Chapter 01: Blue and Red

Note: baca ini setelah membaca "logic of sacrifice"

...

"Gen adalah kartu terbaik yang pernah kau berikan padaku," ujar Senku yang bersandar di sebelah jendela. Ia menengok sang mentalist yang sedang menjari anak-anak kecil, menggantikan tugas Ukyo dan Ryusui. Semenjak di buatnya keputusan baru, penundaan waktu keberangkatan ke Amerika di peruntukan untuk melatih awak-awak kapal. Sudah seminggu lebih Ryusui bersama Ukyo sibuk mengajari para orang dewasa.

"Bukannya hal seperti itu harusnya kau katakan sendiri pada orangnya?" tanya Tsukasa. Pemuda itu sedang duduk bersila di bawah lantai, tidak mempunyai pekerjaan selain menemani sang kepala desa yang sibuk meracik bahan-bahan kimia.

"Nah. Semua orang sudah tahu kalau kemampuannya itu berguna," jawab Senku santai lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. "Dia telah berhasil membuatku terkagum-kagum pada kemampuannya itu," lanjutnya dengan volume suara yang lebih lirih karena dia membutuhkan konsentrasi lebih untuk menuangkan cairan kimia yang—hanya dirinya sendiri yang memahaminya—ke dalam wadah yang lebih kecil.

Tsukasa tersenyum tipis. "Hal seperti itu harusnya kau katakan sendiri pada orangnya," ujarnya untuk kedua kalinya.     

...

    Asagiri Gen, pesulap atau lelaki itu menyebut dirinya sebagai mentalist. Seorang pembohong, licik, penggoda. Tipe orang yang seharusnya tidak ada di dalam dunia seorang Ishigami Senku. Namun dunia batu mempertemukan mereka berdua. Seolah merubah ikatan takdir, seiring berjalannya waktu kesan Senku terhadap Gen berubah drastis. 

Jauh sebelum mereka berdua bertemu, Senku menganggap orang seperti Gen adalah orang-orang yang tidak berguna. Di matanya Gen hanyalah badut bodoh yang kerjaannya hanya melucu, buku psikologis sampah karya sang mentalist tersebut adalah buktinya. Namun setelah memahami lebih dalam lagi. Kemampuan Asagiri Gen lebih mengerikan daripada kepintaran Sainsnya.

Tanpa ada manusia, teknologi dan perabadan tidak akan pernah terbangun. Bagaimana kalau misalnya Gen lebih memilih untuk bersekutu dengan Tsukasa? Hanya dengan kamampuan berbicara Gen, bisa jadi semua orang tercuci otaknya. Tsukasa dengan kekuatan tanpa batasnya akan menjadi Tuhan di era batu ini.          

Senku adalah laki-laki yang hampir tidak mempunyai keberuntungan, orangnya sendiri pun tidak mempercayai apa itu keberuntungan. Mungkin kau sedang membicarakan teori peluang di dalam matematika.

Di dalam kehidupannya hanya ada satu hal yang bisa dianggapnya sebagai keberuntungan. Senku mendapatkan keberuntungan tersebut dari sang dewa takdir yang mempertemukannya dengan Gen yang entah bagaimana bisa bersedia menjadi sekutunya hanya dengan sebotol minuman bersoda.

    Jujur saja, selama ini Senku tidak bisa memperlakukan Gen seperti seorang manusia biasa. Di matanya Gen bagaikan seekor monster yang entah bagaimana harus ia jinakan. Senku bukan tipe orang yang suka membohongi dirinya sendiri. Maka karna itulah ia menggunakan Sains yang merupakan keahlian terbaiknya untuk menjinakan Gen.

    Tiada yang lain selain Sains bagi Senku. Dunia batu adalah bukti nyata dari dunia tanpa Sains. Namun tanpa adanya manusia Sains tidak akan pernah ada dan di bidang ini lah yang merupakan keahlian yang di miliki Gen. Tidak semua orang bisa di pancing dengan Sains, seperti Tsukasa contohnya.

    Untuk mengembalikan perabadan Senku membutuhkan psikiologis, kekuatan yang sangat mempengaruhi tindakan seseorang.

...

    "Meskipun aneh. Tidak semua manusia di era modern mempercayai Sains," ujar Senku seraya memisahkan bahan-bahan mentah hasil buruan Chrome. "Penyebabnya? Entahlah aku tidak begitu paham dengan pemikiran orang-orang seperti itu," jawabnya untuk pertanyaan si bocah Sains nomor 2.

