22. Pertempuran(2)
Chapter sebelumnya...
"Menyerah je la Reck, tinggal kau seorang je kat sini." kata BoBoiBoy saat Reck terduduk lelah tetapi Reck mencoba berdiri dan dia tiba-tiba saja tertawa keras.
"Yahahahaha kau pasti budak?" BoBoiBoy menatap heran pertanyaan Reck hingga suara batuk seseorang di belakangnya.
*uhuk! Uhuk!!
"Akak!"
Back...
Ailsa jatuh terduduk memegang dadanya, tangannya yang tidak memegang pedang itu digunakan untuk menutupi mulutnya.
Dari mulutnya dan hidungnya keluar darah segar yang tidak berhenti mengalir. Kepalanya tiba-tiba saja nyeri dan nafasnya mulai tidak beraturan.
'Ughh aku nampaknya dah gunakan semua tenaga ku. Dadaku sakit.' pikir Ailsa dan perlahan pandangannya memburam dan telinganya berdengung.
"Akak! Akak kenapa ni?!" ucap BoBoiBoy panik saat melihat darah yang menetes dari mulut dan hidung sang Kakak.
'Tak, aku tak boleh kalah sekarang. Aku kena...kalahkan Reck dahulu.' Ailsa berusaha untuk tetap berdiri dan menjaga kesadarannya, walau hal itu sulit karena dirinya sudah memakai hampir semua tenaganya.
"Ughh kau cakap aku kena menyerah, tapi cuba tengok siapa yang patutnya menyerah sekarang?" Reck ingin mendekat ke arah kedua kakak-beradik itu, namun sesuatu menahannya untuk berjalan lebih dekat.
"Kuasa Slow-mo!"
"Graviti Pemberat Maksima!"
BoBoiBoy melihat kedua temannya itu membantu untuk menahan Reck kebingungan karena baru saja tadi mereka semua kelelahan setelah menjatuhkan Shen, "Korang? Apa yang korang buat ni?" tanya BoBoiBoy menatap satu persatu temannya.
"Haiya pasti tolong kau la, sekarang Kapten Kaizo! Fang!" jawab Ying yang berusaha menahan pergerakan Reck dan sesaat kemudian dua kakak-beradik lainnya muncul dari belakang Ying, menyerang Reck.
"Tumbukan Tenaga Jingga Maksima!"
"Tumbukan Beruang Bayang!"
Belum juga Reck mencoba mengambil nafas, serangan lain membuatnya terlempar cukup jauh dari mereka, "Serangan Combo! Ryan dan Ray dengan alat yang mereka ciptakan masing-masing, menyerang Reck hingga terbatuk darah.
Belum juga selesai, Rosa yang entah darimana munculnya, kini sudah berada di dekat Reck dengan tangan mengarah ke Reck, "Manipulasi Darah." Rosa menggunakan kekuatannya untuk memberikan Reck racun dan itu cukup berhasil.
"Korang-ughh *ughukk!" Ailsa ingin mengatakan sesuatu tetapi tenggorokannya terlalu sakit untuk berbicara, bahkan sampai terbatuk darah.
"Jangan banyak gerak! Kau dah paksakan tenaga kau semua, sekarang giliran kita lindungi kau. Jaga Akak kau tu BoBoiBoy, Tetakan Pedang Tenaga Jingga!" ucap Kaizo yang kembali menyerang Reck bersama yang lainnya.
"Kaizo benar Ail, kau baik rehat. Boy, jaga Akak kau ya. Jom Mechabot!" Amato ikut kembali bangkit dan dia ikut menyerang Reck bersama yang lainnya.
Di tengah-tengah pertarungan sengit itu, mereka mendengar suara seseorang, "Tuan!" BoBoiBoy melihat ke arah suara dan mendapati jika ada Ringbot di jari Ailsa yang membesar seukuran power shpera normal dan mendekat ke mereka berdua.
"Ringbot, apa hal kau muncul ni?" tanya BoBoiBoy sedangkan Ailsa masih mencoba untuk tetap menjaga kesadarannya.
"Tuan yakin ke nak buat 'benda tu'? Macam mana kalau—" Ringbot mengabaikan pertanyaan BoBoiBoy dan lebih khawatir dengan tuannya.
"Aku tak kan buat sejauh ini Ringbot, aku tak tahu apa akibat ledakan tu nanti padaku tapi itu pasti berkesan pada Reck." potong Ailsa memaksakan dirinya untuk berbicara dan masih tetap berusaha menjaga kesadarannya.
