14. Bukan Pertemuan yang Tepat
Chapter sebelumya...
"Yahahahaha anak-anak kau tak kan tolong kau Amato, selamat tinggal dan sampaikan salam kitorang kat Bella pula—"
"Itu tak akan terjadi! *sring!" Ailsa berhasil melukai dua orang serba hitam itu dengan sekali serangan.
"Ughh kau cepat sampai juga e, Yang Mulia Ratu Laksamana Ailsa." kata laki-laki yang tadi ingin menyerang pria armor merah.
"Aku tak sudi kau panggil aku demikian selepas semua yang kau buat kepada Ria, Mama, bahkan semua Ras Han." kata Ailsa dingin nan datar.
"Ail, pergi dari sini. Dia dah tau apa rancangan kau selama ni." kata pria armor merah yang ternyata adalah Amato.
"Aku tau Ayah, tapi aku tak kan buat kesilapan yang sama." Ailsa melesat cepat ke arah kedua orang serba hitam itu dan mereka berduel hingga tim Double T dan tim BoBoiBoy, yang sudah mengevakuasi anggota Tapops lainnya, datang.
Back...
Tim BoBoiBoy dan Double T(-Ailsa) menemukan anggota Tapops yang ada di sekitar hanger utama termasuk Koko Ci dan Tarung.
Sebagian besar anggota terluka parah bahkan beberapa ada di ambang kematian. Anggota yang gugur pun tidak bisa terhitung sedikit.
"Bawa yang terluka kat kapal angkasa kita." arah Kaizo kepada tim BoBoiBoy.
"Bawa yang gugur kat bilik jenazah kat kapal angkasa kita. Aku akan uruskan yang terluka." ucap Maira pergi ke pesawat angkasa tim BoBoiBoy untuk menyembuhkan yang terluka.
"Aku ikut kau. Bila kau sorang je, kau tak boleh nak sembuhkan Ketua bila dia terluka." ucap Zein berjalan menyusul Maira.
"Jom, kita tak punya banyak masa." mereka melakukan tugas masing-masing dan setelah selesai, mereka pergi ke tempat Ailsa yang ternyata tak terlalu jauh dari puing hanger utama.
Saat tiba di sana, mereka melihat 4 orang sedang berhadapan sebelum seseorang bertopeng kucing yang tak lain adalah Ailsa menyerang dua orang serba hitam di depannya.
"Bukan ke itu Laksamana Amato?" tanya Rosa menunjukkan jarinya ke arah Amato yang terpisah dengan armornya, Mechabot.
"Ha'ah la, jom tolong." kata Maira yang membuka pintu pesawat dan dengan berbekal pedang yang selalu ada di pinggangnya, dia turun menghampiri Amato dan Mechabot.
"Laksamana Amato! Mechabot!" panggilnya saat tiba di bawah dan berlari ke arah Amato dan Mechabot.
"Maira?! Ugh baik kau pentingkan sepupu kau dulu, kita lebih baik kabur dari sini." kata Amato memegangi perutnya.
Maira merangkul Amato dan menggeleng pelan saat menatap Ailsa yang masih bertarung 2 lawan 1.
"Maaf Laksamana, saya tak boleh buat. Perintah diam dari Laksamana Ailsa." jawab Maira yang nyaris berbisik.
"Kapten Maira, Laksamana Amato, Mechabot jom naik!" panggil Rosa dari atas dan Maira dengan sepatu booster nya langsung naik kembali ke pesawat angkasa Double T.
"Korang kena suruh Ailsa berhenti sekarang, kalau tak nasib dia akan sama dengan Laksamana Bella." kata Amato setelah dia diberikan pertolongan oleh Maira.
"Maaf Laksamana, perintah diam dari Laksamana Ailsa tak boleh nak kacau." kata Rosa sedikit menyesal.
"Tapi dia akan dalam bahaya!" diam yang menjawabnya, Amato ingin membantu tetapi dirinya sendiri tidak bisa berdiri sekarang.
Tiba-tiba saja teriakan seseorang membuat mereka terkejut dan melihat keluar bahkan yang sedang bertarung melihat ke atas, di mana asal suara berasal.
"Kuasa elemental! Elemental fusion! BoBoiBoy Supra!"
"BoBoiBoy!" teriak hampir semua orang yang ada di sana.
"Apa yang kau buat hah!?! Kau nak mati muda ke?!" kata Ailsa berusaha menghindari serangan wanita hitam itu.
