13. Akhir? atau Awal?
7 tahun yang lalu....
Di stasiun Tapops lebih tepatnya di dek utama, 2 alien di sana sedang menghadap ke layar monitor yang menampilkan seseorang bertopeng, mereka adalah Koko Ci, Tarung dan Maskmana.
"Jadi, macam mana situasi Tempur-A masa ni?" tanya Tarung begitu monitor sepenuhnya tersambung.
"Situasi masih aman terkendali, Tapops pula macam mana?" jawab Maskmana yang terpampang di layar monitor karena dia berada di Stasiun Tempur-A.
"Tapops masa ni dah kembali aman sekembalinya Laksamana Amato dan Laksamana Ailsa." jawab Koko Ci.
"Tak lupa Laksamana Bella pun datang kemari untuk bincangkan sesuatu dengan Laksamana Amato dan Laksamana Ailsa." lanjut Tarung.
"Kat mana diorang masa ni?" tanya Maskmana karena tidak melihat keberadaan ketiganya.
"Kat bilik kerja Laksamana Ailsa." pada saat yang bersamaan, di ruang kerja Ailsa, saat itu dia tidak sendiri karena Amato dan Bella juga ada di sana. Tampak dari raut wajah mereka, mereka sedang membahas sesuatu yang sangat serius.
"Jadi sebabkan musuh lama keluarga kita, Ayah dengan Mama tak nak bagitau apa yang sebenarnya kita buat selama ini kepada Boy. Tapi bukan ke dia dah kuat nak lindungi Tok Aba juga diri dia?" kata Ailsa yang duduk di kursi kerjanya sedangkan Amato dan Bella di sofa yang tidak jauh dari sana.
"Bukan masalah tu Ail, kitorang tau bila adik kau dah ada kuasa bahkan kuasa dia yang terkuat kat galaksi yaitu kuasa elemental, tapi dia budak lagi." jawab Amato serius.
Amato bukanlah tipe orang yang akan serius jika bukanlah masalah besar. Dia akan lebih menonjolkan sifat menyebalkannya daripada seriusnya kecuali jika memang benar-benar bahaya/serius.
"Betul apa yang Ayah kau cakap Ail, ni bukan perkara ada atau tidaknya kuasa tapi mampu atau tak nya dia. Boy masih terhitung baru je dapat kuasa dan pengalamannya saja hadapi manusia. Elien pun hanya Adudu je, sedangkan kita dah jumpa banyak modelan elien kat misi-misi kita." kata Bella yang ikutan serius bahkan dari nada bicaranya terlihat tegas.
Ailsa tahu jika ini bukanlah masalah sepele hingga membuat orang tuanya serius seperti ini. Apalagi hal ini berhubungan dengan BoBoiBoy, anak/adik mereka.
"Tapi Boy masa ni dah boleh la Mama, Ail yakin dengan kemampuan Boy sebab Ail ni Akak dia." hening melanda dan tiba-tiba ponsel Ailsa berdering, menandakan panggilan masuk dari seseorang.
Begitu melihat nama pemanggil, dia yang awalnya memasang wajah serius tiba-tiba berubah menjadi ceria. Suara ponselnya ia speaker agar Amato dan Bella juga mendengarkannya.
"Hai Boy, assalamu'alaikum adik Akak. Apa kabar kau dengan Atok kat Pulau Rintis?"
"Wa'alaikumussalam, Boy dengan Atok kabar baik. Akak kabar macam mana?"
"Akak pun baik Boy, kenapa tetiba je telepon Akak ni?"
"Emmm ahad esok...Akak ada masa pergi kat sini tak?"
"Pergi kat Pulau Rintis? Kenapa Boy?"
"Macam ni, ahad esok kat sekolah Boy ada festival hari bumi dan orang tua atau saudara kena undang. Akak boleh tak datang? Kalau Boy cakap ngan Mama dan Ayah pasti tak boleh sebabkan diorang pasti sibuk masa ni."
Amato dan Bella saling menatap, memberikan tatapan bersalah. Ailsa menghela nafas panjang sebelum dia menjawab.
"Maafkan Akak Boy. Akak nak sangat pergi tapi tak boleh sebab ada benda yang tak boleh Akak tinggal masa ni. Maafkan Akak Boy."
"..."
Tiada suara dari seberang membuat mereka khawatir jika BoBoiBoy kecewa dengan mereka.
"Boy? Kau kat sana lagi tak?"
