11. Batu Angin & Kuputeri

Pagi harinya, para perempuan sudah bangun mungkin sekitar pukul 5 pagi atau saat subuh sedangkan para laki-laki masih tertidur, BoBoiBoy kembali tidur setelah sholat subuh.

"Pagi korang, boleh tak bantu kitorang memasak?" kata Ailsa saat melihat duo Y keluar dari tenda mereka.

"Baik Akak." sekedar informasi, mereka akan memanggil sesuai pangkat saat sudah masuk jam kerja dan setelahnya akan memakai panggilan yang normal.

"Mai, kau taruh ni lepas tu siapkan pinggan dan lainnya. Aku nak kejutkan yang lelaki dulu." kata Ailsa sebelum dia beranjak dari tempatnya untuk membangunkan para laki-laki.

Saat akan membangunkan Kaizo, ternyata di saat yang sama dia keluar dari tenda. "Oh bagus kau dah bangun, pergi siap-siap lepas tu tunggu sarapan e. Aku nak kejutkan yang lain." kata Ailsa tersenyum seperti biasa dan pergi membangunkan BGF.

"Boy, Gopal, Apang, bangun. Dah nak pukul tujuh, kena marah Laksamana Tarung korang nanti." kata Ailsa dengan tanpa beban.

BGF langsung kalang kabut dan Ailsa meninggalkan mereka begitu saja untuk membantu Duo Y dan Maira memasak sarapan.

"Kitorang dah siap!" kata BGF begitu sarapan batu saja siap.

"Eh mana Laksamana Tarung?" pertanyaan Gopal langsung membuat mereka tertawa. BGF sendiri langsung paham jika Ailsa hanya mengerjai mereka agar terbangun.

"Maaf la, korang susah sangat nak bangun. Terutama, BoBoiBoy~" si pemilik nama langsung berkeringat dingin.

Jika di bandingkan dengan musuh-musuhnya yang pernah dia hadapi, Ailsa lebih menyeramkan setelah ibu mereka dan sebelum ayah mereka. 'Habis la, Akak mesti bebel panjang ni.' batin BoBoiBoy yang sudah terlihat pasrah.

"Akak dah cakap jangan biasakan tidur selepas sholat, bukannya tak boleh tapi baik kau gunakan waktu tu untuk olahraga atau apapun yang terpenting jangan tidur, tak baik. Lepastu..." Ailsa memulai cerewet seperti ibu-ibu dan BoBoiBoy yang menjadi korban hanya bisa diam mendengarkan.

"Dah tu Akak Ail, sarapan nanti dingin tau. Lepas tu diorangkan masih kena sekolah kan?" kata Maira menyudahi ceramah Ailsa.

"Eh iya juga, dah baik sarapan lepas tu siap-siap untuk terima pelajaran dari saya." mereka pun sarapan seperti biasa dan seusai sarapan, tim BoBoiBoy menunggu Ailsa yang sedang bersiap.

Setelah beberapa menit, Ailsa memulai pelajaran dan teman-teman BoBoiBoy kagum dengan cara mengajar Ailsa yang seperti guru sungguhan.

Berbeda dengan BoBoiBoy yang memasang wajah masam, terutama sekarang pelajarannya adalah sains. Sebenarnya dia pandai hanya saja jika di bandingkan dengan Ailsa, dia tetap tertinggal.

"Jadi sampai sini ada yang nak tanya?" kata Ailsa setelah penjelasan panjang lebarnya. Hening melanda dan Ailsa mengangguk.

"Baiklah bila tak de yang kena tanyakan, sebelum masuk kat pelajaran bahasa melayu, jawab 5 soalan ni dan kumpulkan dalam masa 20 minit." Ailsa membagikan kertas soal dan dia menunggu sembari mengobrolkan sesuatu dengan Kaizo dan Maira.

"Jadi, macam mana laporan diorang?" tanya Ailsa melepas kacamatanya begitu dia duduk di sebelah Maira yang sedang berkutat dengan tab-nya.

"Diorang cakap bila informan kita dah kena tangkap dan dia gunakan rancangan Zero." Ailsa menghela nafas berat dan dia menutupi pandangannya menggunakan lengannya.

"Satu lagi informan kita dah gunakan rancangan Zero, total keseluruhan ialah 15. Macam mana informan lainnya?" kata Ailsa tanpa bergerak sedikitpun dari posisinya.

"Aman dan laporan terbaru dari Kapten Rosa, diorang dah berjaya masuk kan alat pelacak kat kapal angkasa tersebut." Ailsa menurunkan tangannya dan dia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Izo, kau tolong awaskan diorang sementara aku nak telefon seseorang." Ailsa menjauh dari mereka dan menelepon seseorang. Walaupun mereka ada di tengah hutan ataupun bawah tanah sekalipun, sinyal di Planet Thousand tidak akan padam.

