Part 13: Zero

    Pada hari yang sama. Orang-orang berada di area sekitar tempat tinggal sang kepala desa dan sang mentalist turut menyaksikan drama yang dimainkan oleh pasangan tersebut. Setelah meledek teman seatapnya, Gen yang bersungut-sungut keluar dari rumah. Sang mentalist mengabaikan tatapan di sekitarnya, terus berjalan sampai keluar dari wilayah desa.

    Gerombolan anggota seminar Ryuusui menatap takjub akan drama di depan mereka. Salah satu dari gerombolan tersebut, Magma berkomen. "Mereka berdua tidak pernah berhenti membuat kehebohan ya?" ujarnya yang mendapatkan bagian untuk mengangkat barang-barang berat.

    Ryuusui bersedekap dada. Ini pertama kalinya ia melihat Gen meledak di depan Senku, seingatnya si mentalist bernah berkata kalau dirinya ingin tetap menjadi seorang mentalist di depan Senku, yang artinya Gen menghalangi Senku masuk ke kehidupan pribadinya.

    Mengesampingkan motivasi Gen. Lelaki bersurai ombre itu memang selalu lemah menghadapi pujaan hatinya. Gen ikhlas saja dengan semua perlakuan senku terhadapnya.

    Tidak lama kemudian Senku yang memergoki kawan-kawannya mengintip, keluar dari rumah. Mereka semua meminta maaf akan tindakan mereka yang kalau di dunia modern bisa dituntut atas penjajahan privasi tersebut dan langsung di maafkan oleh yang bersangkutan. Senku sedang tidak ingin mengurusi hal lainnya, ia sudah cukup sibuk mengurusi masalahnya dengan Gen.

    Ryuusui menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Andai ia berangkat ke pantai lebih cepat beberapa menit atau jam, ia tidak perlu menyaksikan drama ini. Gen adalah pujaan hatinya dan ia sadar ia tidak akan pernah mendapatkan hati lelaki itu namun rasa frustasi membuatnya tidak sabaran.

    Kalau sudah seperti ini, mau tidak mau ia harus ikut campur. Apalagi mungkin pertengkaran Senku dan Gen kali ini ada hubungannya dengan dirinya.

    "Magma, suruh yang lainnya berangkat duluan. Aku masih punya urusan lain," mintanya pada lelaki pirang bertubuh bongsor yang berdiri tepat di sebelahnya.

    Magma tidak banyak bertanya, ia langsung menurut begitu saja untuk mengajak rekan-rekannya yang lain berangkat duluan menuju Perseus.

    Selagi Ryuuui pamit pada Magma dan rekan-rekannya yang lain. Senku pergi menemui Chrome ke gudang Sains, tidak lama kemudian mereka memindahkan beberapa bahan yang di butuhkan menuju ke laboratorium.

Di saat tim meneliti kedatangan tamu yang tak terduga, tim peneliti masih belum menyiapkan peralatan mereka, semuanya masih tersimpan rapi di dalam rak dan lemari penyimpanan. 

Tanpa aba-aba Ryuusui masuk sambil memanggil nama Senku. Seketika atmofir dalam ruangan tersebut berubah, mengingatkan Chrome dengan insiden di balik penundaan ekspedisi ke Amerika.

"Apa?" balas Senku hanya melihat sekilas dengan lirikan mata. Chrome yang di sebelahnya bisa merasakan hawa gelap yang menusuk tulang dari arah kedua belah pihak yang sedang berbicara.

   Pihak ketiga dalam ruangan tersebut—Chrome yang baru saja pulang dari 3 harinya untuk berkemah di luar belum mendengar kabar apapun yang menjawab situasi sengit di antara Senku dan Ryuusui ini. 

Chrome menatap jenggah kedua rekannya tersebut. Butuh ancaman setingkat kekuatan kerajaan Tsukasa untuk membuat nyalinya ciut, hanya karena di dempet masalah Senku dan Ryuusui tidaklah cukup untuk membuatnya gentar.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian, apa kalian mau berbicara empat mata?" tawarnya yang lebih dari bersedia untuk menyingkir dari tempat tersebut. "Kalau kalian memang membutuhkan waktu. Berjanjilah untuk membicarakannya dengan baik-baik, jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan seperti perdebatan kalian yang terakhir kali itu."

