S1: Star-crossed Lover (Alkaid x teacher!reader)
For All Time
"Long Long Way To Go"
Fanfiction
Alkaid x teacher!reader
Agak melenceng dari plot dasarnya, tapi ... Happy reading!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Wah, selamat!" sorakku bahagia memeluk wanita muda bernametag 'staf' di sebelahku, "aku ikut senang dan kudoakan kebahagiaan untukmu! Pokoknya kau harus bahagia!"
Beberapa saat lalu, aku merima undangan pernikahannya. Sungguh, senang sekali sampai ingin melompat seharian. Lagipula, siapa yang tidak antusias ketika mendengar kabar bahwa sahabatnya akan segera menikah, kan?
"Hahaha, terima kasih," kawanku terkikik seraya menepuk pundakku--minta dilepaskan dari pelukan maut, "aku juga mendoakan kebahagianmu, [y/n]. Jadi cepatlah menyusul!"
Mendengar balasannya membuatku tersenyum kecut. Entah sudah berapa banyak kawan yang lebih dulu menikah berkata seperti itu kepadaku. Well, bukan berarti mereka salah berkata demikian.
Orang bilang, menikah adalah impian setiap anak perempuan. Menikah juga sering dianggap menjadi kebahagiaan terbesar bagi wanita. Jadi wajar saja jika menikah kerap dianggap sebagai puncak kebahagiaan seorang wanita--tidak terkecuali untukku.
Namun meski hati ini sudah dimiliki seseorang, aku memiliki alasan mengapa belum melangkah ke jenjang tersebut. Suatu alasan ... yang tidak dapat kuungkapkan.
Sebab siapa pula yang akan percaya jika kukatakan kami terpisahkan ruang dan waktu? Karena itulah dia tidak selalu berada didekatku. Maksudku 'setengah' tidak berada di dekatku. Namun kami masih bisa berkomunikasi lewat 'kembaran'nya di dunia ini katika kami tidak bisa bertemu secara langsung.
Desahan kecil tidak sengaja terlepas dari sela bibir, selagi sibuk melamun menatap bunga plum yang berguguran di sepanjang tepian trotoar. Aku bahkan sempat lupa bahwa sore ini aku tidak pulang seorang diri.
Dan seseorang yang sedang berjalan bersamaku ini, adalah 'kembaran' yang kunaksudkan itu.
"3 menit, itu rekor baru," ucap lelaki yang berjalan bersamaku, Luchen.
Tidak sengaja kami berpapasan. Di tengah jalan tadi. Karena rumah kami searah, kami pun memutuskan untuk pulang bersama.
"3 menit apa, Senior?" tanyaku heran.
"Jarak kau menghela napas dari helaan napas sebelumnya," balas Luchen singkat, "sedang memikirkan apa sampai resah begitu?"
'Sedang memikirkan kita,' candaku dalam hati. Tentu aku tidak bisa berkata demikian walau ingin. Sebab aku tahu, yang sedang bersamaku ini bukanlah dia yang 'dirinya'.
Bingung harus berkata apa, akhirnya aku memutuskan untuk hening dan memikirkan alasan terbaik. Namun pikiranku sudah penat duluan sebelum menemukan jawabannya.
"Tidak, kok" balasku setelah menyerah, "tidak ada apa-apa."
Luchen berdehum panjang. "Benarkah? Kau tampak tidak baik-baik semenjak ... kau menerima undangan pernikahan dari temanmu tadi siang, kurasa?"
Langkahku langsung terhenti. Bagaimana Luchen bisa tahu? Padahal dia tidak ada bersamaku saat itu. Dan di dalam ruangan, waktu itu hanya ada aku dan sahabatku. Dan pintu ruang staf tertutup rapat. Jadi bisa kupastikan kalau tidak ada yang dapat mendengar ke dalam. Lalu mengapa Luchen bisa tahu?
Yang disebut terkekeh-kekeh melihat reaksi berlebihanku. Memutar hilsnya, ia tersenyum menghadapku.
"[Y/n], kau ini terlalu mudah ditebak," katanya.
Eh? Pernyataan itu ... mungkinkah?
Tatapan Luchen berubah. Yang sebelumnya tampak lembut kini terlihat agak tajam. Senyum yang selalu lembut itu kini terlihat agak ... berbeda. Sangat khas dan dapat kukenali di mana saja.
Itu adalah 'dia'.
"Alkaid?" Aku memastikan.
Luchen mengangguk lalu melebarkan kedua tangan seolah mengatakan 'ke marilah!' Sebuah undangan yang paling tidak bisa kutolak.
Pantas saja dia tahu apa yang terjadi di ruang staf tadi siang. Pantas saja dia langsung menyerangku dengan pertanyaan barusan. Ternyata dia adalah Alkaid, Star Admiral tersayang. Seorang yang selalu memperhatikanku dari balik gemintang.
Sesaat kemudian aku sudah berada di dalam dekapannya. Luchen tertawa kecil sambil membelai rambutku hati-hati.
"Hal itu bukanlah tidak mungkin bagi kita, [y/n]," bisiknya manis di telingaku, "hanya saja, beri aku waktu ... sedikit lagi. Sampai semuanya siap, aku pasti datang menjemputmu. Dan ketika saat itu tiba, kita bisa hidup bersama ... For all time."
--THE END--
With love,
Hanhami
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top