"Hehehe tak pe la Akak, Boy tahu bila Akak pun tengah siapkan tugasan kat sana dan maaf Boy dah kacau Akak buat tugas."
Mendengar jawabannya, membuat mereka terkejut. Mereka tahu jika BoBoiBoy sangat ingin mereka pergi dengannya ke festival hari bumi seperti teman-temannya yang lain.
"Boy, ada benda yang nak Akak bincangkan. Tapi kau kena tunggu poskad dari Akak dulu baru kita bincang."
"Baik Akak."
"Agaknya sana dah malam e? Kau baik tidur, malam adik Akak. Wassalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam Akak, Boy sayang Akak."
"Akak pun, dah pergi tidur jagoan Akak."
Panggilan di matikan dan Ailsa bersandar ke sandaran kursinya lalu menghela nafas berat. Ailsa melihat ponselnya yang masih di tangannya dan di layar kuncinya terpampang foto dia dengan BoBoiBoy saat masih di Kota Hilir pada saat festival.
'Akak betul-betul nak jumpa kau Boy, tapi tugas Akak menghalangi. Maafkan Akak Boy, kau boleh benci atau kecewa dengan Akak yang dah tinggalkan kau sorang-sorang kat Pulau Rintis.' batin Ailsa menutup pandangannya dengan lengan kirinya yang memegang ponsel.
Di bumi sendiri pada saat yang sama, BoBoiBoy, yang masih 11 tahun, menatap ponsel pemberian Kakaknya sebelum BoBoiBoy berlibur ke Pulau Rintis 1 tahun yang lalu.
Di layar kunci nya juga terdapat foto dia dan Ailsa saat acara kelulusan dirinya S2 ilmu matematika saat dia 8 tahun.
"BoBoiBoy? Kau tak pe?" tanya Ochobot yang sedari tadi memperhatikan tuannya.
"Aku tak pe Ochobot, sedih je bila Akak ngan Mama Ayah tak boleh datang." jawab BoBoiBoy memeluk Ochobot.
Ochobot yang dipeluk tiba-tiba merasakan cairan menetes dan ternyata BoBoiBoy menangis dalam diam sembari memeluk dirinya.
"BoBoiBoy, aku faham sangat kau rindu sangat dengan keluarga kau. Keluarga kau pun pasti rindu kau kat sana." kata Ochobot memeluk balik BoBoiBoy.
"Aku tahu, aku iri je dengan kawan-kawan aku yang ibu bapa diorang yang selalu ada. Ayah aku bukan saja duta tapi dia pun superhero, Mama pula doktor, Akak Ail pula dah masuk universiti kat luar negara." jawab BoBoiBoy dengan tangis di sela kalimat.
"Kau pasti akan temu dengan diorang BoBoiBoy, kau pun kat sini sibuk jadi superhero kan?" BoBoiBoy dan Ochobot melihat ke arah pintu, mereka melihat Tok Aba berdiri di ambang pintu.
"Atok?! Kenapa Atok tak tidur lagi?" tanya BoBoiBoy menghapus sisa air mata.
"Ah ni ada poskad dari Akak kau, Atok ambil la. Siapa tahu kau rindu dengan Akak kau." BoBoiBoy mengambil postcard tersebut dan membacanya.
***
Untuk superhero Akak,
Apa kabar Boy? Akak harap kau sehat dan....kau pasti rindu ngan Akak e? Sama^^ Akak pun rindu sangat dengan Boy.
Nah...ada benda yang Akak nak bagitau kau ni. Tapi kau scan dulu barcode kat ujung poskad ni baru Akak akan cakap.
Bye Boy, Akak sayang kau.
★
Salam dari Akak kau yang paling cantik ni.
***
BoBoiBoy sedikit terhibur karena tulisan di postcard dan dia melihat ke belakang postcard yang terdapat pemandangan
"Cantik, Akak pandai betul nak bagi poskad. Terima kasih Atok dah ambil poskad ni." BoBoiBoy pun tidur dengan tangannya masih memegang postcard dari Ailsa.
Hari minggu pun tiba dan festival berjalan seperti biasa, teman-teman BoBoiBoy yang tidak melihat kehadiran dirinya pun mencari dan ternyata dia ada di dalam kelas.
"BoBoiBoy, kau kenapa termenung je kat sini?" tanya Ying saat masuk ke dalam kelas.
"Nah BoBoiBoy, aku belanjakan ais krim untuk kau." BoBoiBoy menerima eskrim dari Gopal tetapi wajahnya masih tertekuk ke bawah, sedih.
