The Nataya's (Teaser)

"Assalamualaikum," salam Alrescha saat memasuki rumah kedua orang tuanya.

"Wa'alaikumsalam." Semua orang yang berada di ruang keluarga serempak menyahut.

Alrescha menghampiri Archie yang sedang memakai baju sembari berjalan ke arah di mana ayah, kakek dan adiknya berkumpul. Tangan kanan Alrescha terulur untuk menyalami Archie. Kemudian Alrescha menyalami ayah, kakung dan kakaknya, Arash, sebelum duduk di samping Archie.

"Tumben jam segini sudah pulang, Dek," tanya Eyang Kakung Alrescha, Raka.

Alrescha tersenyum sumringah, "Mau makan siang di rumah, Kakung. Kangen sama masakan Bia dan Uti."

"Kangen atau minta dikelonin sama Bia?" ledek Arash yang selalu menjahili Alrescha setiap kali bertemu.

"Gimana kalau Abang aja yang mengeloni Alres?" ledek Alrescha balik dengan santai tanpa emosi.

Kedua mata Arash memicing, lalu mencium aroma parfum wanita di jaket Alrescha, "Sue! Nggak usah mengalihkan pembicaraan. Bau Lo kayak cewek, Dek."

Archie mengulum senyum seraya memerhatikan ayah dan kakeknya yang sedang bermain catur. Ia tahu apa yang telah dilakukan Alrescha beberapa jam lalu. Semua isi otak Alrescha seakan sudah terbaca dengan jelas olehnya saat mereka bersalaman dan saling menatap mata.

"Enakkan wanginya?" sahut Alrescha sembari mencium aroma wangi Bintang yang tertinggal di jaket kulitnya.

Arash mencibir, "Sinting! Parfum cewek Lo pake."

Alrescha tertawa. Entah mengapa, ia tak emosi saat menghadapi Arash yang sedang menjahilinya seperti biasa. Sedang Arash memandang kakaknya, Archie, yang sedari tadi tampak tenang dan duduk manis di samping Alrescha. Namun ia sempat melihat Archie mengulum senyum beberapa menit lalu.

"Abang, itu Adek bontotnya sehat kan?" tanya Arash memancing.

Archie mengangguk, "Alres kayaknya sehat banget. Makanya nggak gampang emosi sama kamu."

Alrescha kembali tergelak sebelum menahan pergerakan tangan kakeknya yang akan memindahkan bidak catur, "Kakung, sekakmat."

"Loh! Kok bisa?" tanya Raka yang masih belum mengetahui kesalahannya.

"Ayah jangan curang, ya! Nanti Reshi nggak mau main lagi sama Ayah," kata Reshi tegas, dan disambut gelak tawa ketiga putranya.

"Nah loh, Kakung. Ayah sudah bersabda tuh!" timpal Arash yang lupa melanjutkan pertanyaannya kepada Archie.

"Ayah nggak curang, Reshi. Kan cuma tanya tadi," kata Raka sambil mengamati bidak-bidak caturnya yang masih bersisa.

"Tenang Ayah, Alres nggak akan kasih tahu Kakung kok," imbuh Alrescha.

"Ayo, Yah! Jangan lama-lama," peritah Reshi kembali.

"Kalian jangan berisik, ya!" titah Raka sebelum menggerakkan salah satu bidak caturnya.

Setelah giliran Raka selesai, Reshi yang memindahkan salah satu bidak caturnya.

Archie, Arash, dan Alrescha kompak berteriak saat Ayahnya berhasil mengalahkan sang kakek, "Sekakmat!!!"

"Eh! Kamu curang Reshi," ujar Raka yang tak mau kalah.

"Reshi nggak pernah main curang, Ayah. Ayah aja yang nggak fokus," sahut Reshi sebelum menyodorkan jus sayuran kepada ayah mertuanya, "Selamat menikmati, Yah."

Archie dan Reshi tersenyum simpul saat Raka mengambil gelas jus dengan malas. Sedang Arash dan Alrescha tertawa melihat kakeknya harus menahan napas ketika meminum jus sayuran. Mereka semua tahu jika Raka sangat membenci memakan sayuran. Jika bukan karena paksaan neneknya, maka sang kakek tak akan pernah mau menyentuh sayur-mayur.

"Besok taruhannya diganti," kata Raka setelah selesai meminum jus dan langsung memakan manisan pala yang berada di samping papan catur, mencoba menghilangkan bau sayur-sayuran dari mulutnya.

