10. Rasi Bintang Alrescha
Tangan kanan Alrescha menutup mulutnya saat menguap. Entah sudah berapa kali dirinya menguap karena menahan kantuk. Seteleh selesai berlatih tae kwon do bersama para anggota baru UKM Tae Kwon Do, Alrescha langsung bergegas menuju ruang meeting BEM U. Ada hal yang harus dirapatkan terkait undangan yang diterima Alrescha beberapa hari lalu untuk hadir di salah satu acara talk show, di stasiun televisi swasta.
Acara talk show itu akan menghadirkan Ketua BEM dari berbagai universitas kenamaan di Indonesia. Salah satunya adalah Alrescha, selaku Ketua BEM Kampus Biru. Acara tersebut akan membahas tanggapan mahasiswa dan Politisi Indonesia terhadap aksi 'Kartu Kuning' yang sedang marak sejak beberapa minggu lalu.
Masih mengenakan dobok, seragam tae kwon do, Alrescha memerhatikan satu per satu perwakilan BEM F yang sedang mengungkapkan pendapatnya. Sudah satu jam lebih rapat itu berlangsung. Namun semua perwakilan BEM F masih mempertahankan argumennya masing-masing dengan sangat kuat. Hingga kata mufakat tak kunjung terucap. Membuat Alrescha gregetan. Alrescha melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.
"Boleh saya berbicara?" Alrescha menginterupsi.
Semua perwakilan yang hadir menghentikan kegiatannya saat debat berlangsung. Mereka menatap Alrescha yang menginterupsi debat itu. Sedari tadi Alrescha memang mempersilakan semua perwakilan BEM F untuk menyampaikan pendapatnya. Selama itu pula, ia mencoba menjadi pendengar yang baik saat beberapa teman-temannya memberikan aspirasi tentang materi yang akan disampaikan di acara talk show tersebut.
"Begini, kita memang diizinkan untuk menghadiri acara tersebut oleh Bapak Rektor. Akan tetapi, sesuai perjanjian, Bapak Rektor meminta kita untuk bersikap netral. Tanpa memihak siapa pun!" tegas Alrescha menjelaskan.
"Tapi Mas, kita harus bisa menyuarakan aspirasi kita dong! Ini kan negara demokrasi. Lagi pula yang dilakukan Radit itu benar kok, kan kenyataannya begitu," sela Sinta, salah satu perwakilan BEM Fakultas Ilmu Komputer.
"Iya, Mas Alres. Jangan sampai kita dianggap nggak setia kawan sama Universitas Negeri itu," imbuh Boy, Ketua BEM Fakultas Teknik.
"Lagipula apa yang Radit lakukan itu kan salah satu bentuk kritikan bagi pemerintah," tambah Rega, salah satu perwakilan BEM Fakultas Hukum.
Alrescha menatap ketiganya bergantian, "Sebagai salah satu perwakilan Kampus Biru, saya akan menjaga netralitas kampus kita sesuai dengan apa yang Bapak Rektor minta. Isu itu sangat rawan. Kalau kita salah dalam berorasi atau mendebat, nama kampus kita yang akan menjadi buruk."
Semua yang hadir tampak terdiam mendengarkan penuturan Alrescha. Apa yang dikatakan Alrescha memang benar adanya. Materi yang akan dibahas di acara talk show nanti sangatlah rentan untuk dijadikan bahan adu domba. Terlebih isu itu sudah berbalut aroma politik. Bisa jadi isu itu akan semakin berkembang nantinya.
"Saya akan bersikap netral saat berorasi atau menjawab pertanyaan dari host. Saya tidak menyalahkan atau pun membenarkan apa yang sudah Radit lakukan. Saya akan membawa nama baik kampus besok malam. Jadi saya minta kepada kalian semua untuk bisa mendukung saya nanti. Kita semua harus bisa menjalankan amanat Bapak Rektor dengan baik, menjaga netralitas dan nama baik Kampus Biru," tukas Alrescha lugas, "Apa ada yang keberatan?"
Semua terdiam seraya memandang Alrescha. Perlahan namun pasti, mereka menyetujui apa yang Alrescha sampaikan. Membuat. Alrescha mengembuskan napas leganya.
