Altair's Fluffy Friends
Altair menatap anabul yang berupa seekor kelinci dan kucing bernama Soul dan Ruhi yang berada di dalam pet carrier. Catherine menitipkan anabul itu kepadanya selama ia menjalankan tugas mengintai.
Sebenarnya Dewa Kematian itu sudah menolaknya karena ia tidak boleh ikut campur dengan kelangsungan hidup makhluk hidup. Namun, karena Catherine memaksa, akhirnya Altair menerimanya.
"Hanya sementara. Kurasa tidak apa-apa," pikirnya.
"Apa itu?" tanya Deneb, teman satu rumahnya yang juga seorang Dewa Kematian.
"Kucing dan kelinci. Kenalan manusiaku menitipkannya padaku."
Deneb duduk di sebelah Altair sambil menatap kedua anabul yang asyik bermain di dalam kandang. "Kudengar, merawat hewan itu merepotkan."
"Aku diberi list apa yang harus kulakukan," ucap Altair sambil menunjukkan secarik kertas. "Memberi makan, mengajaknya jalan-jalan, dan lainnya."
"Banyak sekali! Kubantu, ya!"
"Terima kasih."
"Aku bisa membantu menyiapkan makanan. Aku kan jago masak!" seru Deneb dengan bangga.
"Makanannya sudah ada. Ini dia," ucap Altair sambil menunjukkan sebungkus makanan hewan.
Deneb menatap heran bungkusan makanan yang dipegang Altair. "Mirip kerikil. Memangnya bisa dimakan?"
"Entahlah. Tapi dia berkata kalau ini makanannya."
"Manusia itu bodoh. Mana mungkin ada makhluk hidup yang mau makan kerikil seperti itu. Baiklah, aku akan membuatkan makanan enak untuk mereka! Hmmm, apa yang disukai kucing dan kelinci?"
"Sosis?"
"Kucing dan kelinci, Altair. Bukan kamu."
Kedua Dewa Kematian itu mulai memikirkan soal makanan untuk hewan. Tiba-tiba terdengar bunyi ngeongan dari arah kandang.
"Meong!"
Ruhi, si kucing, menyentuh pintu carrier dengan kakinya. Begitu dibukakan Altair, Ruhi langsung melompat ke arah Dewa Kematian itu. Altair terkejut, namun berhasil menahan Ruhi agar tidak mencakar wajahnya.
"Berhenti, Ruhi!" seru Altair. Ia ingin minta tolong pada Deneb, tetapi temannya itu sudah kabur ke dapur.
Altair meletakkan kucing abu-abu itu di lantai.
"Kamu tidak boleh melompat sembarangan apalagi mengeluarkan cakar," kata Altair.
"Meong," balas Ruhi.
"Selama di sini, kamu harus menjadi kucing yang sopan."
"Meong!"
Saat Altair sedang menegur Ruhi, Soul melompat-lompat keluar kandang menuju arah salah satu kaki kursi dan mulai menggigitinya.
"Soul! Jangan!" Altair langsung mengangkat Soul. Saat ingin meletakkan Soul di sebelah Ruhi, ia sadar kalau Ruhi menghilang.
Ternyata Ruhi bermain di antara kaki Altair. Ia mengusap-usapkan kepalanya di kaki Altair dan meninggalkan rontokan bulu di celana hitamnya.
"Jangan begitu, Ruhi!" seru Altair.
Altair mengangkat Soul dan Ruhi lalu menjajarkan mereka di lantai. Mereka langsung duduk manis begitu menyentuh lantai.
"Selama berada di sini, kalian harus menjadi hewan yang baik!" ucap Altair.
Tak lama kemudian, Deneb datang dari dapur membawa masakan buatannya. Wanginya yang semerbak menarik perhatian kedua anabul itu.
"Ini untuk Kucing, ini untuk Kelinci," ucap Deneb. Deneb meletakkan piring berisi makanan lezat di depan Ruhi dan Soul. Walau Altair tidak tahu apa yang dibuat Deneb untuk Soul dan Ruhi, mereka makan dengan lahap.
"Terima kasih, Deneb. Mereka sepertinya suka dengan masakan buatanmi," kata Altair.
"Bukan apa-apa! Aku sudah cukup senang kalau ada yang memakan masakanku!" seru Deneb. "Contohlah mereka, Altair. Mereka menghabiskan makanan mereka, sedangkan kamu selalu menyisakan makananmu," goda Deneb.
Altair hanya diam cemberut.
Setelah semuanya selesai makan, Altair melihat list. Selanjutnya adalah jalan-jalan.
Kebetulan Altair ada kerjaan, jadi ia akan bekerja sekaligus mengajak mereka jalan-jalan. Altair memasukkan para anabul ke dalam pet carrier. Berkat kekuatannya yang Altair berikan pada carrier itu, benda itu pun bisa terbang mengikuti Altair.
"Tetaplah tenang selama kita pergi. Jangan melompat-lompat. Takutnya pintunya terbuka, nanti kalian jatuh," kata Altair.
"Meong!" Ruhi membalas dengan ngeongan. Sedangkan Soul hanya mengendus-endus pintu pet carrier.