"Kau kenapa ni BoBoiBoy? Cakap je la dengan kitorang." kata Yaya halus.
"Sebenarnya..." belum juga menjelaskan, Gopal dengan seenak hati memotongnya.
"Sebenarnya dia sedih sebab keluarga dia tak datang padahal keluarga kita semua datang, maklum la anak Mama." Gopal langsung di jitak Yaya dan Ying bersamaan.
"Betul ke BoBoiBoy? Tak kan la hari ahad diorang tak datang." tanya Yaya.
"Ha'ah betul, Ayah aku kerja sebagai duta, mak aku pula doktor, Akak aku pula masuk universiti lanjutkan S2 dia kat luar negara." jelas BoBoiBoy melihat ke arah langit.
"Jauh tu, patut la diorang tak boleh datang. Lepas tu...bila masa kau ada Kakak pula!?" kata Gopal.
"Ergh korang tak tanya pun, tapi betul aku ada Akak sebab aku anak terakhir. 2 tahun lagi tua dari aku je." jawab BoBoiBoy.
"Eh maknanya dia baru..." kalimat Ying menggantung dan di iyakan oleh BoBoiBoy.
"Ya, baru 13 tahun tapi Akak pandai sangat terutama dalam sains, matematik dan teknologi." jawab BoBoiBoy sedikit tersenyum dan dia melihat layar kunci ponselnya.
"Hebatnya Akak kau BoBoiBoy, dia perempuan kan?" kata Fang.
"Ha'ah, tapi bila marah dah macam Mama, garang sangat. Ayah pun pernah tak berkutik bila Akak dah marah, ditambah Mama pula tu." jawab BoBoiBoy mengingatkan dirinya dulu saat masih di Kota Hilir.
"BoBoiBoy, jom ikut kitorang tengok festival. Best tau." kata Yaya tiba-tiba saat melihat BoBoiBoy sedikit tersenyum.
"Eh tapi kalau korang temankan aku, siapa yang nak sambut pengunjung nanti?" tanya BoBoiBoy tidak enak hati
"Tak pe, aku dah serahkan pada Iwan." jawab Yaya dengan tawa canggung.
"Iwan?" mereka pun berakhir dengan berkeliling festival dan sedikit ada kekacauan yang di sebabkan oleh Adudu dan Probe.
***
"BoBoiBoy!" BoBoiBoy membuka matanya dan dia berada di kamar yang sedikit asing tetapi setelah sadar sepenuhnya, dia baru menyadari jika itu ada di Planet Thousand.
'Mimpi ternyata.' batinnya dan dia melihat ke arah Ochobot yang membangunkan dirinya.
"Pukul berapa ni Ochobot?" tanya BoBoiBoy merapikan rambutnya sebelum memakai topinya.
"Pukul 3, Laksamana Ailsa suruh aku kejutkan kau sebab pasukan Kapten Rosa dah balik." jawab Ochobot.
BoBoiBoy melihat ke ponselnya dan saat membuka layar kunci yang tidak ia ganti fotonya, dia mengingat mimpinya yang baru saja.
"Dah sana cepat siap, Laksamana dah tunggu kat ruang mesyuarat. Aku nak kejutkan yang lain dulu." BoBoiBoy pun bersiap dan Ochobot pergi ke kamar yang lainnya.
Tim BoBoiBoy akhirnya berada di ruang rapat dan di sana ternyata sudah ada tim Double T lengkap dan Kaizo yang nampaknya sedang meneliti sesuatu, terlihat dari kertas dan buku yang tersebar di sana.
"Ah korang dah bangun e? Maaf dah kejutkan korang pagi-pagi buta macam ni, tapi kitorang perlukan bantuan korang." kata Ailsa saat melihat tim BoBoiBoy sudah tiba dan dia melanjutkan membaca kertas yang ada di tangannya.
"Bantuan apa Ketua?" tanya BoBoiBoy mendekat ke arah Ailsa.
"Bantuan untuk cari tahu pasal Batu Kristal Bintang yang dah kita kumpulkan. Agaknya kita dah terlewatkan benda penting tapi tak tau pula apa." jawab Maira tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ada di depannya.
"Sebab tu kitorang suruh pasukan Rosa balik dan pencarian Batu terakhir tertunda sekejap sebab benda ni." lanjut Kaizo melemparkan satu buku kepada Fang.