"Aku masih belum mengatakan apapun, Chrome." Di luar dugaan Ryuusui lebih santai dari yang dikira. "Dan sudah kubilang kalau waktu itu kita tidak bertengkar, kita berdiskusi. Ya 'kan Senku?" ujarnya sambil mengalihkan pandangannya menuju si pemimpin yang terlihat jelas sedang merajuk.

"Maa terserah kau menganggapya sebagai apa yang pasti kau bukan kemari hanya karena masalah yang sudah lampau kan?" Senku membalas dengan dingin.

"Kalau begitu, kurasa untuk saat ini aku akan pergi untuk membantu Ukyo." Begitu kata Chrome sebelum pemuda itu melangkah pergi dari pembicaraan. Dalam hati ia berencana untuk melaporkan masalah ini ke Tsukasa—bukan. Lebih baik dia bilang ke Taiju. Siapa tahu nanti mereka membutuhkan orang untuk melerai Senku dan Ryuusui.

"Dari wajahnya ia meragukan kita huh." Ryuusui tersenyum miring. Sungguh dia tidak pernah berniat untuk bertengkar dengan Senku. Lawan bicaranya juga pasti memikirkan hal yang sama. Perang mulut bukan berarti bertengkar, karena di setiap perdebatan mereka sama-sama memahami apa yang mereka perjuangkan. Apapun hasilnya, laki-laki sejati akan menerima hasil tersebut apa adanya.

"Karena bukan Mozu yang datang menghampiriku kali ini, bisa kutebak kalau kau adalah pasangan Gen tadi malam hmm..." Senku langsung berterus terang, mengungkapkan kecurigaannya pada pemuda pirang di hadapannya. "Tenang saja aku tidak ada dendam apapun padamu. Aku masih sadar diri kalau aku bukan apa-apanya si Gen," ocehnya yang terdengar acuh tak acuh.

"Kau laki-laki yang berpikiran terbuka huh." Ryuusui tertawa renyah, Senku tidak pernah berhenti membuat orang lain kagum. "Kalau begitu kita bisa mengakhiri pembicaraan ini dengan cepat," ujarnya sambil berkacak pinggang.

"Aku cuma mau memberitahumu kalau siapapun pilihan Gen, asalkan dia bisa membahagiakannya itu sudah cukup."  Ryuusui berterus terang. Reaksi Senku setelah mendengarnya sangat di luar dugaan. Pemuda jabrik itu memandangnya dengan jijik sambil mengatainya dengan sebutan payah.

"Lalu apa yang terjadi dengan Desire=Justice mu?" tanya Senku. "Seharusnya kau sekarang mengejar si Gen kan?"

"Kukira aku ingin mengikutinya tadi tapi melihat raut wajahnya tadi...." Ryuusui menggaruk pipinya dengan canggung. Ia baru mengingat kalau Senku dan dirinya mengenal Gen yang berbeda. Bukan berarti si mentalist punya kepribadian ganda atau sejenisnya, yang di maksud 'berbeda' sebenarnya simpel.

Karena Ryuusui dan Senku adalah dua individu yang berbeda, wajar Gen bertingkah berbeda pula di depan mereka. 

Bagi Ryuusui 'Gen yang sebenarnya' itu tidak pernah ada. Ia sama sekali tidak membeda-bedakan segala versi si mentalist.

"Kau tidak tahu betapa merepotkannya Gen waktu dia mengamuk," lanjut Ryuusui diikuti helaan nafas panjang. "Dan mengenai pertanyaanmu barusan. Tentu saja aku menginginkan Gen tapi apa gunanya kalau aku memaksanya? Itu seperti apa gunanya punya banyak uang kalau tidak ada barang yang bisa di beli."

"Waah..." Senku sebenarnya terpukau oleh cara pikir Ryuusui namun reaksinya terlalu datar. "Kau tipe yang takut istri ya?"

Wajah Ryuusui memerah. Setelah di tuding, ia juga baru menyadari kemungkinan tersebut. "Setidaknya bilang kalau aku adalah laki-laki yang tulus kan?" katanya yang malu-malu.

    Giliran Senku yang tertawa, moodnya sudah membaik. Percuma saja Chrome mengkhawatirkan mereka berdua. "Yaah...Aku setuju dengan pola pikirmu. Terutama karena kita sama-sama menyukai orang yang berpribadian rumit seperti si mentalist itu," ocehnya dengan nada yang lebih lembut dan bersahabat.