"Dan biarkan Akak susul Mama?! Tak akan! Setidaknya Boy boleh lindungi Akak sebagai ganti Boy tak boleh lindungi Mama." kata BoBoiBoy sebelum dia melesat untuk menyerang bersamaan dengan Ailsa yang mengaktifkan kekuatannya.
"Kuasa Ruang dan Masa, Dimension."
"Hubungan keluarga yang bagus, Laksamana, Kapten. Tapi sayang korang akan jumpa Bella hari ni juga." kata pria hitam itu sebelum menyerang dengan dibelakangnya terdapat aura ungu pekat, mendekati hitam.
"Jaga-jaga! Reck boleh manipulasi racun!" teriak Ailsa kepada BoBoiBoy yang sedang bertarung dengan pria hitam yang ternyata adalah Reck.
"Elemental fusion, BoBoiBoy Glacier!"
Pertarungan itu terus berlanjut hingga area Dimension menghilang dan asap ungu pekat itu hilang.
"Apa yang dah jadi?" tanya Yaya khawatir.
"Diorang dah terlalu penat, Yaya kau boleh bawa diorang kat kapal angkasa kita? Kita kena lari. Ochobot, kau kena siap." ucap Maira yang sudah tidak tahan jika keduanya terus berlanjut.
"Baik, Apungan Graviti/Kuasa Teleportasi." keduanya terangkat ke pesawat angkasa Double T dan mereka langsung melesat meninggalkan Reck juga perempuan hitam itu.
"Macam mana ni Abang? Nak kejar ke?" tanya perempuan itu santai, yang ternyata adalah Shen, saat melihat mereka kabur.
"Biar je la, lagipun tahap pertama yaitu pertemukan keluarga tu dah berjaya. Kita lanjut kat tahapan seterusnya." ucap Reck memanggil sesuatu yang ternyata adalah pesawat angkasa mereka.
"Biarkan diorang temukan Batu Kristal Bintang dan rampas." lanjutnya saat pesawat angkasa akan melaju pergi.
Di angkasa lepas, dua pesawat angkasa yang membawa Double T, dan anggota Tapops melaju berdampingan. Nampak di pesawat angkasa tim BoBoiBoy tenang saja karena korban terluka sudah di obati dan menunggu sadar saja tapi tidak dengan di pesawat angkasa Double T.
Di sana dua orang yang terkenal kemampuan medis mereka yang hebat sedang bolak-balik keluar-masuk ruang perawatan di mana Ailsa dan BoBoiBoy ada di dalamnya.
Dari dalam terdengar alat yang mendeteksi detak jantung mengisi ruangan. Amato yang mulai bisa berdiri perlahan menunggu di depan ruang perawatan dengan perasaan khawatir.
'Kenapa jadi macam ni?' tanyanya dalam pikirannya sendiri dan setelah beberapa jam penanganan, Maira dan Zein keluar.
"Korang, macam mana keadaan sepupu korang?" tanya Amato mendekat ke Zein.
"Stabil dan rancun juga luka yang ada kat tubuh diorang dah kena angkat dan sembuh. Selebihnya baik kita bincangkan kat sana Pakcik." jelas Maira melirik ke belakang di mana keduanya masih menutup mata mereka.
Zein reflek merangkul Amato agar lebih mudah berjalan dan saat tiba di ruang kendali utama, mereka langsung diserbu oleh orang-orang di sana bahkan di monitor juga terlihat raut wajah khawatir tim BoBoiBoy.
"Macam mana keadaan diorang?" tanya Rosa pertama.
"Kita bertuah sebab tepat waktu, racun kat tubuh diorang dah mulai menyebar terutamanya kat Ketua Ailsa dah nak sampai kat jantung dia tapi kita berjaya angkat racun dia."
"BoBoiBoy pula sama teruknya tapi racunnya tak parah macam Ketua. Diorang sekarang dah stabil tapi..." Maira menatap Zein sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.
Yang ditatap hanya melirik sekilas sebelum dia merebahkan diri di kursinya yang sudah dalam mode tidur. Maira menghela nafas berat dan memencet pangkal hidungnya.
"Diorang koma." ruangan mendadak hening hingga suara yang tidak mereka sangka masuk ke telinga mereka.
