05. Shen!
Setelah lama berjalan, mereka ahkirnya sampai di titik awal mereka. "Letnan Ray dan Letnan Ryan ada kat sini?" tanya Gopal heran, dia sedari tadi tidak terlalu menyimak pembicaraan tim walau tadi dia sempat merespon.
"Haiya kau ni tak dengar ke Kapten Kaizo cakap tadi?" ucap Ying menepuk dahinya.
"Ha? Cakap apa?" semua orang sweatdrop saat akhirnya tahu jika Gopal ternyata tidak menyimak pembicaraan.
"Dah la tu Ying, jadi macam mana sekarang ni?" kata BoBoiBoy yang pasrah dengan tingkah sahabatnya dari kecil itu.
"Aku ikut Abang je, selamat malam.....zzzz" Ray langsung tidur di hoverboard miliknya dengan pulas.
"Weh! Jangan tidur la! Kita kena cari asal kabut hitam ni dulu!" kata Ryan membangunkan Ray dengan cara menggoyangkan hoverboard tersebut namun percuma, "zzzzz" Ray masih bisa tidur walau sudah hampir jatuh berkali-kali.
Ryan pasrah dengan tingkah kembarannya dan dia terpaksa menjelaskan apa yang terjadi, walau tidak semuanya, "Tidur mati, hah....jadi Ketua dah siasat sebagian dan sebab dari sinyal korang melemah tadi ialah kabut ni nama dia Kabut Hitam. Lengkapnya ada kat tab Ray, dey!" jelas Ryan dan dia pun sengaja menjatuhkan Ray dari hoverboard nya.
"Iya Akak Ail! Abang yang makan ais krim Akak Rosa tu semua!" latah Ray yang langsung berdiri saat dirinya merasa akan jatuh.
"Heh! Merepek betul! Kau yang habiskan bukan aku la!" protes Ryan menjitak kepala Ray.
"Abang tipu." pertengkaran keduanya berlanjut dan tim BoBoiBoy menjadi penontonnya. Ailsa yang melihat dari monitor terpaksa menegur mereka agar tidak berlanjut lagi.
"Hoy korang!" kejut Ailsa dari alat komunikasi mereka dan keduanya langsung diam saat itu juga, "Ya Ketua!" ucap mereka mengambil sikap sempurna.
"Korang ni aku suruh gabung diorang bukan untuk gaduh, pasal ais krim tu saya dan Rosa dah tak kesah jadi fokus!" omel Ailsa yang sudah lelah dengan pertengkaran keduanya.
"Baik Ketua!" komunikasi mati dan mereka pun kembali ke keadaan awal, "Jadi macam mana? Apa maklumat yang korang ada?" tanya Kaizo mewakili.
"Planet Gurunda ni dah tertutup dengan kabut yang bernama Kabut Hitam, sebab portal korang tadi muncul kat sini jadi sinyal korang pun asal dari tempat kita berdiri ni kecuali korang guna kapal angkasa, sinyal korang pun hanya boleh guna kat kapal angkasa." jelas Ray memunculkan hologram dari tab-nya.
"Lepas tu macam mana nak hilangkan kabut ni?" tanya Fang.
"Tu yang kena kita cari tau, tapi Ketua usulkan BoBoiBoy guna kuasa angin dia." jawab Ryan menoleh ke arah BoBoiBoy, yang di pandang hanya bisa heran dengan menunjukkan dirinya sendiri.
"Saya?" tanya BoBoiBoy bingung.
"Ya, kau kena hilangkan kabut ni dengan kuasa angin kau tapi bila tak berjaya juga, terpaksa kita siasat." kata Ryan meyakinkannya. BoBoiBoy menatap jam kuasanya sejenak dan dia akhirnya setuju.
"Baik akan saya cuba, BoBoiBoy Angin, Pusaran Angin." kabut tidak menghilang walau BoBoiBoy sudah membuat angin yang cukup kencang untuk mengusir kabut.
"Tak boleh ya? Berarti ni bukan kabut biasa, Kapten Rosa kitorang perlukan bantuan alat-alat." Ray menyalakan alat komunikasinya dan menghubungi Ailsa dan yang lainnya.
"Apa–korang–" sambungan terputus-putus dan Ray heran kenapa sinyalnya perlahan makin mengecil.
"Kapten?" Ray berusaha menghubungkan kembali sambungan tersebut namun sia-sia, "Hoi–de–*pzzt", alat tersebut tidak mendapatkan sinyal dan langsung mati.
"Sial, kita terputus sambungan. Agaknya cara tadi tu dah kaburkan sinyal kita." Ray mencoba mengutak-atik tabnya namun sama saja tidak ada hasilnya.
Tim BoBoiBoy pun sudah mencoba menghubungi lewat jam kuasa mereka tapi tidak ada hasilnya, mereka kehilangan komunikasi sekarang.
