Part 16: Conclusion
"Asalkan kau bahagia itu sudah cukup."
Tepat di depan Senku. Ryuusui mengecup hangat pipi Gen si kekasih. Sang mentalist tidak mempermasalahkannya, baginya ciuman seperti itu tidaklah lebih dari sapaan. Sebaliknya Senku. Pemuda itu sudah kebakaran jenggot—Hanya istilah saja. Kita semua tahu Senku tidak memilikinya.
"Maaf Ryuusui-chan. Aku sudah merepotkanmu, kuharap kau bisa menemukan orang yang lebih baik daripada aku." Gen memaksakan senyumannya. Sengaja atau tidak sengaja mereka mengabaikan kehadiran Senku. Gen yang mungkin sudah terlalu terbiasa dengan jaraknya dengan Ryuusui, sama sekali tidak merasa aneh ataupun tidak nyaman ketika sang nahkoda merangkul pundaknya.
Gen sama sekali tidak menyadari api kecemburuan yang berasal dari kekasihnya tersebut.
"Tsk!" Dengan langkah yang luar biasa kesal, Senku menyerobot diantara mereka berdua. Ia berdiri membelakangi Gen. Demi apapun itu, ia memberikan kesempatan Gen untuk berbicara dengan Ryuusui, bukan memberikan kesempatan untuk si naga air mencolong kekasihnya.
"Mulai sekarang aku melarangmu menyentuhnya!" seru Senku sambil menuding lawan bicaranya.
"Tapi Gen tidak protes apapun," balas Ryuusui dengan seringaian licik.
Di saat yang sama Mozu yang juga terlibat dalam permasalahan ini menertawakannya, secara tidak langsung menyetujui pernyataan Ryuusui barusan. Sementara Ukyo tertawa dengan hambar, dalam hatinya ia ingin segera minggat dari tempat yang berpotensi menjadi medan perang ini.
"Teman-teman kita bisa membicarakan hal ini dengan baik kan?" Gen mengangkat tangannya, berusaha untuk menenangkan suasana sebelum memanas. "Tidak seperti di dunia modern, sekarang ruang lingkup kita sangatlah sempit. Kita tidak mau kerajaan Sains runtuh hanya kerena hal bodoh ini kan?" ujarnya yang berusaha meyakinkan.
"Apa yang kau katakan Gen?" Sekarang giliran Mozu yang meringkus tubuh kecil si empunya nama. "Hal bodoh? Kita sedang memperebutkan apa yang kuuanggap lebih penting daripada Medusa," lanjutnya sambil memberikan tatapan sinis pada Senku.
Entah apa yang sudah terjadi di antara mereka. Gen juga tidak mempermasalahkan jaraknya dengan Mozu, padahal mereka berdua terkenal tidak begitu akur—Mungkin orang-orang yang memasang taruhannya di kubu Mozu bakal lebih jelas tentang perkara ini.
"Aku senang kalau Mozu-chan menganggapku sepenting itu," ujarnya di selingi senyuman yang lembut. Gen terlihat seperti menjinakan anjing raksasa—khususnya di mata Senku. Sebenarnya kemana perginya tatapan membunuh nan ganas seorang Mozu? Sekarang lelaki itu lebih terlihat seperti seekor anjing yang tidak ingin lepas dari majikannya, hal yang sama juga berlaku dengan Ryuusui.
"Kenapa sekarang aku yang jadi tokoh jahatnya?" keluh Senku dengan pundak yang melemas. "Kalian sadar kalau selama ini Gen menyukaiku kan?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Maa...Kau tidak perlu mencemaskan mereka berdua." Akhirnya Ukyo mengeluarkan suaranya. "Sekarang kalian berdua resmi jadian kan? Tenang saja mereka tidak akan menggangu Gen lebih dari ini," katanya dengan nada yang meyakinkan. "Masa kau tidak mempercayai si Gen?"
Senku mengkrucutkan bibirnya. "Iya juga sih," jawabnya sambil bersedekap dada. Apa yang di katakan Ukyo ada benarnya juga, lebih baik ia segera pergi mendinginkan kepalanya. Kalau di sini terus dia akan menjadi penggangu.
"Kau mau kemana?" tanya Ukyo, cukup terkejut dengan Senku yang semudah itu untuk di bujuk.
"Chrome," jawab Senku dengan singkat lalu mengundurkan diri begitu saja.
"Aah dia pergi..." oceh Ryuusui dan Mozu bersamaan. Sedari tadi Gen masih mempertahankan senyumannya. Setelah mereka semua memastikan Senku sudah pergi jauh, senyuman Gen berubah menjadi senyuman mematikan yang diikuti aura gelap di belakangnya—spontan Ukyo mundur dan menjauh dari sumber aura mematikan tersebut.
"Bukannya kalian terlalu berlebihan?" tanya Gen di balik raut wajahnya yang tertutup bayangan hitam—yang muncul entah darimana. "Aku senang kalian membelaku tapi kalian tidak perlu sampai sejauh itu kan?" omelnya sambil berkacak pinggang.