"Baik. Karena tidak ada yang keberatan, it's case closed. Next, bagaimana persiapan E-Pemira nanti?" tanya Alrescha mengenai pembahasan selanjutnya.
E-Pemira (Electronic Pemira) merupakan salah satu inovasi baru dalam Pemilu Raya Mahasiswa di Kampus Biru. Inovasi baru tersebut dapat meminimalisir surat suara yang tidak sah akibat kesalahan dalam mencoblos. Tahun ini, Alrescha mencoba kecanggihan dari sistem demokrasi berbasis teknologi itu. Karena bisa menghemat kertas untuk mendukung penggalakkan 'Go Green' kampus dan kecurangan di Pemira.
"Alhamdulillah, lancar Mas. Kalau semua sudah siap, kita bisa langsung sosialisasi alur pemilihan E-Pemira," jelas Mimi, salah satu perwakilan Fakultas MIPA.
Enda dan Ergi menyalakan proyektor. Lalu mencari file di laptop sebelum mempresentasikan alur pemilihan E-Pemira kepada Alrescha dan teman-temannya yang lain.
Enda mulai menjelaskan skema gambar yang ditampilkan di layar proyektor, "Oke. Ini adalah alur pemilihan E-Pemira nanti. Kurang lebih ada 5 alur pemilihan yang harus dilalui para pemilih."
"Pertama, registrasi calon pemilih dengan menunjukkan KTM (Kartu Tanda Mahasiwa). Kedua, pemberian NPM dan password oleh petugas. Setelah itu, masuk ke bilik (komputer) dan melakukan pemilihan. Lalu, log out dari sistem. Terakhir, tanda tangan dengan tinta setelah selesai memilih," terang Enda, Ketua BEM Fakultas Bahasa dan Sastra.
"Bagaimana jika terjadi kendala teknis pada komputer? Sudah menyiapkan plan B?" tanya Alrescha yang sudah sangat ingin mengakhiri rapat.
"Jika terjadi kendala teknis komputer pada E-Pemira, maka akan di ulang kembali secara manual," jawab Enda lugas. "Saya kira, itu adalah option terakhir. Tentunya dengan meminimalisir penggunaan kertas, sehemat mungkin."
Alrescha mengangguk, "Bagaimana dengan penggunaan jaringan internet? Dari wi-fi kampus, atau wi-fi lokal?"
Karena sepengetahuan Alrescha, wi-fi kampus belum merata dan sinyalnya terkadang putus. Hal ini membuat Alrescha sendiri was-was.
"Kita akan pakai wi-fi lokal, Mas. Localhost," jelas Heru, Ketua BEM Fakultas Teknologi Informasi. "Sistem keamanan wi-fi kampus, kami rasa kurang dan mudah untuk dibobol. Kalau localhost, keamanannya lebih baik karena jumlah pengguna yang masuk dapat dibatasi."
Setelah semua dibahas, Alrescha pun menutup rapat. Ia sudah sangat mengantuk dan ingin segera pulang. Tak peduli jika dirinya masih mengenakan dobok tae kwon do. Yang terpenting adalah tidur sejenak sebelum jam satu malam. Jam rawan bagi Alrescha untuk tertidur.
°°°
Bintang kembali membuka mata ketika dirinya tak kunjung tidur. Ditatapnya langit-langit kamar kos yang berwarna agak kecoklatan karena tetesan air hujan dari genting. Kepalanya menoleh. Memandang kakak kosnya, Mega, yang sudah tertidur nyenyak. Diambilnya smartphone dari atas meja kecil di samping tempat tidur. Layar smartphone-nya menampilkan jam digital yang sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih dua puluh lima menit.
Sedari kemarin Bintang tak bisa tertidur nyenyak karena ciuman pertama Alrescha. Entah mengapa sentuhan sederhana Alrescha itu masih saja bisa dirasakan Bintang meski hanya bersentuhan sepersekian detik saja. Dan hari ini Bintang sama sekali belum bertemu dengan Alrescha. Membuatnya merasa rindu akan kehadiran sosok Alrescha.
Alrescha mengatakan jika hari ini sedang sangat sibuk. Walaupun sibuk, Alrescha masih menyempatkan diri untuk mengirim pesan atau menelepon Bintang seperti biasa. Menanyakan kabar dan mengingatkan agar tak telat makan. Alrescha ingin membiasakan diri untuk memerhatikan Bintang di sela kesibukannya. Ia tak ingin jika Bintang merasa diabaikan karena kesibukannya yang tak kenal waktu.
