Innocent

"Ayah... Kaori... Kaori..."

Jin terisak, ia menangis sejadinya. Di hadapan semua orang, di hadapan ayahnya.

Istrinya meninggal.

Dia sendiri yang mengatakannya, dia sendiri yang melihat istrinya menghembuskan nafas ketika proses bersalin.

Tapi... ketika isak tangis masih mengalir, orang yang dibicarakan keluar dari ruangan jenazah seakan tak terjadi apapun.

"Sayang? Kenapa menangis?"

Sulit dipercaya, namun wanita yang tadinya pucat pasi itu berjalan. Ia bernafas, berkedip, dengan bekas luka yang sebelumnya tidak pernah ada melingkar di keningnya.

Layaknya sebuah mahkota duri, tercetak dengan warna kemerahan yang masih segar tanpa darah menetes.

Sudut bibirnya terangkat, tersenyum pada semua orang.

Kenangan yang mengerikan untuk diingat oleh seorang pria tua.

"Hahh..." Pria tua itu menekan pangkal hidungnya, sakit.

Iris madunya melirik ke arah cucu semata wayangnya yang tengah berjongkok di bawah pohon.

"Jin... anak yang kamu inginkan sekarang sudah ada, tapi..."

Iris madunya menengadah, melihat langit cerah musim semi yang tidak cocok dengan suasana hatinya saat ini.

"Apakah ini setimpal dengan kematianmu?"

.
.
.

"Telur... berudu... kecebong... kodok... telur..."

Anak itu berkomat kamit memperhatikan, ia tertarik dengan siklus kehidupan akan makhluk hidup yang kini ia amati sedari tadi.

"Kodok."

Anak itu tanpa merasa jijik menangkap binatang hijau lembab itu, mengerjap ketika selaput lendir di mata kodok itu juga bergerak.

Terus menatap seiring kodok itu merintih dengan mata melotot dan mulut yang terbuka lebar.

"Yuji! Kemarilah, kita pulang!"

Anak itu melepas kodok itu dari cengkramannya, menatap sesaat pada kodok malang yang jatuh tercebur ke dalam kubangan air sebelum menoleh ke arah sumber suara.

Seiring helai merah mudanya diterpa semilir angin, Yuji segera berdiri dari posisi berjongkok dan berlari ke arah kakeknya.

"Iyaa kakek!"

*****

Author Note :

Bibit bebet bobot.

07062022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top