9. Tentang Ryota
"Wah! Akhirnya ada yang boncengin juga itu motor," ledek Pak Tarno, salah satu penjaga parkir di Kampus Biru.
Untuk pertama kalinya, Pak Tarno melihat Alrescha memboncengkan perempuan. Ia pun teringat akan ucapan Alrescha kala itu. Alrescha pernah mengatakan bahwa hanya ada dua wanita yang diijinkan untuk membonceng motor kesayangannya. Bia, ibunya, dan juga calon istrinya kelak. Hal yang membuat Pak Tarno semakin kagum akan sosok Alrescha.
Alrescha tersenyum dari balik helm full face-nya, "Iya, Pak. Permaisurinya baru datang!"
"Paten, Mas Alres?" tanya Pak Tarno memastikan, apakah perempuan yang Alrescha boncengkan itu adalah calon istrinya atau bukan.
"Paten, Pak. Nggak bisa diganggu gugat!" sahut Alrescha saat menerima pengembalian KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) yang juga berfungsi sebagai bukti parkir.
"Bapak tunggu undangannya, Mas."
"Siap, Pak!"
Bintang tersenyum kikuk kepada Pak Tarno ketika motor Alrescha mulai melaju meninggalkan area parkir motor. Ia tersentak, ketika tangan kirinya ditarik oleh Alrescha untuk berpegangan erat. Dengan malu Bintang mendekap erat Alrescha dari belakang setelah menutup kaca helm yang dipakainya. Ia menyandarkan kepalanya di punggung Alrescha dengan sangat nyaman. Aroma tubuh Alrescha seakan mampu memberikan kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi Bintang. Tak peduli jika banyak mata yang memerhatiknnya bersama Alrescha.
Tangan kanan Bintang membuka kaca helm kala motor Alrescha mulai memasuki kawasan Ryotasoft. Kepalanya mendongak. Memandang tulisan Ryotasoft yang berada di salah satu ujung gedung megah saat melewatinya. Pandangannya mengedar, memerhatikan betapa besar dan mewahnya Ryotasoft. Rasanya ia tak sabar untuk segera melihat apa saja yang ada di dalam gedung megah itu.
Setelah melepas helm full face-nya, Alrescha turun dari motor. Ia segera membantu Bintang yang sedang kesulitan membuka pengait helm. Helm itu masih baru. Karena Alrescha sengaja membelinya sebelum berangkat ke kampus. Helm yang merupakan hadiah pertama Alrescha untuk Bintang.
"Susah!" keluh Bintang setelah berhasil melepaskan helm dari kepalanya.
Alrescha tersenyum sebelum membantu Bintang merapikan rambut, "Enggak ada yang susah, Bi! Helmnya kan masih baru. Bintang belum biasa saja."
"Pakainya kalau sama Abang aja nanti," kata Bintang yang semakin membuat Alrescha gemas.
"Nggak usah monyong-monyong begitu bibirnya! Bikin Abang pengen ngecup tahu!" ledek Alrescha.
Bintang menabok lengan Alrescha karena sebal, "Ih, Abang!"
Alrescha tertawa. Tangan kanannya segera menggandeng salah satu tangan Bintang untuk masuk ke dalam kantor. Sedang tangan kirinya memasang earphone ke telinga saat merasakan getaran dari smartphone di saku celana. Dan Bintang hanya mengikuti langkah Alrescha seraya mengagumi kemegahan Ryotasoft.
Pintu kaca otomatis langsung terbuka ketika Alrescha menginjakkan kaki untuk masuk ke Ryotasoft. Dua orang security berseragam hitam menunduk serempak saat Alrescha melewatinya. Membuat Bintang memandang keduanya heran. Alrescha membawa Bintang ke bagian resepsionis sebelum memasuki kantornya.
"Selamat siang, Pak Alrescha," salam Dina, salah satu resepsionis di Ryotasoft.
"Selamat siang," sahut Alrescha, "VIP guest, atas nama Bintang Manessa."
"Baik, Pak." Dina mengangguk sebelum mencari VIP Guest ID Card yang Alrescha minta.
Alrescha langsung mengangkat panggilan yang sedari tadi membuat smartphone-nya bergetar.
"Halo, Mas. Ada apa?" tanya Alrescha tanpa berbasa-basi.
"Kamu dimana, Alres?" tanya Tama balik.
"Alres baru sampai kantor, Mas. Ada apa? Ada masalah?"
"Game Bout Mobi kena hack."
"What?!"
"Kita sudah mematikan game itu untuk sementara waktu. Sekarang bagian IT sedang mencari tahu siapa yang meng-hack permainan kita."