"..."
"Wa'alaikumussalam, ada benda saya nak bagi tahu kepada korang semua selepas ekspedisi. Harap-harap korang dapat luangkan masa."
"..."
"Ya, saya dengan pasukan Kapten BoBoiBoy dan juga ada Kapten Kaizo."
"..."
"Aman terkendali."
"..."

BoBoiBoy pertama selesai dalam waktu 10 menit pun langsung memberikan kertas tersebut ke Kaizo yang menjaga dan dia melihat Ailsa dari kejauhan.

"Akak kau tengah bincang dengan Laksamana lain, baik kau bersiap untuk lanjutkan pelajaran. Kita masih ada masa sekarang." kata Kaizo seolah-olah tahu apa yang ada di pikiran BoBoiBoy.

"Baik Kapten." BoBoiBoy kembali ke tempatnya tetapi masih melirik sesekali ke arah Ailsa. 'Apa betul yang Akak cakap masa mesyuarat sebelum ni?' batin BoBoiBoy duduk di tempatnya dan sekilas mengingat apa yang dia dan Ailsa bicarakan saat pertemuan mereka.

Beberapa hari yang lalu.....hari pertama bertemu....saat pertemuan....

"BoBoiBoy, ada benda yang Akak nak bincangkan dengan kau. Jom, ikut Akak jap. Korang lanjutkan je mesyuarat ni." kedua bersaudara itu keluar dari ruang musyawarah dan pergi entah kemana sedangkan sisanya menetap untuk melanjutkan musyawarah tersebut.

"Jadi, apa yang nak Akak bincangkan ni?" tanya BoBoiBoy begitu mereka berada di ruangan yang ada di sebelah ruang pertemuan.

"Pasal Mama dan apa yang berlaku Boy, harap-harap kau boleh terima. Maaf bila dah tipu kau sebabkan musuh lama keluarga kita." kata Ailsa duduk di dekat jendela.

"Apakah dia..." BoBoiBoy menjeda kalimatnya dan Ailsa tahu siapa yang BoBoiBoy maksud.

"Ya, tapi bukan cuma 'dia' je tapi dua sosok lagenda juga. Akak pun tak sangka bila diorang pun dah kenali kau walau kau ada kat bumi dengan Atok." jawab Ailsa menatap langit sendu.

"Mama kan dah cakap bila ini dah jadi takdir kita kan. Tapi terima kasih dah lindungi Atok dan Boy, Akak. Lepas tu apa yang jadi kat Mama ni?" Ailsa melepas kacamatanya dan terlihat bulir bening mulai berjatuhan.

"Maaf tak boleh selamatkan Mama, Boy. Ini salah Akak sebab lemah sangat sampai Mama perlu korbankan diri." BoBoiBoy terkejut dengan Ailsa yang tiba-tiba menangis dan langsung memeluknya.

BoBoiBoy tahu walau Ailsa terlihat kuat, tetapi di dalamnya ada banyak sekali beban dan luka yang dia tanggung. Mentalnya harus kuat dan Ailsa rela membuang masa kecilnya untuk melindungi BoBoiBoy.

"Akak tak boleh macam tu, ini semua dah takdirnya macam ni. Boy memang tak tahu macam mana Mama boleh pergi tapi bila Mama pergi sebab nak lindungi Akak, Boy tak kesah." Ailsa kembali menangis di pelukan sang adik.

'Akak dah banyak lalui benda yang berat pasti. Maaf Boy tak de kat samping Akak pada masa-masa tu.' batin BoBoiBoy.

"Maafkan Akak yang lemah ni Boy, Ayah, Mama. Akak rasa tak pantas jadi keluarga kita, maafkan Akak." BoBoiBoy melepas pelukannya dan menatap tajam mata Ailsa.

"Akak tak salah, jangan asik nak salahkan diri sendiri. Akak dah berusaha kan, jadi jangan la salahkan diri sendiri." Ailsa terkejut dengan apa yang BoBoiBoy katakan dan setelah diam beberapa lama, Ailsa menghapus sisa jejak kristal cairnya.

"Boy betul, Akak nampaknya terlalu salah kan diri sendiri e. Hah....oke masa kembali serius dan yang nak Akak bincangkan ialah—"

"BoBoiBoy!" BoBoiBoy akhirnya tersadar dari lamunannya dan dia melihat semuanya menjadikannya pusat perhatian.

"Kau kenapa BoBoiBoy? Sakit ke?" tanya Ailsa lembut.

"Eh tak, BoBoiBoy tak sakit. Eh Fang, tadi dah bahas sampai mana?" Ailsa tahu jika BoBoiBoy baru mengingat sesuatu yang berhubungan dengan keluarga mereka, entah yang mana.

