O4 : good brother

Thanks to God,
He show the truth of my relationship,
also send me brother like Arten.

Alternate.

"Bell, abang traktir makan, ya?" tawar Arten yang sesekali melirik bangku belakang, lebih tepatnya pada adik perempuannya yang hanya terdiam menerawang kondisi luar. "Pasti lo belum makan, 'kan? Lisa juga belum makan nih, kasihan nanti dia kelaperan."

Arten sebenarnya sedang melemparkan jokes yang sama sekali tidak mengubah mood buruk Bella. Gadis itu masih saja terdiam dengan tatapan kosongnya berkat kejadian beberapa saat itu. Lisa yang mendengarkan jokes jayus Arten mencoba menimpalinya dengan tawa sumbang-yang tentu saja tidak membantu sama sekali.

Helaan nafas kasar mulai terdengar. Arten tentu marah menyaksikan hal yang tak seharusnya itu,terlebih pada pria yang sudah menjadi sahabatnya dari bangku menengah pertama. Iaingat betul, janji-janji manis yang dilayangkan mantan kekasih adiknya itusebelum memacari. 

Taeyong berjanji bahwa akan selalu membuat Bella bahagia dan tak akan membiarkan gadisnya itu menangis.

Memang, Taeyong merealisasikan janjinya itu. Namun hanya 2 tahun saja, karena buktinya ia bermain dengan Seulgi anak jurusan HI dibelakang Bella.

Arten sangat menyayangi adiknya, ia bahkan bisa melepaskan segala gengsi dan ego setinggi langit yang selalu melekat ditubuhnya sejak ia masuk kampus Andalusia hanya demi adiknya. Arten tak ingin jika adiknya itu merasakan rasa sakit sedikitpun.

"Bel, kita makan, ya? Kamu mau apa? Kak lisa beliin deh," bujuk Lisa kepada Bella yang berada tepat dibelakang joknya.

Pun Lisa melirik kebelakang, ia ikut mendesah pelan. Adik kekasihnya itu tengah menatap dunia luar dari jendela mobil Arten yang berembun dengan tatapan kosong.

"Enggak kak, aku gak laper," balasnya dengan singkat. "Bang Arten, gue pengen pulang ke apartemen, anterin gue kesana."

Arten beralih menggenggam tangan Lisa, ia mencoba mengatakan 'kamu aku anter ke apartemen dulu, ya. Adik aku butuh aku, Lis.'

Lisa yang mengerti kode dari Arten hanya tersenyum tulus. Ia tak bisa bersikap egois jika sudah seperti ini. Lisa mengangguk seraya membelai tangan Arten lembut.

ㅡ alternate ; 라이관린 ㅡ

Sesampainya di apartemen, Bella berjalan terlebih dahulu dengan gontai tanpa memperdulikan kakak lelakinya yang berlari kecil mengejarnya, yang ia inginkan hanya bergelung dikasurnya untuk seharian ini.

Tanpa ia sadari, didalam lift ia kembali bertemu dengan Guanlin yang nampaknya juga baru pulang dari sekolahnya. Wajah Guanlin terlihat begitu cerah ketika berhasil menangkap wajah Bella yang berada didepannya.

Ia ingin menyapa, namun ia urungkan ketika melihat ada sesosok tangan pria yang melingkar dipinggang gadis itu.

Entah, rasanya ada gejolak aneh di hati Guanlin. Ia tak suka melihat pinggang itu dipegang-pegang oleh orang lain, walaupun nyatanya Guanlin bukanlah siapa-siapa dari Bella

"Dek, abang masakin sesuatu ya nanti? Lo belum makan dari pagi, gue tau itu."

Bella menghela nafas kecil, tawaran dari Arten kembali ia tolak. "Enggak bang, gue gak laper."

"Lo sedih boleh, bego jangan. Gue gak mau lo sakit mikirin dia. Nurut sama gue buat kali ini aja, Bel. Gue mohon," pinta Arten pada adik satu-satunya itu.

Akhirnya Bella menyerah, ia mengangguk lemah yang membuat Arten akhirnya dapat sedikit tersenyum lega melihat adiknya.

Guanlin yang tepat dibelakang mereka terkejut, ternyata laki-laki yang membuatnya kesal itu adalah kakak laki-laki dari Bella. Kini,  ia bisa bernafas lega. Namun, ia bertanya-tanya siapa 'dia' yang dapat membuat Bella terlihat sangat lesu seperti sekarang.