"Jadi kita terjebak kat sini la? Amma Appa tolong!" Gopal panik dan mulai berlari memutar di sekitar BoBoiBoy dan temannya.
"Bertenang Gopal, kita ada satu sama lain kat sini. Kau tak payah risau, jom kita cari sama-sama." kata Yaya mencoba menenangkan Gopal, namun ya...tidak berhasil, dia tetap panik.
"Tapi macam mana nak cari? Pelacak dan komunikasi kat jam kita pun tak berfungsi." Gopal berlari memutar lagi dan berakhir di belakang BoBoiBoy yang masih berusaha menghubungi Ailsa.
"Agaknya alat-alat elektrik tak boleh sembarangan guna, jadi kita terpaksa guna cara lama, cari dengan gunakan petunjuk alam." kata Kaizo dan di setujui oleh si kembar, namun Ray tiba-tiba mengingat sesuatu saat mereka akan berjalan.
"Kejap, alat yang Kapten Maira bagi tu ada lagi tak?" tanya Ray.
"Ada, nah. Apa yang nak kau buat tu?" jawab Kaizo memberikan alat yang Maira berikan sebelum berangkat tadi. Ray menerimanya dan memeriksa sistem juga program di alat tersebut.
"Sistem dan program ini rumit la, Ketua dengan Kapten Maira je yang tau polanya. Hah....kita balik sekarang gunakan benda ni." kata Ray menyimpan tab-nya dan duduk bersila di hoverboard nya.
"Tapi kau lupa ke misi lain yang Ketua bagi?" tanya Ryan menatap mata Ray serius. Ryan adalah orang yang jarang sekali serius jika bukan situasi yang sulit seperti sekarang.
"Selamatkan penduduk tu? Aku ingat la, tapi macam mana sekarang Ryan bila kita tak dapat bantuan?" Ray turun dari hoverboard nya dan menatap mata Ryan yang tingginya tidak jauh beda dengan dirinya.
"Kita kena priority penduduk tu sebelum diri kita, bila kita balik gunakan benda ni yang hanya boleh gunakan sekali lagi tanpa penduduk tu Ketua akan rasa salah tau. Kau tak ingat ke dia ada trauma tak boleh selamatkan orang lain?" Ryan menyempitkan jarak antara mereka.
"Aku tau Ryan, tapi bila kita tak dapat bantuan kita tak boleh hadapi musuh macam tu. Tambah kita tak tau siapa musuh tu." Ray juga menyempitkan jarak dan kini hanya tinggal beberapa centimeter saja jarak mereka.
Tim BoBoiBoy kecuali Kaizo lebih memilih diskusi sendiri karena mereka tahu jika mengganggu keduanya, mereka sendiri yang akan terkena ampasnya.
"Ketua selalu priority penduduk tu dulu Ray, dengarkan Abang." Ryan memegang kedua pundak Ray namun langsung di tepis oleh Ray.
"Masa kerja, kau bukan Abang aku Ryan." Ray menunjukan jarinya tepat di depan mata Ryan. Mereka berdua mulai memunculkan percikan pertengkaran jika saja Kaizo tidak melerai mereka setelah mendengar pendapat dari tim BoBoiBoy.
"Korang jangan gaduh, kita kena tanyakan ini dengan ahli pasukan BoBoiBoy juga. Bukan pendapat korang je. Macam mana BoBoiBoy?" kata Kaizo menyela mereka berdua dan keduanya langsung menatap mata BoBoiBoy.
"Penduduk lagi penting, bila Laksamana Ailsa lagi priority kan penduduk, kita pun kena sama. Apa yang Letnan Ryan cakap betul, benda ni hanya boleh gunakan sekali lagi dan bila kita tak gunakan bersama penduduk maka aku pun rasa bersalah sebab aku pun kenal sikit dengan diorang." pernyataan BoBoiBoy seketika membuat api emosi si kembar mereda dan mereka sedikit bisa melihat bayangan Ailsa di belakang BoBoiBoy.
"BoBoiBoy." BoBoiBoy tersenyum dan senyuman itu sama seperti senyuman Ailsa yang biasa ditunjukkan kepada yang lainnya. 'BoBoiBoy dan Ketua ternyata betul adik-beradik.' batin Ryan.
"Diorang tu dah aku anggap sebagai keluarga aku, jadi apa salahnya tolong diorang kan? Lagipun, kita boleh cari cara selama nak selamatkan penduduk kan?" Ray tertegun dengan kalimat BoBoiBoy yang sama dengan kalimat Ailsa saat dulu menyelamatkan alien yang tertindas. 'Akak Ail, Adik Boy, diorang ni betul betul sama.' batin Ray.