"Aku masih elok lagi la, pingsan sekejap je." mereka melihat ke arah suara dan melihat BoBoiBoy tanpa topinya juga membawa selang infusnya tersenyum ke arah mereka.
"Ta-tapi macam mana kau boleh—?" Maira menghentikan kalimatnya saat BoBoiBoy tersenyum manis.
"Luka aku tak begitu teruk, tapi aku khawatir dengan Akak. Dia berkali-kali terkena racun Reck bahkan luka dia teruk sangat." kata BoBoiBoy lemas dan dengan di bantu Zein, dia duduk di sebelah Amato.
"Aku tahu Boy, racun yang ada kat tubuh korang dah kita angkat tapi luka korang lama sangat nak tutup." kata Maira berjalan ke arah BoBoiBoy dan memeriksa keadaannya.
'Macam mana boleh luka dia sembuh dalam sekelip mata?! Perasan tadi luka dia ni besar dan lama sangat nak tutup.' batin Maira terkejut.
"Ayah, Boy senang boleh tengok Ayah balik walau situasi ni tak tepat." kata BoBoiBoy tiba-tiba menoleh ke arah Amato di sebelahnya.
Amato tersenyum lemah dan mengusap kepala BoBoiBoy yang tanpa topi pelan. Di tengah suasana reuni keluarga itu, suara yang tidak disangka lagi-lagi menyambut telinga mereka.
"Maaf dah kacau reuni keluarga ni, tapi aku sarankan kita pergi kat Tempur-A untuk anggota Tapops yang terluka tu sekarang." mereka menoleh ke asal suara dan mereka melihat Ailsa yang masih terbalut perban dan membawa selang infusnya berdiri tegak bahkan berjalan layaknya orang normal.
"Ketua?!/Laksamana?!/Ail?!"
Yang menjadi pusat perhatian hanya menatap meraka dengan wajah serius nan tajam seperti ingin menginterogasi.
"Apa pandang-pandang macam tu? Kita dah tak de banyak masa, aku tak boleh guna kuasa aku masa ni jadi kita kena cepat sebelum korban tambah teruk luka dia." sontak mereka kalang kabut kembali ke posisi mereka masing-masing dan kedua pesawat itu menambah kecepatan mereka agar bisa sampai lebih cepat.
"Ail, baik kau rehat kat bilik. Kondisi kau teruk tau." kata Amato yang duduk di antara anak-anaknya, BoBoiBoy di kiri, Ailsa di kanan.
"Tak payah, aku dah pernah luka lagi teruk daripada ni. Mai, kau dah hubungi pihak Tempur-A?" kata Ailsa santai, jika menurut BoBoiBoy dan Amato, dia terlewat santai.
'Macam Bella/Mama, terlalu santai untuk keadaan dia yang teruk tu.' batin keduanya sweatdrop.
"Dah Ketua, medis dah sedia kat hanger dan bilik-bilik pun dah kena siapkan." jawab Maira cepat.
"Bagus. Emm Ayah, Boy, maaf dah kacau reunion keluarga korang tapi agaknya masa ni tak sesuai la." kata Ailsa berganti dari tegas menjadi lembut.
"Tak pe, Ayah faham. Lama tak jumpa korang, sihat?" jawab Amato mengelus kepala kedua anaknya.
"Sihat Ayah." jawab mereka singkat dan tak lama, karena menggunakan kecepatan penuh, mereka sampai di Stasiun Tempur-A.
Di hanger seperti yang sudah Maira katakan, di sana banyak tim medis yang menunggu. Selepas pesawat angkasa mendarat dan membuka pintu, mereka langsung masuk kemudian membawa semua yang terluka ke dalam ruang perawatan sedangkan yang gugur ke ruang jenazah sebelum di kirim ke tempat asal.
Amato, Ailsa dan BoBoiBoy menolak untuk di bawa ke ruang perawatan dan ingin bertemu dengan Maskmana. Secara teknis hanya Amato dan Ailsa, tetapi BoBoiBoy dipaksa Ailsa untuk ikut.
"Korang kenapa tak kat bilik perawatan je? Luka korang nampak teruk." kata Maskmana saat mereka masuk ke dalam dek utama di mana dirinya berada.
"Aku tak kesah dengan luka ni, tak la teruk sangat. Lepas tu ada yang nak saya bincangkan dengan Maskmana, pasal Batu Kristal Bintang." Ailsa duduk di salah satu sofa dan dengan kasar dia melepas infusnya kemudian meletakkan plester di bekasnya.