"Hee...Bukannya ini tidak adil? Selama ini kau menyukainya dan berusaha untuk mendapatkan perhatian darinya. Lalu apa yang di lakukannya? Tidak ada. Karena dia yakin kalau 100milyar persen kau akan menerimanya."
Ryuusui tidak berhenti mengoceh, dalam waktu singkat ia mengeluarkan semua uneg-unegnya sekaligus. Sementara Mozu bergidik bahu, semua yang ingin di sampaikannya sudah di sampaikan oleh si tuan muda itu.
"Kalau ingin menyalahkan, salahkan saja aku." Gen kembali lunak. Mungkin ia terlihat seperti mencoba melindungi Senku namun sebenarnya ia hanya ingin menebus kesalahannya. "Kurasa...Aku terlalu mengambil keuntungan dari perasaan kalian...."
Ukyo iba melihat Gen yang tidak tahu harus berbuat apa. Mau tidak mau lelaki bertopi itu turun tangan. "Apa yang kalian lakukan?" tanyanya. "Di sini kedua belah pihak sama-sama melakukan kesalahan. Senku memberi kalian waktu untuk berbicara baik-baik dan berharap tidak ada dendam di antara kita. Bakal runyam masalah kalau sesama anggota kerajaan Sains tidak bisa bekerja sama dengan baik." Demikian sebagai seseorang yang selama ini menjadi penengah. Dari cara Ryuusui dan Mozu menatapnya, dua laki-laki itu paham betul maksudnya.
Ini karna mereka bertiga terlalu nyaman dengan situasi mereka. Gen mencari seseorang untuk membuatnya melupakan perasaan yang awalnya bertepuk sebelah tangan, sedangkan Ryuusui dan Mozu mengambil kesempatan tersebut untuk memuaskan sifat keserakahan yang ingin 'memiliki' Gen meskipun hanya sementara.
Belum ada yang mengetahui perasaan sejati seorang Saionji Ukyo, entah kenapa orang sepertinya mau merelakan dirinya untuk ikut campur dalam urusan ini, yang pasti keberadaan laki-laki itu merupakan anugrah bagi Gen dan yang lainnya. Sampai akhir ia memerankan peran 'wasit' dengan cemerlang, meskipun kadang dia berat sebelah kalau menyangkut masalah Gen.
Mozu menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. "Tidak masalah kan? kalau bocah daun bawang itu menyakitinya. Aku bersedia menjadi penghibur," ocehnya santai sambil mengibas-kibaskan tangannya. Hanya dirinya seorang yang ada di tempat tersebut tidak menyukai hal yang berbelit-belit. "Maa...Itupun kalau aku masih belum punya orang lain yang kusukai," tambahnya setelah mengingat sosok seseorang yang akhir-akhir ini cukup menarik perhatiannya.
"Kau terlalu cepat tanggap atau sebenarnya bodoh?" Tidak ada maksud jelek dari perkataan Gen. Seperti bagaimana awal pertemuan mereka, Mozu selalu membuat keputusan yang di luar nalar orang lain. Sampai sekarang Gen sama sekali tidak memahami alasan pria tersebut menerima perjanjian yang membuat laki-laki itu berakhir menjadi budak kerajaan Sains. Hanya dengan bermodal alasan kalau kemampuan Gen 'bisa jadi' lebih berharga daripada Medusa.
Dan, jujur saja. Gen tidak membenci sifat yang mudah beradaptasi tersebut.
"....Kalau kau bisa secepat itu move-on. Kau memang sesuatu banget, Mozu." Ryuusui berkomen dengan wajah datar. "Tapi aku setuju dengan pernyataanmu di awal. Kalau Senku kembali menjadi bodoh lagi, aku akan merebutmu dengan paksa, Gen." Tambahnya yang merupakan ancaman untuk Senku si biang masalah.
Gen terkekeh. Selama ini Ryuusui sudah cukup memanjakannya. "Perkara itu kau bisa mengatakannya sendiri nanti ke orangnya," balasnya dengan senyum tipis nan lembut. "Terima kasih. Aku menghargai perasaan kalian semua."
Asagiri Gen, mentalist. Baru kali ini di dalam hidupnya, ia mendapatkan guyuran cinta sebanyak ini. Dan yang paling aneh. Ia mendapatkan semua berkah ini di dunia batu. Dunia yang katanya merupakan titik hancur dari umat manusia.
...
"Kenapa mukamu?" Ketimbang menyambut, pertanyaan tersebut sebagai gantinya. Senku datang ke gudang Sains dengan wajah lesu, seperti belum makan selama berhari-hari. "Kau seperti laki-laki yang sedang bertengkar dengan istrinya," komen Chrome setengah bercanda.
"Aku tidak sedang bertengkar dengan Gen," jawab Senku yang langsung membuat Chrome tertawa terbahak-bahak. Dari jawabannya, Senku mengakui kalau Gen adalah istrinya. "....Serius Chrome. Aku sedang tidak ada mood untuk mengerjakan proyek yang merupakan ide mu kemarin," ketus pemuda tersebut.