"Kitorang ikutkan BoBoiBoy, sebab apa yang BoBoiBoy cakap biasanya betul." kata Fang menepuk pundak BoBoiBoy dan teman-temannya yang lain juga setuju dengan rencana BoBoiBoy.
Ryan dan Ray berpikir sejenak hingga Ray memutuskan sesuatu, "Sori, aku nampaknya tak boleh ikut rancangan korang." kata Ray menaiki hoverboard nya. Wajahnya tertutupi oleh poninya jadi tiada yang tahu bagaimana raut wajahnya.
Ray langsung pergi begitu saja meninggalkan yang lainnya, "Aku akan balik kat markas, korang gunakan la benda ni. Selamatkan orang-orang." ucap Ray sebelum pergi dan mengembalikan alat yang tadi ada di tangannya.
"Ray! Tunggu!" tapi Ray sudah terlalu jauh dari mereka, Kaizo menepuk pelan pundak Ryan yang niatnya ingin menyusul Ray.
"Ryan, kau tak payah risau. Sekarang jom lanjut." Ryan melirik ke arah di mana Ray pergi lalu menyusul yang lainnya.
Sementara itu Ray yang sudah mengambil jarak yang jauh itu langsung memelankan hoverboard nya dan mengecek sekitarnya, "Hm macam mana caranya balik e?" gumamnya dan dia mengambil tab-nya untuk melihat sinyal.
"Eh? Sinyal aku dah balik!" Ray dengan cepat langsung menghubungi Ailsa dan yang lainnya. Cukup lama untuk bisa tersambung dan setelah menunggu beberapa menit, akhirnya panggilan itu tersambung.
"Ketua!"
"Ray, kau tak pe? Mana yang lain?"
"Maaf Ketua, aku tak setuju dengan rancangan diorang dan pilih pisahkan diri. Diorang masa ni tengah nak selamatkan orang-orang."
"Tak pe, bagi koordinat kau sekarang. Aku akan ambil kau dengan portal, misi kau dah berjaya."
"Eh betul ke Ketua?!"
"Betul, dah bagi koordinat kau."
Ray pun memberikan koordinat dan portal seukuran orang dewasa pun muncul di sebelah Ray. Sementara itu di sisi BoBoiBoy dan yang lainnya, mereka masih mencoba melihat paling tidak 200 meter di hadapan mereka tapi mata mereka justru akan menjadi panas seperti baru saja terkena uap panas.
"BoBoiBoy, kau boleh kesan apa-apa tak?" tanya Kaizo membuka topengnya dan BoBoiBoy yang masih fokus dengan sekitarnya, langsung menggeleng.
"Tak boleh, semuanya tak berkesan kat kabut ni." jawab BoBoiBoy kembali menatap sekitarnya.
"Korang berhenti." kata Kaizo tiba-tiba berhenti begitu juga yang lainnya, dia melihat ke sekelilingnya dengan perasaan waspada bahkan dia sampai melakukan kuda-kuda.
"Kenapa Kaizo?" tanya Ryan yang juga ikut melakukan kuda-kuda.
"Korang perasan tak?" pertanyaan Kaizo membuat yang lainnya berusaha merasakan hawa membunuh yang Kaizo rasakan.
"Dari mana ni?" Ryan melihat ke kanan, kiri, depan dan belakangnya namun tidak kunjung menemukan ancamannya.
"Entahlah, macam dari segala arah. Jaga-jaga korang, musuh boleh serang bila-bila." saat mereka tengah waspada dengan memperhatikan sekeliling, BoBoiBoy menoleh ke atas dan mendapati sesuatu seperti orang jatuh ke arah mereka.
"Atas!" peringatan BoBoiBoy tepat waktu dan seorang wanita bertudung hitam itu mendarat dengan posisi seperti akan menebas seseorang.
"Korang boleh tahan e? Terutama keturunan terakhir tu, kau boleh rasa macam Akak kau ya. Pangeran betul-betul hebat macam Ratu." kata wanita itu menyimpan kembali pedangnya dan dia seperti menunduk hormat pada mereka—ah bukan, melainkan kepada BoBoiBoy.
'Dia kenal Akak Ail?! Siapa dia ni? Kenapa dia macam dah kenal lama dengan aku? Apesal aku kena panggil 'Pangeran' pula ni?' pikir BoBoiBoy menatap waspada wanita yang perlahan berdiri lalu membuka tudungnya saat akan memperkenalkan dirinya.
"Oh tak sopan nya saya tak sebutkan nama. Hamba ialah Shen, senang jumpa dengan korang." mereka sontak mundur 20 meter dan mempersiapkan kuda-kuda mereka, bahkan Ryan yang biasanya berada di bagian belakang kini berdiri di paling depan.