    "Mungkin mentalist tahu jawabannya."

    " Hahaha...." Chrome tertawa renyah. "Bagaimana dengan Tsukasa?" tanyanya. Mungkin itu ada hubungannya dengan deklarasi perang kerajaan Tsukasa yang saat ini sudah di telan sejarah, begitu pikir pemuda tersebut.

    "Kau kira Tsukasa sebodoh itu?" Senku ikut tertawa. Kedua pengguna Sains di desa itu memang memiliki selera humor tersendiri. "Justru karena dia percaya makanya dia ingin menghancurkannya. Secara sederhana bisa dikatakan Tsukasa membenci Sains maka karna itu dia tidak ingin Sains menguasai bumi untuk kedua kalinya," terangnya lalu memasukan satu batu terakhir ke dalam sebuah keranjang anyaman. "Maksudku, orang-orang yang tidak percaya Sains adalah orang-orang yang tidak mengakui adanya keberadaan Sains."

    Di sela-sela waktu luang mereka berdua. Di dalam gudang penyimpanan Chrome, Senku menceritakan sedikit tentang dunia modern. Siapa menyangka apabila di dalam dunia yang canggih, pada era dimana pendidikan  jauh lebih maju. Masih ada sekelompok manusia yang percaya bumi itu datar, mereka membuang teori gravitasi dan membuat teori-teori propoganda yang mengandung konspirasi.

    Semakin canggihnya perabadan, disaat semuanya serba mudah dan cepat. Manusia sama sekali tidak mempertanyakan bagaimana semua kemewahan tersebut berasal. Pada dasarnya, manusia juga salah satu hewan yang termasuk di dalam spesies mamalia. Di mata Senku, manusia adalah manusia. Setiap harinya segala makhluk hidup di bumi ini mencoba untuk bertahan hidup. Manusia tidak pernah menjadi penguasa dunia ini karena meskipun di dalam dunia modern, nasib manusia masih setara dengan hewan-hewan lain yang mencoba untuk bertahan hidup. Bahkan di dunia modern, manusia juga masih memainkan game survival, hanya saja dengan setting yang berbeda.

    "Hanya sedikit manusia di dunia ini yang mau meluangkan waktunya untuk memahami hal-hal baru," oceh Senku. "Ketika merasa terpojok mereka malah mengarahkan semua hal misterius yang tidak bisa mereka pahami tersebut kepada kekuatan supranatural atau kehendak makhluk lain yang berada di atas kita."

    Mengkesampingkan alien (manusia luar angkasa yang masih belum di pastikan keberadaannya), tidak semua manusia di dunia modern mempercayai keberadaan Tuhan. Senku hanya salah satu dari ribuan atau jutaan orang yang tidak beriman, kalau ada agama baru yang bernama Sains mungkin dia sendiri lah pencetusnya.

    "Di era manapun pasti ada saja orang-orang yang seperti itu. Jadi kalian yang lahir di era batu ini tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal seperti kalian ketinggalan jaman atau sebagainya." Senku mengakhiri ceritanya lalu bangkit berdiri. Hari sudah malam, sebaiknya mereka segera berangkat untuk mengambil jatah makan malam.

    "Hahaha kau tahu bagaimana orang-orang memperlakukanku sebelum kau datang," balas Chrome menyetujui setiap perkataan yang keluar dari mulut Senku barusan.

    Mereka berdua datang lebih awal daripada dugaan. Francois baru saja selesai menata makanan dan perabotannya. Gen bersama Suika dan anak-anak lainnya membantu sang butler mengelap setiap piring yang baru saja di cuci.

    "Senku-chan, Ryusui-chan tadi mencarimu." Gen memberitahunya seraya menuangkan sup ke dalam sebuah mangkok. "Katanya ada sesuatu yang ingin di diskusikan," lanjutnya lalu menyerahkan mangkok tersebut kepada Senku.

    "Oh.." balas Senku, menerima mangkok sambil menoleh ke kanan kiri mencari si empunya nama. "Kemana perginya dia?" tanyanya tidak menemukan pemuda pirang bertopi pelaut yang di maksud.

    "Ada di ruangan strategi bersama Tsukasa," jawab Gen. "Kelihatannya kita sedikit punya masalah dengan jumlah tenaga kerja."