"Alres akan meretasnya balik, Mas. Alres kerjakan di ruangan Alres nanti."
"Terima kasih," ucap Alrescha kala resepsionis memberikan VIP guest ID card.
Alrescha segera mengalungkan VIP guest ID card itu kepada Bintang. Lalu menyeret Bintang dengan tergesa-gesa menuju ruangannya. Membuat Bintang kewalahan mengikuti langkah panjang Alrescha.
"Kamu lewat sana, Bi!" perintah Alrescha seraya menunjuk salah satu pintu pemeriksaan di kantornya.
Alrescha dan Tama sengaja membuat pengamanan berlapis di kantornya. Ada dua pintu pemeriksaan untuk para tamu, dan lima pintu masuk barrier yang hanya bisa dibuka menggunakan sidik jari atau ID card pekerja Ryotasoft. Alrescha meletakkan telapak tangan kanannya sebelum menyusul Bintang yang masih diperiksa oleh petugas.
"It's enough! Dia calon istri saya, Pak," kata Alrescha saat melihat Bintang akan diperiksa secara mendetail.
Security penjaga pintu pemeriksaan menunduk, "Maaf, Pak."
"It's okay. Lanjutkan pekerjaan kalian!" kata Alrescha sebelum membawa Bintang ke arah lift khusus direksi.
Ketika pintu lift terbuka, Alrescha langsung menbawa Bintang untuk masuk ke ruangannya. Bintang tampak terkejut saat membaca papan tulisan di pintu yang Alrescha buka. CEO room. Tulisan yang membuat Bintang menatap Alrescha dengan tatapan penuh tanya. Meminta penjelasan lebih lanjut tentang siapa Alrescha yang sebenarnya.
"Duduk, Bi. Sebentar ya! Ada masalah di kantor," kata Alrescha yang langsung menuju meja kerjanya.
"Kalau mau minum atau mengemil, buka saja lemari itu. Boks telepon merah. Ada banyak minuman dan makanan di sana. Abang kerja dulu!" Alrescha mulai menyalakan laptop dan komputer.
Bintang memerhatikan kulkas dua pintu yang mirip dengan boks telepon merah khas London. Lalu pandangannya beralih memerhatikan beberapa buku tebal dan miniatur kartun karakter yang menghiasi ruangan Alrescha. Miniatur kartun karakter yang tak pernah dilihat Bintang sebelumnya. Pandangannya terhenti. Menatap Alrescha yang sangat serius dengan laptop dan komputer sembari menjawab telepon seseorang.
"Shit!" umpat Alrescha ketika gagal meretas balik game-nya. "Berani main-main sama gue!"
Bintang masih terdiam memandang Alrescha. Dibacanya nama lengkap Alrescha yang berada di atas meja kerja. Otaknya mulai berspekulasi tentang siapa Alrescha. Ia tak pernah menyangka, pertemuan tak terduga dengan Alrescha akan membuat hidupnya seperti cerita dalam novel romance. Gadis miskin bertemu dengan CEO ganteng yang super kaya, lalu menjalin cinta. Cerita ter-mainstream di jagad dunia pernovelan.
"Gotcha!" teriak Alrescha girang setelah berkutat di depan layar selama hampir satu jam, membuat Bintang semakin penasaran dengan apa yang sedang dikerjakan Alrescha.
"Mas, I got him! Alres sudah mengembalikan game Bout Mobi seperti semula. Kita restart nanti setelah semuanya beres. Dia ada di lantai 10, Mas. Alres ke sana sekarang. Tolong kirim security untuk menyusul!" kata Alres melalui earphone sebelum menekan salah satu angka di telepon.
"Oke." Tama membalas singkat.
"Tutup semua pintu akses, sekarang! Ada penyusup di Ryotasoft!" Alrescha memerintahkan bagian pengamanan untuk menutup semua jalan masuk di Ryotasoft.
Alrescha beranjak dari kursi kerjanya, "Kamu tunggu sini ya, Bi! Jangan kemana-mana sampai Abang kembali!"
Bintang mengangguk patuh seraya memandang Alrescha yang langsung berlari meninggalkan ruangan. Meninggalkan Bintang di ruangan besar dengan berbagai macam figur yang tak dikenal. Untuk membunuh kebosanan, Bintang beranjak dari tempat duduknya. Ia meneliti setiap sudut ruang kerja Alrescha. Mengamati apa saja yang membuatnya penasaran sedari tadi. Lalu membuka pintu kulkas untuk melihat apa saja yang ada di dalamnya.