Baru saja Guanlin ingin kembali menyapa Bella, pintu lift terbuka menandakan mereka sudah sampai dilantai 10. Melihat itu, Bella segera melangkah keluar disusul dengan Arten yang masih merangkul pinggang adiknya itu.

Baiklah, mungkin ini adalah badluck bagi seorang Gavian Guanlin Mahesha.

ㅡ Alternate; 아이관린. ㅡ

Bella tengah berbaring dikasur miliknya, sedangkan Arten sibuk didapur untuk memasakkan adiknya itu makanan yang bisa membunuh rasa lapar Bella, walaupun nyatanya makanan itu tak akan disentuh oleh Bella sedikitpun.

Tangan Bella beralih untuk merogoh benda persegi panjang yang berada ditas selempangnya. Melihat apakah ada setidaknya 1 notification chat dari kekasihㅡah, mantan maksudnya.

No one.

Taeyong sudah benar-benar berubah, ia tak lagi memperdulikan Bella. Meminta maaf saja tidak, Bella kembali menangis melihat momen-momen kebersamaan mereka berdua. Ia bahkan tak menyadari Arten sudah memasuki kamarnya dengan membawakan makanan kesukaannya, Lasagna.

Arten tertegun, ia tak menyangka jika adiknya itu akan sehancur ini berkat lelaki yang bahkan sudah menyakiti hatinya dengan begitu teganya. Jujur saja hati Arten sakit melihat keadaan Bella saat ini.

Lelehan air mata terus turun dari mata Bella. "Gue punya salah apa, sih? Sampai Tuhan harus lihatin kejadian kaya tadi," tangis Bella seraya menatap layar ponsel yang masih dihiasi oleh potret dirinya dengan Taeyong.

Arten yang tak kuat melihat adiknya seperti itu, langsung berjalan kearah ranjang Bella dan memeluk tubuh adiknya itu erat. Tentu saja nampannya sudah ia letakkan dimeja nakas sebelumnya.

Merasakan pelukan hangat Arten, gadis itu kembali menangis meraung-raung menumpahkan segala sakitnya seraya memukul dada Arten kecil, berusaha meluapkan segala perih hati yang ia rasakan itu.

"Luapkan aja semuanya, dek. Abang terima asal lo bisa lega. Abang gak suka liat lo sedih kaya gini."

Nafasnya memburu, isakan demi isakan masih terdengar dari bibir Bella. "Gue punya kesalahan apa sih, bang? Kenapa dia bisa setega itu sama gue?"

Arten mengusap surai adiknya dengan telaten. Patah hati ternyata bisa membuat adiknya sehancur ini. "Gue sayang sama lo, dek. Jangan paksa diri lo terlalu keras. Lo boleh sedih, tapi jangan terlalu sakiti perasaan lo sendiri. Lo masih pantas ngerasain kebahagiaan. Harusnya lo bersyukur karena tau kalau pacar lo ada main dibelakang, sebelum lo jatuh semakin dalam."

Tangis Bella berhenti. Ia menengadah, menatap Arten dengan mata sembab berairnya. Hati Arten kembali mencelos menatap adiknya itu, tapi ia berusaha untuk menutupinya dengan senyuman.

"Ikut gue ke pub, yuk?" usul Arten ketika Bella sudah mulai tenang dan kini tengah kembali setelah mencuci mukanya.

Bella terdiam sejenak, memikirkan ajakan Arten itu.

'Gue gak pernah clubbing sebelumnya, bahkan mikir mau ke klub malem aja enggak. Tapi, mungkin ini bisa ngalihin perhatian gue ke Taeyong. Gue harus lupain Taeyong secepat dia lupain gue.' batin Bella.

Ia mengangguk mantap kepada Arten, yang tentu saja membuat kakak lelakinya itu tersenyum ceria.

"Tapi, ntar temenin gue pasang piercings ditelinga kanan," pinta sang adik yang sepertinya ingin mengubah dirinya.

Arten tersenyum dan lagi-lagi mengusap surai sang adik. "As ur wish baby. Mau lo bolongin semua telinga lo pake tindik, asal lo bahagia mah apa yang enggak."

ㅡ alternate ; 라이관린 ㅡ

"BEL! BELLA! WOY BUKA PINTUNYA WOY!" teriak salah satu diantara tiga perempuan yang tengah berdiri didepan pintu apartemen Bella dengan tergesa-gesa.

"Ce, jangan keras-keras! Gangguin tetangga ntar," peringat gadis dengan rambut ikat ekor kuda itu, Krisya.

"Jangan malu-maluin lah, ce." Berbeda dengan Lian yang hanya berdiri bersenderkan dinding apartemen itu.

