5. Penentuan rasa

BintangKu

Pagi Bintangnya Alrescha, 05.45
Lg siap2 ke kmps ya? 05.45
Jgn lupa sarapan! 05.46

Alrescha tersenyum setelah mengirimkan beberapa pesan kepada Bintang sembari menuruni anak tangga. Lalu memasukkan smartphone ke saku celana jeans. Kemudian meletakkan tas ransel dan jaketnya di atas meja makan. Setelah itu ia menghampiri ibunya yang sedang memasak bersama salah satu asisten rumah tangga. Diciumnya pipi Aresh sebelum mengambil smoothies kesayangan. Banana apple smoothies.

"Tumben kamu, Dek. Jam segini sudah rapi," ujar Aresh sembari membuat sandwich tuna pesanan Alrescha.

"Alhamdulillah dong, Bia. Berarti anaknya Bia sudah disiplin sekarang," kata Alrescha setelah meminum smoothies-nya.

"Mau jemput cewek ya?" sela Archie yang baru saja datang setelah jogging.

"Pacar atau gebetan?" tanya Aksa yang berjalan di belakang Archie.

Alrescha tersenyum kepada kedua abangnya, "Calon istri, Bang."

Aresh menghentikan kegiatannya. Ia menatap anak bungsunya dengan tatapan tajam bercampur kaget. Sedang Alrescha cengar-cengir memandang ibunya yang sedang terkejut.

"Apa? Calon istri, Dek?!" tanya Aresh tak percaya.

Alrescha tersenyum, "Nggak kenapa-kenapa kan Bia kalau Alres menikah dulu?"

"Kamu sehat, Dek?!" Aresh kembali memastikan, membuat Aksa dan Archie tersenyum simpul di kursi mini bar.

"Ya Allah, Bia. Alres sehat wal'afiat, Bia! Lagian nih ya, kata guru agama Alres, pacaran itu dosa. Jadi lebih baik Alres nikahin kan?" ujar Alrescha serius.

"Iya, Bia tahu. Tapi kan Abang-Abang kamu belum ada yang menikah, Dek."

"Tapi Abang-Abang nggak masalah kok, Bia."

Aksa tersenyum setelah meminum jusnya, "Aksa nggak masalah Bia, kalau Alres mau menikah dulu."

"Kan! Bia nggak percaya sih," timpal Alrescha.

"Archie juga nggak masalah Bia. Silakan saja kalau Alres mau menikah dulu," tambah Archie, "kayaknya Alrescha serius sama Bintang."

Alrescha terperanjat mendengar penuturan Archie, "Eh! Abang tahu dari mana?"

"Bintang?" kata Aresh mengulang.

"Wah! Abang habis baca pikiran Alres ya?!" tanya Alrescha kesal.

Archie tersenyum sebelum beranjak dari tempat duduknya, "Orang yang sedang jatuh cinta itu biasanya nggak terlalu fokus. Jadi, gampang banget buat baca isi otaknya."

"Bang Archie mau kemana?" tanya Alrescha lagi.

"Mandi!" Archie berteriak sebelum menaiki anak tangga.

Alrescha meminum smoothies-nya kembali sebelum memakan sandwich. Sedang Aresh menatap anak bungsunya dengan intens. Berbeda dengan Aksa yang tampak santai memakan apel.

"Bang Arash nggak pulang ya, Bia?" tanya Alrescha.

"Bang Arash lagi menemani Bapak ke Papua. Mungkin besok baru pulang," jawab Aresh.

"Bapak itu benar-benar anti-mainstream. Nggak kayak pendahulunya. Bikin semua Paspampres kewalahan," ujar Alrescha kala mengingat Bapak, orang nomor satu di Indonesia.

"Nggak ada Arash dicari. Giliran Arash di rumah malah ribut terus," timpal Aksa.

"Karena Bang Arash nggak ada, makanya Alres cari dia. Lha kalau Bang Aksa aja ada di samping Alres, ngapain Alres tanya Abang di mana? Nggak guna!" sahut Alrescha. "Ayah juga belum pulang?"