Sesaat setelah pintu lift terbuka, Alrescha kembali berlari menuju ruang divisi perancangan diikuti beberapa security. Ia membuka pintu ruangan dengan sangat kasar. Membuat beberapa karyawan terkejut atas kedatangannya. Tanpa banyak kata, Alrescha langsung berjalan ke arah meja kerja yang berada di ujung.
"454688 MG, berdiri!" perintah Alrescha keras.
Seseorang yang telah disebut nomor ID-nya berdiri. Ia menatap Alrescha dengan takut. Alrescha menatap tajam ID card berwarna biru yang mengalung di leher lelaki itu.
"Anak magang?" tanya Alrescha mengintimidasi, "ikut saya!"
Alrescha menarik kasar salah satu tangan lelaki itu. Lelaki itu tampak sebaya dengannya. Alrescha membawa lelaki itu ke sebuah ruangan. Tama dan Pak Shawn sudah menunggu di depan pintu ruangan itu. Dengan kasar, Alrescha mendudukkan lelaki itu di salah satu kursi di ruang meeting.
"Siapa yang menyuruh kamu?" tanya Alrescha tak sabar.
"Saya akan membayar kamu tiga kali lipat dari yang sudah kamu dapatkan, kalau kamu mau bekerja sama dengan kami," tawar Tama kepada lelaki yang bernama Tedi di ID card.
Tedi hanya terdiam. Ia menatap Alrescha dan Tama dengan takut. Kepalanya menunduk saat bertatapan dengan Alrescha yang sedang menatapnya tajam.
"Kamu nggak bisu kan?!" geram Alrescha saat Tedi masih bungkam.
"Kita tidak pernah merekrut karyawan difabel, Pak," jelas Shawn.
"Pak Shawn, tolong minta Pak Bambang untuk membuatkan surat perjanjian. Kalau dia lari, kita bisa langsung menyeret dia ke kantor polisi," pinta Tama tegas.
"Baik, Pak." Pak Shawn langsung beranjak pergi.
"Apa yang kamu mau?" tanya Alrescha mengintimidasi.
Tedi memberanikan diri untuk menatap Alrescha, "Apa bisa, Bapak memberikan jaminan keselamatan untuk keluarga saya? Saya cuma mau itu, Pak."
"Oke. Saya akan memberikannya," kata Tama memberi kepastian.
"Siapa yang menyuruh kamu?" tanya Alrescha kembali. "Kalau kamu mau bekerja sama, saya akan memenuhi semua permintaan kamu. Kamu bisa pegang kata-kata saya!"
"Papa saya salah satu karyawan di Ryotasoft. Beberapa bulan lalu, tiba-tiba saja dia menghilang. Ada seseorang yang mengetahui jika saya adalah hacker. Dia meminta saya untuk masuk ke Ryotasoft dan meretas beberapa game di sini. Saya tidak tahu siapa dia. Dia hanya mengatakan, kalau Papa dan keluarga saya akan selamat jika saya menuruti permintaannya," cerita Tedi.
Helaan napas berat Alrescha berembus, "Apa yang kamu lakukan sudah membuat Ryotasoft rugi bermilyaran rupiah dalam beberapa detik. Apa kamu bisa menggantinya?"
"Maafkan saya, Pak. Saya hanya ingin menyelamatkan keluarga saya," jelas Tedi.
"Kalau begitu, tanda tangani berkas-berkas ini," perintah Tama sesaat setelah Pak Shawn dan Pak Bambang, salah satu Kuasa Hukum Ryotasoft, datang. "Jika kamu melanggar perjanjian yang ada, saya akan langsung menyeret kamu ke penjara! Mengerti?!"
Tedi mengangguk patuh. Ia membaca beberapa lembar kertas yang berada di atas meja. Pak Bambang pun menjelaskan apa saja isi dari surat perjanjian itu. Dengan ragu, Tedi menandatangani satu per satu kertas yang disodorkan Pak Bambang kepadanya. Setelah semua selesai, Tama meminta security untuk menempatkan Tedi di tempat tersembunyi.
Kejadian ini bukanlah yang pertama di Ryotasoft. Segala macam cara sudah dicoba oleh Tama dan Alrescha untuk selalu melindungi game buatan mereka. Mereka pun selalu menyelesaikan masalah dengan cara diam-diam, tanpa ingin ada publikasi dari mana pun. Keduanya tidak menginginkan kredibilitas Ryotasoft turun di mata dunia.
°°°
Kepala Bintang menoleh saat pintu ruangan Alrescha terbuka. Ia meletakkan jus jambu kemasan di atas meja. Senyum Bintang tersungging kala Alrescha duduk di sampingnya setelah membuka jaket. Alrescha langsung meminum sisa jus yang sempat Bintang minum. Untuk kesekian kali Bintang melihat Alrescha meminum minuman bekasnya. Alrescha tampak sangat santai dan tak risi akan hal itu.