"Shen!!?!?" tudung terbuka dan menampilkan wajah wanita yang setengah wajahnya seperti terbakar sebelah, dia adalah Shen. Senyuman terbit di wajah Shen dan itu menambah kesan menyeramkan pada dirinya.
"Ya saya? Kenapa? Nak tanda tangan ke?" goda Shen memcoba memperpendek jarak antara mereka.
"Kenapa kau ada kat sini?! Bila kau nak tau mana Ketua, aku tak akan cakap!" kata Ryan yang berdiri paling depan demi melindungi juniornya, terutama BoBoiBoy yang sudah ia anggap sebagai adiknya walau baru beberapa jam bertemu.
"Wow wow tenang la, aku tak de rancangan jahat dengan korang la. Abang nak aku sapa korang je, tapi agaknya Amato tak dengan korang e? Tak pe lah, yang penting aku dah jumpa dengan kau, Tuan BoBoiBoy." jelas Shen dengan nada tenang, bahkan dia tidak takit dengan ancaman di hadapannya.
"Apa yang nak kau buat dengan BoBoiBoy?! Tak cukup ke Ketua je!" kata Ryan yang muak melihat wajah Shen yang terbakar setengah.
"Kan aku dah kata nak jumpa Tuan BoBoiBoy je, tak nak maksud apapun dah." kata Shen masih mencoba mendekat tapi setiap langkah yang ia ambil, pasti Ryan dan Kaizo langsung menyerang dia.
"Aku tak percaya." kata Ryan.
"Tak pe korang tak percaya, tapi tak boleh ada yang kacau kitorang." Shen melesat dengan cepat dan memukul tengkuk Ryan dan yang lainnya hingga mereka pingsan menyisakan dirinya dan BoBoiBoy seorang diri.
"A-apa yang kau nak?" tanya BoBoiBoy yang mulai ketakutan. Shen mendekat perlahan dengan senyuman yang masih ada di wajahnya dan begitu jarak mereka hanya tinggal beberapa centimeter, Shen mendekatkan wajahnya ke telinga BoBoiBoy seolah akan membisikkan sesuatu.
"Aku kan dah kata, aku nak bincang dengan korang je. Tak payah nak takut, aku nak cakap bila...." baru saja akan mengatakan kalimatnya, portal ukuran orang dewasa muncul di sebelah mereka dan Ailsa yang sudah memakai topeng dan jubahnya berniat menebas Shen.
"Berhenti Shen! Jangan pukau adik aku!!" Ailsa mengayunkan pedangnya dan mengenai tangan kiri Shen, BoBoiBoy sendiri hampir terjatuh jika Ailsa tidak menahannya.
"Ugh tak berjaya ya? Kau selalu rosakkan rancangan Abang aku." kata Shen kesal sembari memegangi tangannya yang terluka.
"Kau dah pernah pukau kan kawan lama aku sampai dia pergi, jangan kau nak pukau BoBoiBoy pula!" kata Ailsa memeluk BoBoiBoy dengan satu tangan lagi mengacungkan pedangnya ke arah Shen.
"Tch Abang, macam mana sekarang?" Shen berbicara dengan gelang yang ada di tangannya lalu tak lama suara berat muncul.
"Balik Shen, kau tak boleh hadapi dia masa ni. Dia dah makin kuat dari dulu." itulah suara yang keluar dari gelang Shen sebelum mati.
Shen berdecak kesal dan sebelum pergi, dia sedikit mengancam Ailsa. "Selamat korang kali ni." Shen terbang dan kabut perlahan menghilang dan tergantikan dengan langit sore yang cukup teduh.
Ailsa menyimpan kembali pedangnya dan memeriksa keadaan BoBoiBoy, "BoBoiBoy, kau oke?" tanya Ailsa lembut begitu BoBoiBoy sadar dari keterkejutannya.
"BoBoiBoy oke, macam Akak boleh lacak kitorang?" jawab BoBoiBoy mencoba tersenyum. 'Tak guna kau Shen.' batin Ailsa begitu tahu apa yang sudah Shen perbuat tadi.
"Berterima kasih la dengan Ray, dia dah letakkan alat pelacak ke jam kau masa tadi. " kata Ailsa melihat ke arah jam BoBoiBoy dan Maira tiba-tiba saja datang dari arah Ryan yang tergeletak.
"Diorang tak apa dan kabut ni ialah ulah dari Reck." kata Maira melihat ke sekelilingnya yang sudah tidak ada lagi kabut dan hanya gurun pasir yang mereka lihat sejauh mata memandang.
Ailsa menggendong BoBoiBoy yang masih lemas, "Kita balik sekarang, Room." setelah itu mereka langsung tiba di ruang makan tadi dengan banyak tim medis di sana.
𝙽𝚎𝚡𝚝...
Pub: 27/05/2022
Edit: 22/05/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top