"Ayah sudah pulang habis subuh tadi. Masih tidur kayaknya," terang Aresh.

"Bia, sandwich-nya Alres bawa ke kampus ya."

"Buat Bintang?" tebak Aresh tepat sasaran.

Alrescha tersenyum, "Iya. Kasihan Bintang. Anak kos pasti jarang sarapan. Teman Alres biasanya kayak gitu Bia."

"Bia nggak melarang kamu buat pacaran, Dek. Tapi ingat, jangan mainin hati anak gadis orang. Bahaya!" Aresh memberi nasehat sembari memasukkan beberapa potong sandwich ke kotak makanan.

"Kalau kamu memang serius sama Bintang, ajak Bintang ke sini. Dan jangan lupa, Adek bilang sama Ayah terlebih dahulu. Biar Ayah nggak kaget," kata Aresh menambahkan.

"Siap, Bia!" seru Alrescha bersemangat saat menuangkan smoothies ke dalam botol minumannya.

Setelah memasukkan kotak makanan dan botol minuman ke dalam tas, Alrescha berpamitan, "Alres berangkat ke kampus dulu ya, Bia."

Alrescha mencium punggung tangan Aresh. Lalu mencium pipi Aresh sekilas. Setelah itu ia berpamitan dengan Aksa sebelum beranjak pergi.

°°°

Sesampainya di kelas, Bintang mengambil pulpen dan binder dari dalam tasnya. Ia pun mengambil smartphone yang sedari tadi bergetar. Nama kontak RAN terpampang di layar smartphone-nya. Panggilan itu terhenti saat akan diangkat oleh Bintang. Membuat Bintang mengerutkan dahinya. Dibuka notifikasi WA yang sedari tadi sudah menumpuk.

RAN

Abang di depan kos nih. 06.40
Kok gk diangkat tlpn Abang? 06.42

Dengan terburu-buru, Bintang membalas pesan Alrescha. Bersamaan dengan itu dosennya masuk.

Sdg apa Abang di kosku? 06.59
Aku sdh berangkat. 06.59

Bintang terbelalak ketika melihat Alrescha berada di belakang dosennya. Suara kasak-kusuk terdengar saat semua teman Bintang terkejut dengan kedatangan Alrescha. Membuat dosennya berdeham untuk menenangkan. Sedang Alrescha tampak santai duduk di samping Bintang setelah meminta si empunya kursi untuk duduk di belakang dengan sopan.

"Habis ini, ikut Abang!" perintah Alrescha berbisik dan tak ingin dibantah.

"Abang ngapain di sini?" bisik Bintang kesal, "lihat itu! Kelas Bintang jadi berisik gara-gara Abang."

"Alrescha! Sedang apa kamu di sini?" tanya Pak Budi, dosen yang dulu pernah mengajar Alrescha saat di semester tiga dan lima.

Alrescha tersenyum, "Saya mau mengikuti kelas Bapak. Mengulang lagi, Pak. Waktu itu saya kurang paham dengan penjelasan Bu Ari. Dan sekarang saya butuh mata pelajaran ini untuk skripsi saya nanti."

"Oke. Jangan lupa diurus registrasinya, Alrescha! Nama kamu belum terdaftar di kelas ini. Saya tidak suka ada mahasiswa gelap di kelas saya!" tegas Pak Budi kepada Alrescha.

"Siap, Pak!" sahut Alrescha singkat sebelum tersenyum manis kepada teman-teman Bintang yang memerhatikannya.

Alrescha terdiam. Memandang Pak Budi yang sedang menerangkan mata kuliah kesukaannya. Apa yang dijelaskan oleh Pak Budi sudah berada di luar kepala Alrescha sebelum dirinya memutuskan untuk berkuliah. Ia sengaja mengikuti kelas Pak Budi hanya untuk melihat keadaan Bintang. Minimal seminggu sekali ia bisa berada di dekat Bintang. Mencoba membuat Bintang membalas rasa cintanya yang sedang menggebu.