"Akak nak buat apa ni? Ledakan apa yang Akak maksud? Akak tak korbankan dirikan demi kitorang?" kata BoBoiBoy yang merasa jika 'benda itu' bukanlah sesuatu yang baik walau dia tidak tahu benda apa yang dimaksudkan.
'Maafkan Akak ye Boy, semuanya maafkan Ail ya.' Ailsa tersenyum lemah dan dia perlahan mengeluarkan sesuatu dari jubahnya, sesuatu berbentuk kotak berwarna hitam pekat dengan garis emas yang membentuk gambar di setiap sisinya.
"BoBoiBoy, gunakan apa yang ada dalam kotak ni. Kau pasti tahu macam mana cara nak buka kotak ni, Akak nak rehat jap." ingin saja BoBoiBoy bertanya tetapi Ailsa sudah terlebih dulu pingsan.
"Macam mana nak buka ni?? Ringbot, kau boleh jaga Akak jap kan?" kata BoBoiBoy menatap bingung kotak yang kini ada di tangannya.
"Sudah tentu, Tuan Ailsa ni Tuan aku yang paling baik dan pengertian jadi mestilah Ringbot akan jaga Tuan." mendengar jawaban Ringbot, BoBoiBoy tersenyum dan mencoba membuka kotak yang Ailsa berikan sebelum pingsan.
"Kau nak buat apa dengan kotak tu budak!?!" mendengar teriakan Reck itu membuat BoBoiBoy menjadi pusat perhatian, BoBoiBoy tentu terkejut karena teriakan Reck dan dia memandang kedua objek, yaitu kotak di tangannya dan Reck secara bergantian.
"Bagi kotak tu atau kau akan menyesal sebab dah buka sesuatu yang sepatutnya tak boleh dibuka." kata Reck berusaha menghindari serangan yang lainnya sembari mendekat ke BoBoiBoy.
"Apa yang kau maksud? Kau takut ke apa yang kat dalam kotak ni?" tanya BoBoiBoy melempar tangkap kotak itu di tangannya dan berdiri dari duduknya.
"Aku lagi lama hidup daripada kau budak mentah, bagi kotak tu dan aku akan pergi dari sini, aku pun takkan kacau hidup korang semua lagi." BoBoiBoy kembali menatap kotak itu dan Reck secara bergantian hingga satu memori dari ingatan Boy muncul.
"Heh*senyum miring, aku tahu apa yang kena perbuat." BoBoiBoy memegang jam kuasanya dan berubah menjadi salah satu elementalnya.
"Tangkap aku bila kau dapat Reck! Kuasa Elemental. BoBoiBoy Voltra!" BoBoiBoy menggunakan kekuatan voltra untuk melarikan diri dari Reck yang mengejarnya hingga terjadilah aksi kejar-mengejar antara keduanya.
Maira dan Zein memeriksa keadaan Ailsa yang pingsan dengan Ringbot yang menjaganya. Maira nampak panik saat memeriksa Ailsa dan itu membuat Zein heran.
"Macam mana?" tanya Zein yang melihat Maira panik dan berulang kali memeriksa keadaan Ailsa.
"Jantung dan nadi Akak melemah, tapi aku tak tahu macam mana nak pulihkan dia sebab tak de tanda-tanda luka ataupun cedera." jawab Maira dengan nada panik.
"Biar aku gunakan kuasa aku." Maira terkejut dengan penuturan Zein yang ingin menggunakan kekuatannya.
"Tapi kau tahu kan bila Akak dah suruh kau jangan gunakan kuasa tu, terlalu banyak resiko la bila gagal." Zein menghiraukan peringatan Maira dan dia memegang kedua tangan Ailsa lalu aura abu-abu muncul di sekitarnya juga Ailsa.
"Manipulasi Masa, Rewind Back."
Aura abu-abu itu menyelimuti Ailsa untuk beberapa saat dan setelah aura abu-abu itu menghilang sepenuhnya, Zein dengan wajahnya yang pucat itu pingsan tepat di sebelah Ailsa yang wajahnya kembali normal.
"Aku dah cakap masa dulu, bila kau gunakan kuasa kau, tenaga kau akan terkuras langsung sebab kau ni memanipulasi masa dalam jangka panjang bukan macam Ying." Maira terpaksa harus membawa Zein beristirahat di pesawat angkasa mereka bersama para penduduk bumi.
"Apa jadi dengan dia?" tanya salah satu penduduk saat melihat Maira menggendong Zein yang pingsan karena kehabisan tenaga.