"Besok taruhannya ganti salad sayur," timpal Cinta, istri Raka, Eyang Putri Alrescha, saat berjalan melewati ruang keluarga sebelum masuk ke kamar.

Gelak tawa Arash dan Alrescha kembali terdengar. Pun dengan Reshi dan Archie yang tak bisa lagi menahan tawa. Sedang Raka menelan kunyahan manisan pala dengan susah payah.

"Kamu tidur dimana tadi malam, Dek?" tanya Aresh yang baru saja bergabung.

Alrescha mendongak saat rambutnya diusap oleh Aresh, "Di apartemen, Bia."

"Sama Angga?" tanya Aresh kembali.

Alrescha tersenyum sebelum mengangguk kecil. Lalu mencium punggung tangan Aresh sembari mengucapkan kata maaf dari dalam hati.

"Bohong itu dosa loh, Dek," ucap Archie sebelum meminum jus jeruk buatan ibunya, Aresh.

"Adek," panggil Reshi yang membuat Alrescha tersenyum kikuk.

"Adek, bobok sama siapa tadi malam?" ulang Arash dengan nada mengejek.

Alrescha membasahi bibirnya sebelum menjawab, "Sama Bintang."

"Apa?!" pekik Aresh terkejut.

"Parah kamu, Dek!" seru Arash yang langsung mendapat lemparan bantal sofa dari Alrescha.

"Siapa Bintang?" tanya Reshi tak tahu.

"Bintang itu cewek?" imbuh Raka yanh belum mengetahui siapa Bintang.

"Bintang itu pacarnya Alres, Kakung. Ya kali cucunya Kakung suka main pedang-pedangan," sahut Arash asal.

"Bang Arash, shut up!" pinta Alrescah dengan tatapan memohon.

Arash mengatupkan mulutnya sejenak sebelum menyahut, "Abang bercanda, Dek. Biar nggak panas ini ruangan."

"Adek, siapa Bintang?" Reshi mengulang pertanyaannya.

Semua terdiam ketika Reshi memberikan tatapan tajam mengintimidasi kepada Alrescha. Sedang Aresh memilih duduk di samping ayahnya, Raka, yang sedang memakan manisan pala.

"Bintang itu pacar Alres, Yah," cerita Alrescha yang membuat Reshi seakan lupa untuk bernapas.

Reshi bergeming. Ia masih menatap Alrescha dengan tatapan yang sama. Menahan emosi seraya mencoba meredamnya. Kejadian beberapa tahun silam bersama Aresh kembali berputar di otaknya. Kejadian dimana dirinya tiba-tiba saja terbangun di samping Aresh.

"Bintang cuma menemani Alres aja kok, Yah. Kita nggak ngapa-ngapain tadi malam. Angga sedang sakit, jadi dia nggak bisa menemani Alres di apartemen," lanjut Alrescha bercerita. "Alres cuma mau Bintang tahu, kalau Alres nggak seperti orang-orang normal yang pernah Bintang temui. Bintang bukan cuma pacar Alres, Yah. Alres mau Bintang menjadi istri Alres suatu saat nanti. Maafkan Alres, Yah."

Archie berdeham, "Alres cuma minta Bintang menemani dan membangunkan aja kok, Yah. Alres nggak akan berani macam-macam sama Bintang. Archie sudah tahu semua isi kepala Alres, Yah."

"Ajak Bintang ke sini. Setelah itu, kita semua ke rumah Bintang. Nggak usah menunggu lama-lama kalau Alres memang mau menikahi Bintang," tutur Raka menengahi.

"Aksa yang akan menikah terlebih dahulu," tegas Reshi yang tak ingin dibantah.

"Berarti menikahnya sesuai urutan, Yah?" timpal Arash seakan mendapat angin segar.

"Kenapa? Kamu mau menikah juga?" tanya Reshi yang langsung membuat mulut Arash terbungkam. "Tahun ini, Bang Aksa yang akan menikah. Setelah itu kalau Adek mau menikah, silakan."

Alrescha terperanjat, "Ayah nggak marah?"

"Kalau Adek memang sudah siap menikah, silakan. Ayah nggak akan menghalangi," jawab Reshi lugas.

"Terima kasih, Yah," ucap Alrescha lega.

"Jangan lama-lama pacarannya!" tegas Reshi.

Alrescha mengangguk sambil tersenyum bahagia, "Siap, Yah!"

"Memangnya siapa calon istrinya Bang Aksa, Yah?" tanya Arash ingin tahu.