"Lalu, sebelum kau pergi. Alahkah baiknya kalau kau menjelaskan apa saja yang kau lakukan bersama Gen semalam..." tambahnya dengan ekpresi gelap yang bahkan Ryuusui takut melihatnya.

Tentu saja si tuan muda menolak untuk menceritakan 'kegiatan mereka semalam' itu kan privasi? Mengkesampingkan hal itu, kita semua tahu kalau Senku hanya sarkastik. Ryuusui berputar 180 derajat, lebih baik dia kabur sebelum Senku sungguhan berniat memaksanya untuk bercerita.

"Aku akan membunuhmu kalau kau menyebarkan penyakit baru di desa ini," omel Senku yang sialnya di dengar oleh Chrome dan Taiju yang datang untuk menengok mereka berdua.

Secara tidak sengaja kedua pendatang baru itu menghalangi Ryuusui kabur. Sungguh sial sekali nasibnya.

"Ukh kau tidak perlu membahas hal yang tidak seksi seperti itu kan?" protes Ryuusui yang jadi terbawa alur pembicaraan kembali. "kau tahu tidak hanya aku yang melakukannya!!!"

Chrome dan Taiju saling melihat satu sama lain, mempertanyakan apa saja yang terjadi di antara Senku dan Ryuusui selama mereka tidak ada. Kepolosan mereka berdua menyelamatkan Ryuusui. Tidak ada diantara mereka berdua yang menanyainya tentang Senku yang setelah itu mengoceh panjang mengenai 'lebih baik kita mulai membuat pengaman'        

...

   Gen menyadari ke egoisannya. Setelah kabur dari rumah ia bersembunyi di dalam hutan, duduk di pinggir sungai dimana ia suka merenung sendirian. Ia duduk di bawah pohon gersang, mengabaikan adanya kemungkinan pakaiannya yang basah nanti. Sambil memeluk kedua lututnya, meringkus tubuhnya yang kurus demi mencari sedikit kehangatan yang lebih, Gen bergumam pada dirinya sendiri.

    "Kenapa aku bisa sebodoh ini?" tanyanya pada dirinya sendiri. Gen menyentuh bibirnya, samar-samar ia masih mengingat ciuman yang selama ini ia dambakan. "Senku-chan menyukaiku...." Ia masih berbicara dengan dirinya sendiri. Perasaannya kini bercampur aduk menjadi sebuah emosi yang tidak mudah untuk di jelaskan.

    Situasinya saat ini bisa di simbolkan layaknya bidak catur yang tidak tahu harus meloncat ke petak yang mana.

    Sebenarnya apa yang di harapkannya ketika ia menyatakan cintanya kepada Senku? Secara simpel, umumnya orang berharap agar perasaannya diterima dan berakhir menjadi kekasih pujaan hatinya. Namun Gen tidak memiliki jawaban atas pertanyaan tersebut, dia tidak yakin akan keinginannya sendiri.

    Saat itu ia hanya ingin menyampaikan perasaannya, tidak kurang tidak lebih. Asalkan Senku mengetahui perasaannya itu saja sudah cukup baginya. Merenungkan semua ini. Sekarang ia sendiri mulai menyadari kalau selama ini dia masih menyimpan pikiran negatifnya.

    Gen tidak pernah mengharapkan cinta Senku. Baginya lebih baik kalau selamanya Senku berada di luar jangkauannya, tetap menjadi mataharinya, tetap menjadi sosok idamannya.

    Semua orang juga tahu. Terlalu dekat dengan matahari bisa membakarmu. Apalagi bulan dan matahari tidak akan pernah bisa bersatu, meski bumi mengalami gerhana, sangatlah tidak mungkin apabila selamanya bumi mengalami gerhana. Mereka bisa mengacaukan dunia.

    "Mana ada mentalist yang baperan seperti diriku ini?"

    Gen bangkit sambil membersihkan pakaiannya dari salju. Lebih baik ia segera kembali ke desa sebelum yang lain mencarinya, lebih parah lagi kalau Senku yang datang menemuinya. Saat ini ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi pemuda tersebut.

    "Harusnya aku yang menjaga kestabilan sosialitas di kerajaan Sains tapi kelihatannya aku gagal menjadi mentalist hmm~" ocehnya seraya mendongak ke atas langit yang biru.

To be Continue...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top