A Story about An Owl : Day
Beep. Beep. Bee--Cklak!
Alarm yang tadinya begitu berisik berhenti berbunyi, tangan yang sama kini mengepal di atas udara.
"Mmmrrrgh~ sudah pagi?"
Dengan lesu menegakkan tubuhnya di atas kasur, menatap jendela yang tertutup oleh tirai dengan mata setengah terpejam.
Hari masih gelap, memang.
"Astaga~ tidur rasanya seperti hanya menutup pelupuk mata seperkian detik."
Ia beranjak dari kasur sambil menggaruk kulit kepala yang terasa gatal, dengan gontai berjalan keluar dari kamarnya.
"Koutaro? Pagi ini jogging juga?" Seorang wanita menyapanya, masih dengan piyama dan rambut putih kelabu yang sedikit berantakan.
Baru saja keluar dari kamar mandi.
"Iyaa nee-chan hehe~" Sahutnya sambil nyengir.
"Mau ku buatkan sarapan?"
"Mmm~ tidak perlu, buah pisang masih ada kan?"
Nee-chan mencoba mengingat, "Aku lupa, coba cek saja di dapur. Kalau habis mungkin karena Nee-san membawanya bekal shift tengah malamnya."
Si adik hanya mengangguk-angguk dan lanjut ke kamar mandi.
Dan belum 5 menit ia berada di dalam... seseorang menggedor pintu kamar mandi dengan begitu kencang.
"KOUTARO? CEPAT KELUAR!!"
Padahal ia juga baru melepas kaos yang ia kenakan, namun karena si kakak tertua baru pulang kerja... mau tidak mau ia mengalah.
"Iya, iya--" Baru membuka pintu, ia merasakan seseorang menarik lengannya dengan begitu kuat.
Dan orang itu segera melesat ke dalam kamar mandi.
--BLAMM!! Dentuman pintu, lalu suara grasak grusuk tergesa-gesa, dan setelahnya desah lega.
Bokuto tidak habis pikir mengapa si kakak selalu pulang kerja dengan menahan air kencingnya, namun karena satu lain hal ia juga tidak terlalu tertarik untuk mencari tahu.
Lagi pula meskipun ia akrab dengan kedua kakaknya, tentu ada dinding tipis yang tidak boleh ia lewati.
.
.
.
Adik yang manis.
.
.
.
"Hmm? Apa Koutarou berangkat lebih pagi lagi?" Celetuk seorang pria yang bisa diketahui bahwa dirinya adalah kepala keluarga Bokuto.
Wanita yang ia ajak bicara tentu istrinya. "Iya, dia bilang ada latihan pagi."
"Ya ampun anak itu, isi kepalanya hanya voli saja."
"Hehe, memangnya karena siapa dia begitu sayang?"
Tuan Bokuto mendengus, ia sama sekali tidak menjawab. Tentu, karena ia lah yang mengajarkan voli pada putranya.
"Dan Kou akan pulang larut karena voli juga."
Kali ini tuan Bokuto menghela nafas, "Paling tidak dia hanya melakukan olahraga yang ia sukai."
Nyonya Bokuto mengangguk, "Kamu benar, dia anak manis yang tidak tega untuk membunuh semut."
Tuan Bokuto lagi-lagi terdiam, ia sama sekali tidak mengatakan pada istrinya bahwa terakhir kali ia melihat anak lelaki mereka membuat teh dengan gula bersemut.
Meminum mereka seakan semut-semut mati yang mengambang karena air panas dan memberikan rasa kebas dilidah hanyalah mimpi di siang bolong.
.
.
.
Anak yang berbakti.
*****
01042022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top