Miyu berdecak kesal kearah dua temannya itu. "Yaelah kalian itu masih perhatiin malu, ntar kalo Bella mati gue gak tanggung kalo dia sampe gentayangin kita," jawabnya yang masih menggedor pintu tak bersalah itu.

"Bella patah hati tapi gak sampe se-bego itu juga, Ce. Ngapain juga dia bunuh diri gara-gara putus?" sahut Krisya.

Ya kekhawatiran temannya itu bukan tanpa sebab, karena nyatanya beberapa menit sebelumnya. Bella melakukan otp grup Line bersama mereka bertiga. Suaranya masih terdengar parau ditelinga teman-temannya itu.

[OTP]

Bella : guys, apa pendapat kalian kalo misalnya ada temen kalian diselingkuhin?

Lian : mampus

Bella : sialan, untung temen lo, Li.

Miyu : lah anjing cowok kek gitu belagu amat pake selingkuh, masih untung juga lu mau ama dia.

Krisya : lu diselingkuhin, bel? Jadi Taeyong emang bener selingkuhin lo?

Miyu : seriusan?!  Dih, kok anjing.

Lian : guguk dong, ya.

Krisya : Bell jawab, jangan digantung. Gue bukan jemuran kutang lo!

Bella : haha you're absolutely right~! Dia selingkuhin gue sa~ma de~wi jurusan HI. Haha gue masih kurang cantik ternyata.

Lian : terus lu gimana sekarang, bel. Mau jadi orang bego dan masih ngarepin dia?

Bella : gue emang orang bego yang masih sayang sama keparat itu hik..hik..

Miyu : eh setan! Jangan bilang sekarang lo mabok?!

Krisya : lo mabok, bel?! Astaga gue gak nyangka jadi bego gini lu keseringan diperalat sama Taeyong

Bella : mabok? Hik.. Gak! Gu-gue cuma hik.. Minum dikit doang hehe

Lian : nyusahin mulu jadi temen, lu dimana sekarang?!

Bella : Di? Dimana, ya? Semuanya muter-muter nih hehe

Krisya : Bell, please jangan jadi tambah bego deh. Lu dimana?!

Miyu : udah guys, orang mabok lo tanya sampe berbusa juga gak bakal nyautin. Kita ke apartemennya langsung aja.

ㅡ◇◇◇ㅡ

TOK, TOK, TOK!

"Bella buka woy! Anabella!" Miyu masih berteriak.

Ia bahkan tak memperdulikan orang-orang yang lewat tengah melihat kearah mereka bertiga dengan tatapan aneh.

"Gak ada yang tau password apartemen dia emang?" tanya Krisya yang langsung dijawab oleh Lian.

Lian menggeleng sebagai jawaban. "Enggak, kecuali Taeyong yang emang dikasih passwordnya. Yakali kita mau tanya kedia."

"Ya janganlah tolol, sama aja nanti kita bikin Bella makin anjlok harga dirinya didepan Taeyong, mantan dia."

Dan ditengah-tengah keributan mereka. Pintu apartemen 101 terbuka, terlihatlah wajah seorang laki-laki yang terlihat kusut layaknya orang bangun tidur.

Rupanya tidurnya terganggu akibat mereka bertiga, orang itu segera mendatangi ketiga gadis itu hendak ingin menegurnya namun terhenti ketika satu nama disebutkan, Bella.

Orang itu adalah Guanlin.

"Gue yakin sekarang Bella lagi di pub bareng sama bang Arten. Kita kesana aja dah," usul Miyu yang langsung ditolak oleh Lian dan Krisya.

"Lo gila? Kita cewek-cewek mau ke pub sendirian? Hell no! Pub tempat orang mabuk-mabukan, gue gak mau."

Miyu kembali berdecak kecil. "Sya, kalo kita gak kesana ntar bakal terjadi apa-apa, gimana?"

"Yaudah, sama gue aja," sahut Guanlin tiba-tiba yang membuat mereka bertiga mengalihkan pandangan kearah laki-laki yang tengah berdiri bersender dipintu apartemennya itu.

"Siapa lo?" tanya Lian.

"Gue? Lai Guanlin, calon pacar Bella," jawab Guanlin dengan senyum merekah yang dibalas oleh rolling eyes mereka bertiga.[]

TBC♡

Jangan lupa untuk vote dan comment, babies♡

📍.
Tuh, 'mantan'-nya Bella sama abangnya satu frame sedang menertawakan ke-stress-an Jahe yang buat mereka musuhan disini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top