Notifikasi pesan membuat smartphone Bintang bergetar. Dengan malas Bintang membuka pesan dari grup teman-teman terdekatnya. Foto Alrescha langsung terpampang di layar smartphone-nya.
Cimut 👩❤👩
Happy
😍😍😍😍😍😍 22.28
Estri
MasyaAllah Mas Alres, 22.28
Gntg bgt 😍😍😍 22.28
Ria
Ak gak brgkt 😭 22.29
Gak bs lht kegntgn Mamas 😭 22.29
Happy
Guess what? 22.30
Mas Alres trnyta sabeum 😆 22.30
Ria
Sumpah, hap?!😱 22.30
Demi apa? 22.30
Lina
Smgt gw lau sbmny Mas Alres. 22.31
Anjiiir Mas Alres kren bgt td. 22.31
😍😍😍😘😘😘 22.32
Happy
Banget, Lin! 22.32
Lope-lope gw 😍😍😍😍😍 22.32
Bintang mn? 22.33
Estri
Tdr x 22.33
Ria
Bintang emang TOP! 22.33
Gercep bgt jdian sm Mas Alres. 22.33
Happy
Bintang!!! 22.34
Dcri sama Mas Alres td. 22.34
Lina
Iya, Bi. 22.34
Mas Alres blg kty Bintang diajk. 22.34
Ria
Mas Alres modus!😝 22.35
Estri
Modus yg membhgiakn 😍 22.35
Bintang
Be quite, please!😒 22.36
Happy
Nyonya mncl 😂 22.36
Lo hrs lht Bi. 22.37
Gmn kerenny Mas Alres td. 22.37
Cowo Lo sabeum, Bi! 😍😍😍 22.37
Bintang
Nikmatin selagi bs. 22.38
Ntr aku blok ni grup! 22.38
Jgn bhs Bang Alres trs!!! 22.39
Estri
Bang Alres... 😘😘😘 22.39
Lina
Nikmatin bgt Bi. 22.39
Sblm jnur kng mlgkung. 22.40
Ria
Bintang nanas, cuy!😈 22.41
Happy
Resiko Bi py cwo cakep 😁 22.41
Bintang
😪 22.42
Bye! 22.42
Happy
Mimpi indah gw Bi. 😍 22.43
Lina
Mmpiin Bang Alres 😍😍😍 22.43
Bintang membuang smartphone ke sampingnya. Ia merengut mengingat chat teman-temannya yang begitu mengagumi Alrescha. Setiap hari mereka tak pernah bosan membahas ketampanan dan kekerenan Alrescha. Membuat Bintang benar-benar merasa kesal.
"Kapan Bang Alres jelek coba?!" gerutu Bintang, "argh!!! Sebel!"
Bintang menutupi wajahnya dengan boneka smile berwarna kuning pemberian dari adiknya, Nalendra. Ia kembali mencoba tertidur dan mengabaikan teman-temannya yang masih membahas Alrescha.
Smartphone Bintang kembali bergetar. Semakin lama, getaran itu semakin kuat. Dengan malas Bintang mengambil smartphone-nya. Di layar terlihat nama kontak Alrescha. Jam digital di sana sudah menunjukkan pukul sebelas malam lebih lima belas menit. Bintang terbangun sebelum mengangkat video call dari Alrescha.
"Assalamualaikum, Abang," salam Bintang seraya memandang Alrescha yang masih mengenakan helm full face.
"Wa'alaikumsalam, Bi. Abang boleh minta tolong?" tanya Alrescha menatap wajah Bintang di layar smartphone.
Bintang mengerutkan dahinya samar, "Abang mau minta tolong apa sama Bintang? Abang masih di kampus?"
Bintang terbelalak kala melihat layar smartphone menampilkan lingkungam sekitar kosnya. Terlebih papan jalan yang berada di samping pintu gerbang ke arah kosnya.
"Abang ngapain di situ?" tanya Bintang heran.
"Jangan keras-keras, Bi! Nanti pada bangun. Abang mau pulang ke rumah, tapi jaraknya lumayan jauh. Jadi Abang mau pulang ke apartemen, Abang sudah mengantuk banget. Bintang mau nggak nemenin Abang tidur?" tanya Alrescha yang membuat Bintang terkejut.