Kepala Alrescha menoleh ke samping kanan. Melihat Bintang yang sedang fokus mendengarkan Pak Budi dan menulis apa saja yang diterangkan oleh dosennya itu. Senyumnya tersungging sebelum menyenggol lengan Bintang dan kembali menatap lurus ke depan. Seakan sedang mendengarkan apa yang Pak Budi sampaikan.

"Jangan serius-serius! Nanti cepat keriput!" seloroh Alrescha tanpa mengalihkan pandangannya.

Bintang menghela napasnya dengan kasar, "Kalau mau mengajak ribut jangan di sini, Bang!"

"Abang nggak mau mengajak ribut Bintang kok. Cuma mau mengajak sarapan bareng aja," sahut Alrescha sebelum namanya dipanggil.

"Alrescha!" panggil Pak Budi keras.

Alrescha tersenyum simpul, " Iya, Pak. Maaf. Tadi Adek Bintang tanya sama saya. Dia belum terlalu paham dengan bagian itu, Pak."

"Benar, Bintang?" tanya Pak Budi seraya menatap tajam mahasiswi yang sebetulnya tidak dikenal olehnya.

Bintang mengangguk, "Iya, Pak. Maaf."

"Kalau begitu saya ulangi lagi! Supaya kalian lebih paham," tegas Pak Budi.

Alrescha mengulum senyumnya. Menahan diri agar tidak tertawa terbahak-bahak. Bintang yang sangat kesal dengan ulah Alrescha, langsung mencubit tangan Alrescha. Membuat Alrescha memejamkan mata dan mengatupkan mulut rapat-rapat saat merasakan sakit di tangannya.

"Awas kamu, Bi!" bisik Alrescha lugas, membuat bulu kuduk Bintang merinding.

Setelah kelas Pak Budi selesai, Alrescha langsung menggandeng Bintang keluar dari kelas menuju taman kampus. Bintang yang mulai kesal karena tatapan orang-orang, menggigit lengan Alrescha. Membuat Alrescha mengerang dan menghentikan langkahnya.

"Sakit dong, Bi!" ucap Alrescha sambil mengusap lengannya, "Kalau lapar bilang, jangan gigit Abang dong! Kayak vampir aja kamu."

"Aku ada kuliah lagi, Bang," ujar Bintang sebelum pergi meninggalkan Alrescha.

Alrescha langsung menahan Bintang, "Jangan belajar bohong ya, Bintang-nya Alrescha! Abang tahu jadwal kuliah kamu dari hari senin sampai jumat. Dan hari ini, kamu ada kuliah lagi jam 10.30. Jadi, sekarang ikut Abang!"

Alrescha kembali menggandeng Bintang ke taman kampus. Pandangannya mengedar ketika mencari tempat duduk dan meja yang kosong. Ia seakan tak memedulikan orang-orang yang sedang menatapnya bersama Bintang. Membuat Bintang kesal bukan main. Setelah mendapatkan tempat duduk dan meja yang kosong, Alrescha mengambil kotak makanan dan botol minuman dari dalam tasnya.

"Kamu belum sarapan kan?" tanya Alrescha sambil menyodorkan kotak makanan yang sudah dibuka kepada Bintang, "Abang bawa sandwich tuna buat kamu. Bia yang bikin."

Bintang tertegun mendengar ucapan Alrescha yang sangat perhatian dengannya, "Bia?"

"Ibunya Abang. Abang manggilnya Bia. Bia itu artinya dia yang membuat kebahagiaan," terang Alrescha.

"Ayo dimakan!" Alrescha mengambil sepotong sandwich, lalu diberikannya kepada Bintang.

Dengan ragu Bintang menerimanya, "Abang nggak makan?"

"Kalau disuapin ya mau," ucap Alrescha yang membuat Bintang terperanjat.

Alrescha tertawa. Melihat wajah Bintang yang sedang terkejut.

"Bercanda, Bi. Sudah dimakan! Abang sudah sarapan tadi. Sama sandwich dan segelas smoothies," tutur Alrescha.