Mereka pun mencari di setiap catatan kuno, setiap buku sejarah dan bahkan sampai ke cerita legenda turun-temurun tapi hasilnya nihil.
"Alamak! Kenapa susah sangat nak cari ni?!" keluh Ailsa melepas kacamatanya lalu mengusap kasar wajahnya.
"Bersabar Ketua, kenapa kau nak sangat cepat-cepat cari ni?" kata Zein membuka satu lolipop.
"Sebab janji je, korang tak payah tahu." Ailsa menyenderkan dirinya ke bantalan kursi dan tiba-tiba sinyal S.O.S datang dari Tapops juga beberapa saat kemudian muncul video kecemasan.
"Laksamana! Stesen Tapops kena serang oleh—*Boom!"
"Komender!" Ailsa berdiri dari kursinya dan tidak dia sangka jika ada seseorang lainnya di video tersebut.
"Yahahahaha halo Laksamana Ailsa, apa kabar? Baik kau datang kat Tapops untuk bayar apa yang dah kau buat. Kau ingat aku tak tahu rancangan kau pura-pura jadi sekutu aku? Yahahahahaha sampai jumpa."
Begitu video selesai, Ailsa dengan wajah terkejut jatuh terduduk dan dengan wajah menunduk, dia memukul lantai hingga muncul retakan kecil.
"Macam mana kau boleh tahu rancangan aku! Bersiap untuk ke Stesen Tapops, kita akan hadapi dia." kata Ailsa berdiri dan dia keluar dari ruang rapat tanpa merespon panggilan yang lainnya.
"Jom, bila Ketua dah macam tu kita tak boleh langgar atau kita akan dapat masalah." mereka pun bersiap ke pesawat angkasa masing-masing tim dan pergi ke Stasiun Tapops.
"Korang dah sedia? Aku akan gunakan teleportasi." kata Ailsa lewat alat komunikasi di pesawat masing-masing.
"Biar saya je Laksamana." usul Ochobot tetapi di tolak Ailsa.
"Kita perlu jimat tenaga kau untuk situasi yang lagi bahaya Ochobot. Kuasa Ruang dan Masa, Teleport." mereka langsung tiba di Tapops tapi sayang, Tapops sudah hancur.lagi.
"Agaknya Tapops dah sial, asik hancur je." semuanya sontak menoleh ke Gopal dengan tatapan tajam.
"Apa? Aku cakap je." jawab Gopal.
"Korang tetap kat kapal angkasa, biar aku yang keluar sebab dah tak de udara kat sana. Mai, kau cuba tengok kat mana Koko Ci dan yang lain." Ailsa mengambil pedangnya dan keluar tanpa menoleh.
"Jom korang." kecuali Ailsa, mereka mencari di mana kemungkinan anggota Tapops yang lain berada.
Ailsa melompat dari satu puing ke puing yang lain hingga dia menemukan orang yang sedang bertarung di hanger yang setengah hancur.
Dia melihat tiga orang di sana, dua menggunakan pakaian serba hitam dengan topeng yang menutupi wajah mereka dan satu lagi pria berarmor merah.
"Ayah. Aoi jom kita lindungi Ayah." Ailsa menekan sesuatu di kacamatanya dan seketika topeng kucing menutupi wajahnya sebelum dia melesat ke dalam pertarungan 2 lawan satu.
"Yahahahaha anak-anak kau tak kan tolong kau Amato, selamat tinggal dan sampaikan salam kitorang kat Bella pula—"
"Itu tak akan terjadi! *sring!" Ailsa berhasil melukai dua orang serba hitam itu dengan sekali serangan.
"Ughh kau cepat sampai juga e, Yang Mulia Ratu Laksamana Ailsa." kata laki-laki yang tadi ingin menyerang pria armor merah.
"Aku tak sudi kau panggil aku demikian selepas semua yang kau buat kepada Ria, Mama, bahkan semua Ras Han." kata Ailsa dingin nan datar.
"Ail, pergi dari sini. Dia dah tau apa rancangan kau selama ni." kata pria armor merah yang ternyata adalah Amato.
"Aku tau Ayah, tapi aku tak kan buat kesilapan yang sama." Ailsa melesat cepat ke arah kedua orang serba hitam itu dan mereka berduel hingga tim Double T dan tim BoBoiBoy, yang sudah mengevakuasi anggota Tapops lainnya, datang.
𝙽𝚎𝚡𝚝....
28/06/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top