Mereka melanjutkan pelajaran seperti biasa dan setelahnya, mereka membereskan wilayah perkemahan sementara mereka sebelum lanjut berjalan.

Banyak sekali rintangan yang harus mereka lalui, namun beberapa adalah ilusi dan sialnya mereka bertemu Laba-laba raksasa yang menjaga lorong itu berabad-abad lamanya.

"Amma! Appa! Tolong!"

"Mai! Singkirkan Laba-laba tu! Aku geli la!"

"Fang! Kau ni berat la! Jangan sender kat aku kenapa!?"

Dan masih banyak teriakan mereka sampai, karena sudah geram harus berlari dan berteriak karena seekor Laba-laba raksasa, Ailsa mengeluarkan pedangnya dan....

"Ayo kita lakukan Aoi, tebasan pedang biru!" pedang milik Ailsa bersinar dan dengan sekali tebas, Laba-laba itu menghilang seperti debu.

"Woah! Ketua keren!" sorak tim BoBoiBoy dengan mata yang bersinar. Ailsa sendiri tersipu malu dan setelah urusan dengan Laba-laba raksasa selesai, mereka lanjut berjalan dengan Ailsa di depan bersama tim BoBoiBoy membahas bagaimana cara melakukan hal seperti tadi.

Beberapa jam kemudian, mereka melihat cahaya di ujung lorong. Tapi sayangnya saat dalam 500 meter dari ujung, angin kecang menyerang mereka.

"Angin apa tu?" kata BoBoiBoy menghalangi wajahnya dari debu yang terbawa angin.

"Erghh Kuasa Ruang dan Masa, Dimension."

Angin yang awalnya disekitar mereka langsung berhenti dan mereka ada di medan ungu yang berasal dari kuasa Ailsa.

"Agaknya ni la yang dimaksudkan 'Badai Ribut', ada sesiapa yang boleh nampak apa yang kat depan tak?" kata Ailsa menatap ke depan dengan mimik serius.

"Tak boleh Ketua, habuk semua ni dah halang pandangan." kata Maira.

"Kalau macam tu korang kat sini dulu, biar aku yang periksa." tanpa basa-basi, Ailsa keluar dan seketika dia menghilang dari pandangan yang lainnya.

"Kaizo, kau boleh tak guna kuasa kau untuk keluar?" tanya Maira yang nampak khawatir dengan keadaan Ailsa.

"Boleh je, tapi pandanganku akan terganggu sebab habuk." jawab Kaizo dan entah bagaimana caranya, BoBoiBoy berubah menjadi mode Taufan dan keluar dari medan ungu tanpa berbicara sedikitpun.

"BoBoiBoy!" panggil teman-temannya namun terlambat karena BoBoiBoy sudah menjauh. Kaizo tanpa banyak bicara langsung menyusul kedua kakak-beradik itu meninggalkan yang lainnya.

"Terpaksa kita kat sini dulu, tiada yang boleh hadapi badai kat luar tu kecuali diorang yang memang sedikit tak normal." kata Maira dan mereka memutuskan untuk menunggu sembari melakukan sesuatu agar tidak bosan.

Sementara itu, Ailsa yang terus mengikut sumber angin pun sedikit terkejut tetapi setelah mengingat pengalaman sebelum ini, dia kembali normal.

"Kuputeri! Hentikan badai ni boleh tak?!" katanya begitu berada di jarak 100 meter dari sumber angin.

Seorang wanita dengan baju dominan biru membawa kipas itu menoleh ke arah Ailsa dan betapa terkejutnya dia saat tahu siapa di hadapannya.

"Ailsa?! Kau....ku kira kau sudah tiada saat pertempuran 5 tahun lalu." kata wanita itu yang ternyata adalah penguasa elemental angin, Kuputeri.

"Semuanya juga mengira macam tu, mana Maripos? Biasanya kau dengan dia." kata Ailsa mendekat ke Kuputeri dengan santainya.

Ailsa dan Kuputeri kenalan secara tidak sengaja. Sebelum pertempuran 5 tahun lalu, mereka tidak sengaja bertemu di sebuah hutan belantara di Planet Quabaq.

Ailsa berniat mencari si kembar dan Kuputeri meditasi untuk mengumpulkan tenaganya. Hingga di tengah-tengah itu, karena di kejar oleh KangKung, mereka saling membantu dan berteman.

"Maripos tengah jalan-jalan entah kemana, kau pula mesti cari Batu Angin e?" kata Kuputeri duduk di salah satu batu di sana dan Ailsa duduk di batu sebelahnya.

"Ya, kau mesti yang jaga atas amanah Tuan Elemental Boy e?" kata Ailsa.

"Ya, dia dah amanahkan kepada kami para muridnya dan juga penguasa elemental lainnya kecuali Rettak'ka. Batu terakhir tak tahu siapa yang jaga, harap korang semua sedia."