Bintang memakan sandwich itu dengan perlahan. Ia mengunyahnya seraya menatap Alrescha yang sedang memandangnya dalam diam. Entah dari mana Alrescha mengetahui jika dirinya jarang sarapan setiap hari.

"Abang," panggil Bintang setelah menghabiskan sepotong sandwich dan meminum smoothies.

"Iya. Kenapa?" tanya Alrescha sebelum meminum air mineral yang dibawanya dari rumah.

"Sebenarnya apa tujuan Abang menemuiku sedari kemarin? Abang tahu nggak, kalau semua orang sekarang sedang memerhatikan kita? Risi tahu, Bang! Aku nggak suka jadi pusat perhatian." Bintang mengungkapkan isi hatinya.

Alrescha kembali mengedarkan pandangannya. Memerhatikan semua orang yang sedang memandangnya dan Bintang. Lalu tersenyum, sebelum menatap lekat Bintang kembali.

"Dibiasain ya jadi pusat perhatian," ucap Alrescha tenang.

"Tapi aku nggak suka, Bang!" sahut Bintang kesal. "Abang bisa nggak menjauh dariku? Please!"

"Sorry, tapi Abang nggak bisa. Abang suka sama kamu. Dan sepertinya, Abang mulai jatuh cinta sama kamu. Jadi Abang mohon, izinkan Abang untuk bisa dekat dengan kamu. Atau, Abang perlu meminta izin ke orangtua kamu?"

"Nggak perlu."

"Jadi? Kamu mau jadi pacar Abang? Pacar yang juga sekaligus menjadi calon istri Abang."

Tubuh Bintang menegang kala mendengar penuturan Alrescha yang tak pernah diduganya. Ia tahu mengapa Alrescha mendekatinya dengan gencar. Jika bukan karena suka, pasti ada alasan lainnya. Tapi ia tak menyangka jika Alrescha akan sejujur ini kepadanya. Membuat tubuhnya mendadak lemas, diiringi degup jantungnya yang semakin kencang.

"Abang akan kasih kamu waktu satu minggu untuk menjawabnya," tambah Alrescha semakin serius.

Helaan napas Bintang berembus, "Aku akan jawab sekarang, Bang."

"Apa jawabannya?" tanya Alrescha antusias.

"Aku nggak bisa, Bang. Maaf. Aku cuma menganggap Abang sebagai teman. Nggak lebih dari itu," jawab Bintang tegas.

Alrescha mengangguk, lantas tersenyum seraya mengusap pucuk kepala Bintang, "Abang mengerti. Terima kasih sudah mengizinkan Abang untuk dekat dengan kamu selama beberapa hari terakhir. Kamu baik-baik ya! Jangan lupa sarapan sebelum berangkat! Jangan sampai sakit lagi!"

Bintang mengangguk membalas segala macam nasehat Alrescha yang sudah dihapalnya. Ia menatap Alrescha dengan cemas dan takut. Sedang Alrescha menatap intens Bintang dengan tatapan teduhnya. Ia seakan memuaskan kedua matanya untuk menatap Bintang selagi bisa.

"Aku pergi dulu ya, Bang. Terima kasih buat sandwich dan smoothies-nya," ucap Bintang sebelum pergi.

Alrescha mencekal pergelangan tangan Bintang, "Abang bawa sandwich dan smoothies itu untuk kamu. Kamu bawa ya! Habiskan!"

Bintang mengangguk. Ia menerima pemberian Alrescha. Lalu mengucapkan terima kasih kembali sebelum beranjak pergi. Meninggalkan Alrescha dengan hati yang hancur. Alrescha tersenyum miris. Ia tak menyangka jika akan mendapat penolakan saat dirinya pertama kali jatuh cinta.

"Nggak boleh melangkahi Abang-Abang ini mah," gumam Alrescha sebelum beranjak dari tempat duduknya.


Tbc.

21Feb.18

Nggak ada yang baper kan di part ini? Semoga nggak ada ya. 😊

Ekspresi Alrescha setelah ditolak Bintang. Masih ganteng kan?! 😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top