    Senku menaikan salah satu alisnya. "Ryusui dan Tsukasa?" tanyanya heran. "Kau membiarkan mereka berduaan?"

    "Memangnya kenapa?" tanya Chrome tepat di sebelah Senku. "Saat ini bisa dikatakan Tsukasa adalah pemimpin dari tim kekuatan."

    "Senku-chan tidak perlu mencemaskan mereka berdua," ujar Gen tidak melupakan pekerjaannya yang membagi-bagikan makanan kepada penduduk lain. "Aku sudah melarang Ryusui-chan untuk membahas hal-hal berbau tersier..."

    Senku tersenyum miring, meragukan. "Itupun kalau dia ingat," katanya yang akhirnya membawa makanannya ke ruangan strategi. Lebih baik dia segera hadir ketimbang menunda hanya untuk mendapai Ryusui dan Tsukasa yang bertengkar.

    Sesampainya di ruangan strategi, Senku mendapati ruangan tersebut telah berubah menjadi ruang makan. Kedua kawannya mempunyai ide yang sama dengan dia rupanya, makan sambil diskusi. Meskipun Gen telah memberi perpanjangan waktu, mereka tidak bisa bersantai-santai.

    "Bagaimana situasinya?" Pertanyaan tersebut yang keluar dari mulutnya sesaat setelah memasuki ruangan. "Gen bilang ada masalah dengan tenaga kerja kita," tambahnya lalu duduk di salah satu kursi.

    "Sebentar lagi musim dingin akan tiba." Tsukasa mengawali. "Selain mempersiapkan persediaan makanan untuk musim dingin kita masih harus mencari persediaan untuk ekspedisi."

    "Hasil bercocok tanam dan berternak saja tidak akan cukup untuk menutupi kebutuhan kita," tambah Tsukasa. "Kita membutuhan dua kali lipat persediaan makanan."

    Senku mengangguk, sudah memahami masalah mereka kali ini. "Bagaimana kalau kita meniadakan pelatihan para awak kapal?" tanyanya dengan pertanyaan yang berani mengambil resiko. Mereka menunda waktu keberangkatan dengan tujuan melatih awak kapal dan saat ini ia malah mau menindakan pelatihan. Kurang lebih ia menyadari kekurangan dari usulannya tersebut, namun saat ini mereka membutuhkan tenaga kerja lebih. Sebisa mungkin ia ingin mengerahkan seluruh penduduk untuk mengumpulkan bahan makanan dan bahan keperluan lainnya untuk menghadapi musim dingin.

    Ryusui mengacak belakang rambutnya dengan frustasi. "Sebelum kau datang aku dan Tsukasa sudah membicarakannya. "Kurasa kita memang harus membatalkannya huh..."

    "Kita masih punya waktu setahun. Kita tidak perlu terburu-buru," ujar Tsukasa dengan suara tenang. Ia mengerti betapa frustasinya sang nahkoda tersebut. Pelatihan yang di maksud bukanlah sekedar pelatihan teori dan formasi. Standart pelatihan yang di setujui oleh kelima jendral kebijakan ialah pelatihan tingkat lanjut yang membutuhkan praktek nyata. Rencananya setelah selesai mengajarkan segala teori yang di butuhkan, Ryusui akan melakukan ekspedisi ekstra yang bertarget lebih dekat daripada Amerika namun sedikit lebih jauh daripada pulau harta karun. Daratan cina bagian selatan cocok untuk menjadi target latihan.

    Meskipun menurut Senku rencana tersebut terkesan buang-buang waktu, dirinya juga tidak bisa memberikan usulan yang lebih baik lagi. Dan di sinilah mereka menemui jalan buntu. Sesuai dugaan Senku kalau pelatihan dengan praktek nyata sangatlah mustahil untuk dilakukan.

  "Menurutku pengalaman kalian ke pulau harta karun sudah lebih dari cukup kan?" tanya Tsukasa.

    "Kupikir juga begitu tapi Ryusui bersi keras kalau itu tidak cukup," balas Senku cuek. Dari awal duduk perkara, Senku lah yang paling keberatan dengan keputusan penundaan ini. Apa daya? Dia sudah kalah suara.