"Maaf ya, Bi. Tadi ada game yang di-hack," kata Alrescha.
Bintang mengangguk, "Apa Abang juga hacker?"
"Bisa dibilang begitu. Abang selalu berusaha membalikkan keadaan saat ada hacker yang ingin meretas beberapa game di Ryotasoft. Ngapain aja tadi?"
"Baca buku, ngemil, udah." Bintang mengangkat buku yang dibacanya.
"Nggak bosan kan tadi?"
"Bosan dikit. Sendirian, nggak tahu mau ngapain."
"Sekarang Abang akan menemani Bintang. Mau melihat-lihat Ryotasoft?"
"Abang CEO di Ryotasoft? Nama Ryotasoft itu diambil dari nama Abang?"
Alrescha tersenyum sebelum mengusap kepala Bintang, "Ryotasoft itu diambil dari nama depan Abang, Ryo, dan nama depan Mas Tama. Ryota itu Ryo dan Tama. Mas Tama adalah bos besar di Ryotasoft."
"Bukannya CEO itu bos ya?"
"Bisa jadi. Tapi CEO itu ada di bawah Presiden Direktur. Dan Presiden Direktur Ryotasoft itu Mas Tama. Mas Tama adalah pemilik saham terbesar di Ryotasoft."
"Bintang kira CEO itu bos besar di perusahaan."
Alrescha tertawa, "Jangan kebanyakan baca novel, Bi! Nanti otak kamu bisa terkontaminasi nggak jelas."
"Kok gitu?!"
"Terkadang ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan kenyataan di dalam novel."
"Ya iyalah. Novel itu kan cerita fiksi."
"Yang penting, cerita cinta kita bukan cerita fiksi!"
Bintang terdiam setelah mendengarkan kalimat pamungkas dari Alrescha. Tangan kanan Bintang terulur. Lalu mencubit pipi Alrescha dengan tiba-tiba. Membuat Alrescha mengaduh kesakitan.
"Sakit dong, Bi!" Alrescha mengaduh.
"Bintang nggak mimpi kan punya pacar CEO?" tanya Bintang polos.
Alrescha terkekeh. Bintang benar-benar membuatnya gemas bukan main. Kepolosan mahasiswa baru memang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Alrescha harus bisa membuat Bintang berubah agar tak seperti anak kecil yang selalu berpikiran sempit.
Tubuh Bintang mendadak kaku. Matanya terbelalak, diiringi degup jantungnya yang tiba-tiba saja berhenti berdetak. Alrescha tersenyum manis setelah mencium singkat bibir Bintang yang sedari tadi membuatnya gemas. Sekuat tenaga ia mencoba menahan diri untuk tidak mencium bibir Bintang. Namun ia tak kuasa.
"Merasakan sesuatu?" tanya Alrescha.
Kedua mata Bintang mengerjap, "Abang nggak sopan! Cium-cium Bintang seenaknya!"
"Abang nggak akan bisa sopan kalau di depan Bintang," kata Alrescha jujur, namun membuat mulut Bintang merengut.
"Abang sudah mencuri ciuman pertama Bintang. Padahal, Bintang mau kasih itu sama suami Bintang nanti," aku Bintang yang membuat Alrescha tersenyum bangga.
"In syaa Allah, Abang akan menjadi suami Bintang nanti. Itu ciuman pertama Abang untuk calon istri Abang," ucap Alrescha yang mampu membuat Bintang terkejut.
"Abang belum pernah punya pacar sebelumnya?"
Alrescha menggeleng, "Bintang yang pertama. Dan Abang harap, Bintang akan menjadi yang terakhir untuk Abang. Menjadi istri dan ibu dari anak-anak Abang nanti."
Bintang kembali tertegun mendengar ucapan Alrescha yang selalu mampu membuat dadanya bergemuruh. Pandangannya mengabur karena terharu dengan kata-kata yang Alrescha ucapkan. Ia tak pernah menyangka jika akan bertemu dengan sosok Alrescha yang pantang menyerah untuk mendapatkannya. Ia merasa menjadi seseorang yang sangat berharga ketika Alrescha selalu berusaha untuk memperjuangkannya.
Alrescha mengecup kening Bintang, "Abang akan menunggu Bintang, sampai Bintang siap menerima lamaran Abang. Sebelum Abang diwisuda nanti."
Tbc.
15March.18
Today, I would like introduce someone, Mas Tama. Presiden Direktur Ryotasoft.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top