"Tak masalah, kitorang ni hero la. Terutama adik aku yang dah kalahkan si Rettak'ka tu."

"Maksud kau budak comel BoBoiBoy tu? Dia adik kau?"

"Hm? Ha'ah, dia adik aku. Comel kan dia? Masa bayi lagi comel kalau kau nak tengok dia ni aku ada gambarnya." Ailsa mengeluarkan fotonya dan BoBoiBoy saat dia berumur 6 tahun sedangkan BoBoiBoy 4 tahun.

Difoto itu nampak mereka sedang bermain dengan robot kon di taman belakang rumah mereka di Kota Hilir. Sepasang suami-istri juga nampak di belakang mereka, sedang mengawasi.

"Comelnya, tak sangka dia boleh comel macam ni." kata Kuputeri saat melihat foto itu. Ailsa kembali memasukkannya ke dalam kantung bajunya.

"Kan...eh kau tau mana Batu Angin tu tak?" ucap Ailsa saat teringat sesuatu.

"Ada, tapi kena Ras Han je yang boleh ambil atau tak lalui pertarungan. Aku tahu kalau kau tu Ras Han, tapi aku kena pastikan korang layak." jawab Kuputeri turun dari batu dan badai seketika menghilang.

"Akak!/Ilsa!" mendengar suara yang tidak asing memanggilnya, dia menoleh dan mendapati BoBoiBoy menuju ke arahnya menggunakan hoverboard sedangkan Kaizo berlari.

"Boy? Izo? Korang susul aku? Mana yang lain?" tanya Ailsa begitu keduanya berada di dekatnya.

"Diorang ada kat sana lagi, eh? Kuputeri?" Kuputeri yang dipanggil langsung menoleh ke arah BoBoiBoy dan tersenyum.

"Apa kabar BoBoiBoy? Apa kau dah berjaya kendalikan kuasa beliung kau?" tanya Kuputeri ramah.

"Belum, walau saya dah dapatkan kesemua tahap ketiga tetapi saya masih belum dapat kawal." Kuputeri tersenyum dan Ailsa merasakan hawa pertarungan walau tipis.

Perlahan Ailsa mengeluarkan pedangnya dan di saat yang bersamaan, Kuputeri menyerang mereka menggunakan kipasnya tetapi bisa Ailsa tahan dengan pedangnya.

"Kau masih kuat macam dulu e Ailsa?" kata Kuputeri.

"Kau pun masih licik e? Boy, Izo bantu aku dapatkan batu kat leher dia lepas tu kita boleh sambungkan ekspedisi." sesaat kemudian, pertarungan sengit 3 lawan 1.

Duo Y, GF dan Maira yang baru sampai langsung di kejutkan dengan pertarungan tersebut. Beberapa lama mereka bertarung, karena mulai tidak kuat melanjutkan, Ailsa terpaksa memakai cara lain.

Saat Kuputeri menyerang Ailsa, dia sengaja tidak menghindari dan akhirnya bahu kanannya terluka.

"Kau dah kalah Ailsa, baik menyerah je." kata Kuputeri menyimpan kipasnya namun Ailsa tersenyum miring.

"Kau pasti?" Ailsa menunjukkan sesuatu di tangannya yang ternyata adalah Batu Angin. Saat dia di serang tadi, Ailsa mengambil kesempatan untuk mengambilnya dan berhasil.

"Kau licik macam biasa e?" kata Kuputeri.

"Bukan licik tapi cerdik." Maira langsung mendekatinya dan mengobati bahu kanannya dengan hati-hati.

"Kau terlalu gegabah Ketua. Bila dia serang kau kat titik vital, saya tak tahu macam mana nak selamatkan Ketua lagi." kata Maira saat mengikatkan perban di bahu Ailsa dan dia memelankan suaranya di akhir.

"Kau mesti boleh pun. Buktinya, aku ada kat sini lagi." bisik Ailsa dan itu membuat Maira tersenyum.

"Sebabkan korang dah berjaya rebut Batu Angin dari aku, tahniah. Korang boleh lanjutkan ekspedisi dan Batu tu korang la yang punya." kata Kuputeri bersiap untuk pergi.

"Kau nak kemana?" tanya Ailsa.

"Kumpul dengan jiwa Satriantar, semoga korang berjaya." Kuputeri langsung pergi dari sana dan hari kembali malam.

"Kita berkelah kat sini, luka Ilsa pun teruk lagi. Kita kena rehat." ucap Kaizo saat hari mulai gelap.

"Baik Kapten." seperti malam sebelumnya, mereka istirahat di sana dan paginya juga melakukan hal yang sama sebelum melanjutkan perjalanan.

𝙽𝚎𝚡𝚝....

Pub: 24/06/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top