    "Kalian sadar kalau kita harus melewati samudra pasifik untuk pergi ke Amerika kan?" Ryusui memegangi kepalanya. "Meski dengan GPS manual ciptaan mu, belum tentu perjalanan ini akan berjalan selancar perjalanan ke pulau harta."

    Tidak lama kemudian Gen masuk ke dalam ruangan. Ia membawa satu nampan minuman herbal dan cemilan. Ia baru saja datang namun sempat mendengarkan inti perkara yang di diskusikan. "Apa kalian tidak kepikiran membuat makanan baru dengan waktu simpan yang lama?" tanyanya seraya membagikan minuman kepada setiap orang yang ada di sana.

    "Selama ini kita sudah melakukan pembotolan, pengasinan, dan pengasapan. Kurasa masalah ini tidak akan bisa di selesaikan dengan berapa lama kita bisa menyimpan makanan, melainkan kita harus memikirkan bagaimana cara kita menutupi kekurangan makanan," jelas Tsukasa sambil menerima gelas dari Gen.

    "Kalau begitu mulai besok kita akan mengerahkan seluruh tenaga kerja kita untuk mencari makanan," balas Ryusui diikuti helaan nafas panjangnya. "Perkara pelatihan dengan praktek nyata, hal itu bisa kita pikirkan belakangan."

    "Mengerahkan semuanya? Bahkan anak-anak kecil?" tanya Gen lalu menyerahkan bagian Ryusui. "Entah kenapa semenjak kau dan Ukyo-chan absen malah jadi aku yang meladeni mereka...."

    "Kalian bisa membantu mencari kayu bakar bersama Magma dan Chrome," jawab Senku. "Karena besok adalah hari yang di fokuskan untuk mencari makanan, aku lebih memilih untuk membantu Taiju di ladang hahaha..."

    "Curang banget," protes Gen dengan seyuman miring. "Senku-chan harus ikut membantuku mencari kayu bakar. Biarkan Yuzuriha-chan yang membantu Taiju-chan."

"Gen benar Senku, sesekali kau harus membiarkan mereka berdua," tambah Ryusui membela Gen. Pemuda bersurai pirang itu beranjak dari kursinya dan mendapatkan tatapan tajam dari Gen. Sang mentalist tidak mempermasalahkan perkataan Ryusui melainkan ia sedang menyuruh si tuan muda untuk membereskan perabotannya sendiri. "Hee..." Ryusui ber-he panjang, malas-malasan. Selama ini yang mengerjakan hal-hal sepele seperti itu adalah Francois.

"Ryusui-chan..." tegur Gen cemberut. Tsukasa yang duduk di antara mereka berdua tertawa canggung, sejak kapan Gen menjadi pengasuh Ryusui? Tanyanya dalam hati.

"Oke deh aku mengerti..." Ryusui menyerah. Semenjak permainan poker tempo hari, entah kenapa Gen semakin ahli mengendalikan kelakuan egois si tuan muda.  "Aku hanya melakukan ini untukmu..." ujarnya sambil mengelus puncak kepala Gen dengan lembut.

"Ryusui-chan kau sadar kalau aku lebih tua darimu kan?" tanya Gen yang semakin menekuk bibirnya.

Senku dari tadi memperhatikan mereka berdua. Entah kenapa pemandangan tersebut sedikit mengusiknya. "Kalian berdua," panggilnya sambil bersedekap dada. "Jangan bermesraan di depan umum."

"Ber-bermesraan!?" Seketika itu juga Ryusui dan Gen menjauhi satu sama lain, muka mereka berdua bersemu merah muda. Banyak yang mengatakan kalau akhir-akhir ini mereka berdua semakin dekat, baru kali ini Senku menyaksikan rumor tersebut dengan mata kepalanya sendiri.

"Aku tidak bermaksud menggoda Gen atau sejenisnya," ujar Ryusui setelah lebih tenang. "Caramu mengatakannya seperti kau sedang cemburu saja," katanya sebelum keluar dari ruangan tersebut dengan membawa peralatan makannya.    

"Senku-chan bodoh~" ejek Gen menjulurkan lidahnya yang setelah itu bergegas keluar dari ruangan, menyisakan Tsukasa dan Senku di dalam ruangan.

"....Apa salahku?" tanya Senku kebingungan.

Tsukasa terkekeh geli pada kejadian barusan. Sikap acuh tak acuh Senku rupanya lebih parah daripada yang diperkirakannya.

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top