"Terlebih guna tenaga Uncle, boleh tolong jaga dia jap? Saya nak balik tengokkan Akak Ail." Zein pun di serahkan ke salah satu penduduk dan Maira kembali turun.
Kembali ke BoBoiBoy dan Reck yang masih saling mengejar satu sama lain, BoBoiBoy yang mulai merasakan jika Reck sudah semakin dekat dengannya pun berubah lagi.
"Kuasa Elemental. BoBoiBoy Beliung!"
Dengan kekuatan anginnya, dia terbang ke atas namun Reck ternyata bisa mengejarnya juga.
"Bagi kotak tu budak!" teriak Reck saat mereka masih berkejar-kejaran di udara. 'Aku kena hancurkan kotak ni dan cari tahu apa yang ada kat dalam ni.' batin BoBoiBoy yang sesekali menengok kebelakang dimana Reck masih mengejarnya.
"BoBoiBoy Gamma!"
Dalam sekejap mata, dia sudah ada di bawah kembali, lebih tepatnya di depan Amato dan yang lainnya. Dia diam sesaat, menatap langit di mana ternyata Reck mencarinya.
"Senang kerja aku sekarang. Ayah, boleh hancurkan kotak ni tak dengan Mechablaster?" kata BoBoiBoy memberikan kotak yang sedari tadi berada di tangannya itu pada Amato.
"Mungkin, kau nak buat apa dengan benda ni?" jawab Amato menangkap kotak yang BoBoiBoy berikan.
"Ada la. Cepat Ayah, sebelum Reck sedar." kata BoBoiBoy melihat kesekitarnya waspada.
"Sedar kenapa?" BoBoiBoy membalikkan badannya dan dengan cepat merebut kembali kotak itu kemudian lari entah kemana.
"Cih budak mentah tu selalu larikan diri." kata Reck tepat di depan Amato.
"Kau cakap apa tentang BoBoiBoy? Budak mentah? Kau betul-betul nak rasakan Mechablaster maksima balik e." Reck terpaksa harus menghadapi Amato yang sedang dilanda amarah ditambah teman-teman BoBoiBoy.
Kaizo dan Maskmana yang melihat itu dari kejauhan hanya sweatdrop karena hanya sayu sebutan untuk BoBoiBoy, mereka semua langsung naik darah.
"Kau tak ikut naik darah ke Kaizo?" tanya Maskmana melirik ke Kaizo yang masih terdiam di sebelahnya.
"Naik darah kot, selama bukan Ailsa yang kena sebut." belum juga Kaizo menutup mulutnya, Reck mengatakan kata yang seharusnya tidak ia katakan kecuali jika dia ingin menambah musuh.
"Tak adik atau kakak, keduanya sama-sama lemah sebab baru berlawan sekejap dah larikan diri dan pengsan." Kaizo menutup wajahnya dengan topengnya yang sudah berubah jingga, tak lupa pedang tenaganya yang juga berwarna jingga.
"Wow." itulah respon Maskmana yang masih terdiam di kejauhan. Tapi dia melihat satu objek aneh yang mengejutkan dirinya, "Tak mungkin dia akan gunakan 'benda tu'." gumamnya saat melihat objek aneh itu.
Di tengah pertarungan karena kekesalan itu, suara seseorang membuat mereka terhenti sejenak untuk melihat apa yang terjadi.
"Reck! Kitorang akan hapuskan kau masa ni juga! BoBoiBoy Kuasa Tujuh!"
"Elemental Fusion!"
"BoBoiBoy Supra!/Frostfire!"
"BoBoiBoy Kristal!/Balak!/Beliung!"
"Jangan terlebih guna kuasa BoBoiBoy!" teriak Ochobot yang di layarnya sudah menunjukkan jika tenaga BoBoiBoy akan habis.
"Jaga kau budak!" saat Reck melesat menghampiri salah satu elemental BoBoiBoy yang merupakan BoBoiBoy asli, yaitu BoBoiBoy Kristal, BoBoiBoy tersenyum sendu dan dia menggenggam kotak tadi dengan kuat hingga hancur.
Reck yang jaraknya sudah sekitar 3 meter dari BoBoiBoy terkejut dengan hal itu dan dia berusaha lari, namun elemental lainnya menghalangnya untuk lari.
"Kau tidak tahu apa yang dah kau buat ke?! Kau hancurkan kotak tu, kau hancurkan masa depan semuanya." BoBoiBoy dan elementalnya hanya diam dan tiba-tiba dari satu arah, Ailsa yang sudah kembali sadar pun berjalan pelan dengan membawa pedangnya di tangan.