Altair langsung teleportasi ke lokasi tujuannya, IGD. Ia harus mencabut nyawa seseorang di sini.
"Aku akan mencabut nyawa manusia di sini. Mungkin akan menyeramkan. Jadi, kalau merasa takut, berbunyilah 2 kali," ucap Altair pada Soul dan Ruhi.
"Meong!" balas Ruhi.
"Bagus."
Di hadapan mereka, ada seorang pasien terbaring di tempat tidur dengan banyak mesin yang menyambung tubuhnya. Altair mendekati pasien tersebut dan memanggilnya. "Leona Canberra, waktumu di dunia ini sudah habis. Peganglah tanganku dan aku akan mengantarkanmu ke perjalananmu berikutnya."
"Kamu... siapa?" tanya Leona dengan suara lemah.
"Aku Altair. Dewa Kematian. Aku datang untuk menjemputmu."
"Hidupku ... berakhir?"
Altair mengangguk.
"Tidak..." ucap Leona. "Aku tidak mau meninggalkan anabulku, Soul dan Ruhi."
Altair terperanjat. Nama hewan peliharaan wanita ini sama dengan 2 anabul yang mengikuti Altair saat ini!
"Aku ingin melihat mereka untuk terakhir kalinya."
Altair membawa carrier berisi Soul dan Ruhi ke hadapan Leona. Leona terperanjat melihat 2 anabul di dalam carrier tersebut.
"Ruhi!! Soul!!" Leona langsung memeluk kedua anabul itu. Ruhi dan Soul terlihat senang melihat majikannya. "Bagaimana mereka bisa ada padamu? Apakah mereka ... "
Altair menggeleng. "Mereka masih hidup. Aku dipercayakan seseorang untuk menjaga mereka sementara."
"Syukurlah kalian tidak direbut oleh orang jahat itu!" seru Leona. "Terima kasih, Altair. Aku lega bahwa mereka baik-baik saja. Kutitipkan mereka padamu."
Leona menggenggam tangan Altair dengan senyum di wajahnya. Altair lalu menggunakan kekuatannya untuk mencabut nyawa Leona dan mengirimkannya ke langit.
Sejak saat itu, Soul dan Ruhi tidak berhenti menatap langit. Altair membawa mereka ke taman supaya mereka bisa bermain. Namun, mereka terus menatap langit.
"Ruhi... Soul...," gumam Altair.
Tiba-tiba terdengar gonggongan anjing. Seekor anjing menggeram di hadapan Soul dan Ruhi. Kedua anabul itu gemetaran. Altair langsung berlari ke depan anabul itu.
Anjing itu menggonggong ke arah Altair. Altair menggunakan kekuatannya untuk mengintimidasi si anjing. Dalam penglihatan si anjing, Altair terlihat seperti monster mengerikan. Anjing pun ketakutan dan akhirnya kabur.
Altair merasa lega. Soul dan Ruhi berlari ke kaki Altair dan mengusapkan kepala mereka di kakinya seakan mengucapkan terima kasih. Altair hanya tersenyum.
"Altair!!"
Altair mengenal suara itu. Suara Catherine. Gadis itu berlari ke arahnya sambil melambaikan tangan.
"Ada Soul dan Ruhi! Halo!" sapa Catherine. Ruhi mengeong, sedangkan Soul hanya berkedip.
"Kami sedang jalan-jalan," kata Altair.
"Syukurlah, mereka betah bersamamu. Kasihan mereka, baru saja ditinggal mati oleh pemiliknya, Leona Canberra, yang dibunuh oleh seseorang," kata Catherine. "Seharian ini aku mengintai pelakunya dan berhasil menangkapnya! Ia membunuh korban karena ingin merebut Soul dan Ruhi."
"Kenapa?"
"Karena Soul dan Ruhi adalah bintang video hewan di Yutub yang dibuat oleh korban. Subscriber-nya mencapai jutaan!" ucap Catherine. "Pelaku ingin merebut mereka berdua dan menguasai channel-nya."
"Jiwa-jiwa kecil ini mengalami hal seberat itu," gumam Altair.
"Oh ya, boleh aku ambil kembali Soul dan Ruhi?"
"Eh?"
"Saat tahu kalau mereka diincar orang jahat, aku membawanya kabur. Lalu, Inspektur memarahiku dan menyuruhku membawanya kembali. Kepolisian akan membantu mencarikan majikan baru."
Altair hanya menatap sedih Soul dan Ruhi yang masih bermain di kakinya.
"Altair, kamu mau mengadopsinya?"
Altair terdiam. Ia membuka mulutnya seperti akan mengatakan sesuatu. Namun, ia mengurungkan niatnya dan hanya menunduk.
"Kalau tidak bisa, tidak apa-apa," kata Catherine.
Altair lalu mengambil carrier dan memasukkan Soul dan Ruhi ke dalamnya dan menyerahkannya pada Catherine.
"Soul, Ruhi. Semoga kalian mendapatkan majikan baru yang menyayangimu," ucap Altair.
Altair mengelus mereka. Ruhi menggigit jari Altair, sedangkan Soul mengendus-endus jarinya.
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Altair melambaikan tangan pada Soul dan Ruhi sampai sosok mereka tidak terlihat lagi.
✧✧✧
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top