'Kacau je la benda ni.' batinnya saat meletakkan plester dan memandang malas tiang infus di sebelahnya.
"Kenapa kau cabut infus kau?!" seorang wanita yang tak lain adalah Maira yang tiba-tiba masuk padahal tiada angin atau hujan tetapi dia tiba-tiba saja ada di sana dengan alat medis di tangannya.
"Ergh ganggu la, jangan pasang balik." kata Ailsa menghindari Maira yang terus saja mengejar dan alhasil terjadi aksi kejar-mengejar antara dua saudara sepupu itu dengan tiga lelaki sebagai penonton.
Karena Ailsa masih dalam pemulihan, staminanya lebih rendah dari biasanya dan akhirnya tertangkap juga. Maira tanpa banyak bicara langsung memasang kembali infus Ailsa saat Ailsa sudah kelelahan dan tertidur di sofa.
"Degil betul kau ni. BoBoiBoy, boleh tak bawa Ailsa kat bilik dia tak? Temankan sekali e. Saya permisi." kata Maira membereskan alat-alat yang dia gunakan dan pergi dari ruangan tersebut.
"Korang baik rehat dan pasal Batu Kristal Bintang tu boleh la kita tunda sampai kondisi korang betul-betul sihat." ucap Maskmana membantu BoBoiBoy membawa Ailsa ke kamarnya.
"Baik, terima kasih Maskmana." ucap BoBoiBoy dan mereka pertama-tama pergi ke kamar Ailsa.
"Jaga Akak kau BoBoiBoy, dia ni degil. Kau pun rehat Amato, luka kau teruk sangat." kata Maskmana begitu Ailsa sudah diletakkan di kasurnya.
Di kamar Ailsa ada dua kasur single yang entah apa fungsinya ada dua kasur karena Ailsa juga jarang sekali ke Tempur-A ataupun Tapops.
BoBoiBoy duduk di kasur satunya dan dia juga ikut beristirahat. Ia melepas topinya dan memandangnya sejenak sebelum dia menaruhnya di nakas kemudian menyelam ke alam mimpinya.
***
"Akak, yakin ke nak guna rancangan macam tu? Bila terjadi sesuatu dengan tubuh Akak macam mana?"
"Tak pe, Akak tinggal batalkan je dan ini pun demi kau juga."
"Akak....tengok masa depan aku e?"
"Maaf Akak tak boleh bagi tau atau rancangan ini akan kacau."
"Baik Akak. Tapi apapun itu nantinya, Akak tetap jaga diri. Akak je satu-satunya Akak aku."
"Ya sayang, kau pun jaga diri dan anak-anak ya, Akak pamit. Kai, aku pergi e. Jaga anak-anak."
"Kau jaga diri dan tolong tengok kan kita kat masa depan nanti."
"Tenang Kai, Ai akan jaga diri. Mama pamit ya Reza, Rizal. *muach."
"Sampai jumpa kat masa depan Akak/Ai."
"Sampai jumpa. Kuasa Ruang dan Masa, Future."
***
"Aaa!! Hah...hah...ha...ha..." Ailsa terbangun dengan keringat dingin membasahi dirinya. BoBoiBoy yang baru saja dari kamar mandi pun panik karena kakaknya berteriak kencang.
"Ada apa Akak?!" tanya BoBoiBoy melihat keadaan Ailsa yang cukup berantakan.
"Em Boy kunci pintu jap." BoBoiBoy mengunci pintu dan Ailsa langsung melepas kerudungnya.
Terlihat rambutnya yang panjang sebahu itu cukup berantakan. Setelah mengambil sisir dan merapikannya, rambut coklatnya dengan beberapa helai rambut putihnya terlihat lebih rapi.
"Akak kenapa ni? Mimpi buruk e?" tanya BoBoiBoy pelan sambil menyodorkan air putih.
"Hah...agaknya. Em...dah berapa lama aku pingsan?" tanya Ailsa setelah meminum air putih yang disodorkan BoBoiBoy.
"3 hari, Akak terus je panggil nama Boy, Ayah, Kapten Kaizo dan Mama lepas tu terakhir Akak panggil Reza, Rizal, Kai? Diorang tu siapa Akak?" Ailsa seketika membatu saat BoBoiBoy menyebutkan nama ke-tiganya.
𝙽𝚎𝚡𝚝....
29/06/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top