"Masa depan semua kau cakap? Tuan Aira cakap bila kotak tu akan dapat hentikan korang berdua yang dah melampau dalam dapatkan kuasa. Benda ni dah kena wariskan dalam keluarga kami dan ini masanya untuk kotak ni terpakai." kata Ailsa dan satu orang dari mereka semua menyadari apa yang aslinya terjadi.
"Ailsa! Kau jangan buat macam tu! Bella tak kan senang bila kau gunakan benda tu! Kau patutnya fikir apa yang akan jadi bila kau gunakan benda tu!" mendengar teriakan Maskmana, BoBoiBoy semakin menundukkan kepalanya bahkan sampai memalingkannya.
"Kau....kau tak tahu apa yang akan jadi bila kotak tu sampai terkeluar isi dia." kata Reck panik.
"Aku tahu dan aku dah sedia nak tanggung akibatnya semua tu." perlahan air mata Ailsa mengalir dan dia tersenyum dengan senyuman yang sudah lama hilang.
"Baik kau mundur BoBoiBoy, maaf bila Akak tak pernah ada untuk kau selama kau tumbuh e. Terima kasih dah jadi adik yang baik untuk Akak walau kita tak berdekatan selama beberapa tahun ni." dengan air mata yang perlahan menetes, diikuti oleh elementalnya, BoBoiBoy hanya bisa diam mengangguk.
"Akak dah jadi Kakak yang terbaik untuk BoBoiBoy, terima kasih dah jadi Kakak BoBoiBoy. BoBoiBoy sayang dengan Akak Ailsa." ucap BoBoiBoy tersendat oleh tangisannya.
"Kau boleh buat sekarang." dengan berat hati, BoBoiBoy mengeluarkan seluruh kekuatannya dan mengarahkannya kepada Reck dan Ailsa.
"Apa yang kau buat Ail?!" teriak Amato dan Kaizo bersamaan namun ada yang menahan mereka, yaitu Maira yang sudah menangis dalam diam.
"Semua dah terlambat Uncle, Akak Ail dah buat keputusan." kata Maira pelan. Amato langsung jatuh terduduk dengan Mechabot yang sudah kembali ke mode asalnya.
Kaizo sendiri hanya terdiam menunduk. Maira baru saja tahu apa yang Ailsa rencanakan selama ini setelah kejadian 5 tahun, hanya bisa diam karena memang percuma jika di hentikan.
Seketika memori indah bersama Ailsa tiba-tiba saja datang ke kepalanya seperti kaset lama, mengingat hal itu membuat Maira semakin deras meneteskan air matanya.
Beberapa tahun yang lalu saat Maira, Ailsa dan BoBoiBoy datang ke Pulau Rintis saat liburan...
"Atok!" teriak ketiganya saat keluar dari mobil yang Amato kendarai. Bella yang keluar bersama Amato saat itu hanya tersenyum saat melihat tingkah kedua anak mereka dan keponakannya.
"Ail, Mai, Boy, apa kabar korang? Rindu Atok dengan korang." kata Tok Aba yang sedang menyapu halaman rumah.
"Ail sehat Atok dan Ail dah lulus universiti." jawab Ailsa dengan semangat lalu menunjukkan foto dirinya saat kelulusan.
"Mai pun dah naik darjah Atok, dengan nilai sempurna." sambung Maira yang juga menunjukkan fotonya saat menerima piala.
"Boy pun dah menangkan banyak olimpik sukan, terutama bola sepak Tok. Tengok ni." lanjut BoBoiBoy menunjukkan hal yang sama saat dia memenangkan pertandingan sepak bola tingkat nasional.
"Hebatnya cucu-cucu Atok ni. Siapa la yang ajar korang ni?" jawab Tok Aba mengelus satu persatu kepala cucunya dan menatap anak juga menantunya yang menyalimi tangannya.
"Mestilah Mama ngan Ayah!" jawab ketiganya kompak. Maira memang diperbolehkan memanggil Bella dan Amato dengan sebutan 'Mama' dan 'Ayah'.
"Dah jom masuk, esok Atok akan ajak korang semua kat festival di pantai." mereka semua pun masuk ke dalam rumah dan liburan saat itu adalah liburan terakhir mereka bertiga karena Ailsa dan Maira sudah pergi ke galaksi untuk mengabdikan diri di Tapops.
'Mama, macam mana saya nak bantu Akak? Papa, Mama, tolonglah Mai.' batin Maira sebelum kejadian mengejutkan terjadi.
𝙽𝚎𝚡𝚝...
29/07/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top