"Bia, siapa calon istri Bang Aksa? Bang Aksa nggak pernah cerita sama kita. Ya, kan, Bang?" Alrescha menoleh ke arah Archie.

Seulas senyum Archie tersungging sebelum memakan keripik bayam buatan sang nenek. Arash pun memandang kembarannya itu dengan tatapan curiga.

"Bang Archie pasti udah tahu. Siapa calon istri Bang Aksa, Bang? Abang pasti sudah membaca isi kepala Ayah sama Kakung," tuduh Arash.

Archie mengulum senyum, "Cuma Ayah sama Kakung yang paling susah dibaca isi otaknya. Nggak kayak kamu."

"Sue!" seru Arash kesal.

"Coba tanya langsung sama Abang kalian," kata Raka saat mendengar suara mobil Aksa.

"Perasaan Bang Aksa jomlo deh sejak putus dari Mbaknya itu," gumam Arash yang masih sangat penasaran.

Semuanya terdiam, hingga suara salam dari Aksa terdengar. Aksa menyalami ayah, ibu dan kakungnya sebelum duduk di samping Archie. Ia memandang Archie, Arash, Alrescha yang sedang menatap lekat dirinya.

"Ada apa?" tanya Aksa sebelum menerima segelas jus dari ibunya.

"Kata Ayah, Abang mau menikah." Alrescha langsung menyahut, membuat Aksa tersedak.

"Adek, tunggu Abang selesai minum dulu dong," peringat Aresh.

"Kepo, Bia. Kemarin Abang bilang nggak apa-apa kalau Alres menikah dulu. Kenapa malah Abang duluan yang mau menikah?" gerutu Alrescha.

"Iya. Emangnya Abang sudah punya calon istri?" tanya Arash ingin tahu.

Archie hanya terdiam. Ia tahu siapa yang akan menjadi calon kakak iparnya kelak. Aksa yang sedang tidak fokus sangat mudah terbaca oleh indra keenam Archie.

"Nanti Abang perkenalkan sama kalian," kata Aksa tenang.

"Kapan?" tanya Alrescha tak sabar.

"Besok juga bisa. Kalau kalian nggak tidur lagi habis salat subuh," sahut Aksa asal.

"Bener, ya, Bang," ucap Alrescha, "Bang Arash, jangan tidur lagi nanti!"

"Berisik Lo, Kecil! Percaya aja sama Bang Aksa," kata Arash sebal. "Abang nggak cinlok-kan sama Mbak Dia?"

"Demi apa, Bang? Jadi Mbak Dia yang akan jadi istri Abang?" desak Alrescha.

Aksa mengalihkan pandangannya kepada Aresh, "Bia, Aksa lapar. Boleh makan sekarang nggak?"

"Abang! Jawab dulu pertanyaan Arash!" geram Arash.

Reshi beranjak dari tempat duduknya, "Kita salat zuhur berjamaah dulu. Setelah itu kita makan siang."

Pun Raka. Mengikuti Reshi untuk mengambil wudu. Ia pun berteriak memanggil Cinta agar segera mengikutinya.

"Uti, ayo salat!" titah Raka yang membuat Archie dan Aksa mengikutinya di belakang.

Cinta menyahut dari kamar, "Iya, Kakung. Sebentar."

"Ayah! Kan pertanyaan Arash belum dijawab sama Abang," gerutu Arash.

"Senengnya kalau Mbak Dia jadi istri Bang Aksa. Bang Arash pasti nggak bisa berkutik," kata Alrescha meledek Arash.

"Bia, bukan Mbak Dia, kan?" tanya Arash menahan kepergian ibunya.

Ibunya, Aresh, hanya tersenyum, "Nanti kamu juga tahu, siapa calon kakak ipar kamu. Sabar, ya, Bang Arash. Ayo salat!"

"Sudah Abang Arash yang paling ganteng, terima saja nasibmu. Ya!" ledek Alrescha ketika menepuk pundak Arash, lalu segera menyusul ibu dan utinya.

"Kampret!" seru Arash sebelum menyusul keluarganya, "Ya Allah, jangan sampai Mbak Dia jadi kakak ipar Arash. Tolong Arash, ya, Allah!"

Tbc.

240718

Part ini spesial buat kalian semua yang kangen sama Alres dan Kakungnya. Ini seharusnya ada sambungannya, tapi belum kelar. Jadi nikmati saja dulu, ya. Masih sambungan yang kemarin kok. 😆
(Baca ulang part sebelumnya, ya!)

Ati-ati yang baca part ini sembunyi-sembunyi, baramgkali bintitan nanti. 😝





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top