuasa Tujuh!"

Pertarungan kembali terjadi antara BoBoiBoy dengan Reck, sedangkan tubuh Ailsa sudah dibawa ke pinggir untuk di periksa.

"Macam mana Mai?" tanya Amato kepada Maira yang masih memeriksa Ailsa.

"Kesempatan hidup Akak Ail sekejap lagi je, Mai tak yakin boleh buat ke tak." kata Maira pelan.

"Uncle yakin kau boleh, Akak kau je dah percayakan pasal ni kan? Jujur uncle pun terkejut bila Ailsa buat macam tu." kata Amato menepuk pundak keponakannya.

"Baik uncle, Zein! Tolong sokong aku boleh tak?!" Zein yang sedang merawat yang masih terluka pun mendekat dan mengangguk.

"Kuasa Penyembuh."

Aura putih keluar dari tubuh Maira dan Zein lalu menyalur ke Ailsa yang sudah hampir di ambang kematian.

Di bawah alam sadar Ailsa sendiri.....

"Mama, Nenek, Atok, tak boleh ke Ail ikut korang?" tanya Ailsa yang saat ini berada di satu perbatasan antara kehidupan dan kematian.

"Tapi macam mana janji kau kat BoBoiBoy? Atok dah tak boleh tunaikan dah." kata Tok Aba yang ada di sebelahnya.

"Tapi...Ail pun nak ikut." mohon Ailsa dengan penuh harap pada tiga orang di depannya.

"Ail, anak Mama kan kuat. Jadi tunaikan habis dulu semuanya kat dunia, lepas tu akan ada waktunya kita berjumpa balik." kata Bella mengelus pipi putri sulungnya itu.

"Atok akan kat sini jap, awaskan kamu yang degil ni." kata Tok Aba mencubit hidung Ailsa.

"Cucu pertama Nenek pasti boleh ya, Nenek pergi dulu sebab dah nak habis waktunya." nenek Ailsa pergi mendahului dan disusul oleh Bella setelah memberikan pelukan terakhir dan kecupan terakhir.

𝙽𝚎𝚡𝚝....

27/08/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top