"Yaah elah Senku. Kenapa kau jadi seseorang yang kau ramalkan? Kau tidak mau percintaan menjadi penghalang mu kan?" Chrome meninju pelan pundak seniornya dalam Sains. Namun aura bersemangat dan menggebu-gebu pemuda berikat kepala itu tidak tersampaikan, Senku justru menghela nafas semakin panjang.
"Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa berhenti mengkhawatirkan Gen," keluhnya sembari duduk lesehan di atas lantai. "Kukira setelah aku jadian dengan Gen maka beban pikiranku akan lenyap begitu saja. Namun nyatanya si mentalist itu masih di krubungi para serangga."
Chrome melotot tak percaya. Ini kabar baru baginya, para penduduk lainnya pasti belum mendengarnya. Di saat yang sama, ia salut terhadap Senku. Akhirnya si ilmuwan muda jenius itu mulai berkembang menjadi lebih manusiawi rupanya.
"Kau dan Gen jadian huh..." gumam Chrome sendiri, masih tidak habis pikir. Setelah semua yang terjadi. Berapa persen kemungkinan mereka berdua jadian? Kemenangan kubu Senku bisa dikatakan merupakan salah satu keajaiban di dunia batu ini.
"Bukannya bagus? Seharusnya kalian jadi lebih akrab daripada sebelumnya kan?" tanyanya setelah merenung sejenak.
"Masalahnya adalah ini pertama kalinya aku menyukai seseorang, aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mengungkapkan perasaanku," jawab Senku dengan pipi yang merona tipis. Ia mengakui kalau saat ini ia tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendirian, namun Chrome juga bukanlah teman curhat yang terbaik dalam perkara percintaan.
"Lalu Gen masih punya kebiasaan untuk memperlakukan ku seperti anak kecil. Padahal ia memperlakukan Ryuusui setara dengannya." Senku masih melanjutkan curahan hatinya yang membuatnya terasa seperti di luar karakter. Chrome melihat pemuda itu dengan tatapan jengah. Laki-laki itu sedang di mabuk cinta, begitu batinnya ketika melihat Senku yang sedang galau.
Selagi Senku sibuk menceritakan keluh kesahnya, tanpa sepengetahuannya Gen datang sebagai tamu. Chrome dengan niat isengnya langsung mendatangi Gen sambil mendesis. "Sst...Aku akan menunjukan sesuatu yang menarik," ujarnya berbisik dan membawa si mentalist yang kebingungan masuk ke dalam ruangan, memintanya untuk duduk membelakangi Senku yang sibuk dengan dunianya sendiri.
"Byee~"
Setelah itu Chrome seenaknya pergi. Keluar dari ruangan setelah melambaikan tangannya dengan kilat. Wajah Gen di penuhi simbol tanda tanya. Apa mereka sedang melakukan percobaan? tanyanya dalam hati namun memutuskan diam di tempat dan tidak menggangu Senku yang masih komat-kamit sendirian.
"Hey Chrome. Apa kau tahu bagaimana caranya untuk menarik perhatian Gen agar tetap tertuju padaku?"
Senku mengira Gen adalah Chrome. Dan yang lebih mengejutkan adalah pertanyaan yang di lontarkan oleh pemuda jabrik tersebut. Gen mematung, bola matanya membulat dengan sempurna. Si mentalist binggung memilih, antara: mengubah suaranya menjadi suara Chrome dan menjawabnya atau mengakui kalau si pemuda berikat kepala yang di maksud sudah kabur sedari tadi?
"Pfft..." Pada akhirnya Gen tidak bisa menahan tawanya. Ia menyandar pada punggung Senku seraya memanggil nama pemuda tersebut. "Senku-chan. Selama ini aku selalu memperhatikanmu," jawabnya di selingi tawa pelan.
"G-Gen!?" Senku melonjak kaget. Wajahnya merah padam bagaikan kepiting rebus. "Se-sejak kapan k-kau..." tanyanya terbata-bata. Seluruh tubuhnya terasa panas dingin—bukan karena sakit kali ini.
"Senku-chan bodoh ne.." olok Gen dengan suara manis seraya menyamankan diri di pangkuan Senku, menggunakan pemuda itu sebagai pengganti bantal. "Seharusnya aku yang tanya. Bagaimana caraku mendapatkan seluruh perhatian Senku-chan?" katanya seraya menjangkau pipi Senku yang memanas.
"Kau adalah satu-satunya manusia yang mendapatkan perasaan romantis dariku. Bukannya itu sudah lebih dari cukup?" jawab Senku diikuti ekpresi merajuknya yang menggemaskan di mata Gen.
"Hahaha...Aku jadi ingat. Bukannya kau berjanji memberikan seluruh jiwa ragamu padaku?"
"Kau tidak salah ingat. Dan kuharap kau juga memberikanku hal yang setara dengan apa yang sudah kutawarkan."
To be Continue
A/n:
Fiuuh panjang sekali. Semoga kalian masih gak capek bacanya hahaha....
Next chapter: Alter Ego adalah chapter terakhir buat cerita ini. Kalau ada ide lagi mungkin buat sequel lagi, kalau tidak, mungkin bikin cerita baru lagi. Entahlah maafkan ketidak konsistenan hamba...
Terima kasih telah membaca~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top