"Apa?! Jadi seperti itu Abang menganggap Bintang?"
"Jangan salah paham, Bi! Abang memang nggak bisa tidur malam sendirian. Bintang cuma menemani Abang saja. Abang janji, nggak akan macam-macam sama Bintang! Nanti kita tidur terpisah. Tugas Bintang cuma satu, bangunkan Abang sebelum jam satu malam."
"Abang takut? Memangnya ada apa di jam satu malam?"
"Iya, Abang takut tidur malam. Kalau Bintang mau tahu, Bintang ikut Abang sekarang. Ini rahasia Abang. Anak kampus yang tahu cuma Angga. Dan Abang mau, Bintang pun tahu soal rahasia Abang ini."
Alrescha menatap wajah bingung Bintang di layar smartphone. Pun Bintang. Memandang kedua mata Alrescha dengan lekat. Seakan mencari sesuatu di kedua mata teduh Alrescha.
"Gimana, Bi?" tanya Alrescha. "Kalau Bintang nggak mau, ya sudah. Abang pulang dulu ya. Maaf, kalau Abang mengganggu tidur Bintang."
"Abang, tunggu! Bintang siap-siap dulu. Abang tunggu sebentar ya."
"Oke. Abang tunggu. Jangan lama-lama ya, Bi! Abang sudah ngantuk banget."
"Iya, Abang. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam, Sayang."
Bintang segera bergegas mengenakan celana jeans setelah melepas celana pendek hot pants. Lalu memakai jaket, sebelum memasukkan pakaian ganti ke dalam tas ranselnya. Ia menatap Mega yang masih tertidur. Kemudian membangunkannya sebelum meminta izin dan meminta bantuan untuk keluar kos.
"Ada apa, Dek?" tanya Mega seraya menguap.
"Kak, Bintang mau keluar sekarang. Ada temen Bintang butuh bantuan. Kak Mega bisa tolong buka pintu gerbang kos tidak?" mohon Bintang.
"Kamu mau kemana? Ini sudah malam, Bintang. Sama siapa kamu pergi?" tanya Mega.
Bintang memandang Mega dengan takut, "Sama Bang Alres. Bang Alres yang mau ngantar Bintang ke kos teman Bintang itu. Tolong Bintang, Kak! Teman Bintang sakit."
Mega mengangguk. Ia bergegas turun dari tempat tidur seraya mengucir rambut sebahunya. Lalu membuka pintu kamar, dan mengambil kunci gerbang yang berada di kotak P3K. Kos Bintang memang tak memiliki penjaga. Rumah pemiliknya berada tepat di sebelah kos. Ia memberi kebebasan kepada anak-anak kos dengan peraturan tertentu. Sesekali saja ia mengecek keberadaan kos yang ditempati sepuluh mahasiswi dari kampus biru.
"Hati-hati, ya! Kalau Bang Alres nakal, pukul aja pakai helm!" peringat Mega sebelum mengunci pintu gerbang kos.
Bintang mengangguk, "Terima kasih, Kak."
"Kalau ada apa-apa telepon Kakak," kata Mega yang dibalas anggukan dan seulas senyum dari Bintang.
Bintang segera menghampiri Alrescha. Pintu gerbang di jalan yang sudah tertutup, membuat Bintang kesulitan untuk keluar. Bintang memakai helmnya sebelum melewati celah kecil di samping pintu gerbang. Alrescha mengulurkan tangan untuk membantu Bintang naik ke atas motor. Setelah Bintang duduk dan mengeratkan pelukan, Alrescha langsung melajukan motor ke apartemen dengan kecepatan tinggi. Tubuhnya sudah sangat ingin ambruk saat ini.
°°°
Bintang mengedarkan pandangan ketika Alrescha membawanya ke kamar apartemen. Interior di kamar Alrescha terlihat mewah dan berkelas, seperti yang pernah Bintang lihat di televisi. Berbeda dengan kamar Bintang di rumah dan di kos.
"Kamu tidur di situ ya, Bi," kata Alrescha sambil menunjuk tempat tidur king size miliknya. "Abang tidur di sofa nanti. Abang mandi dulu. Kalau mau minum, ambil di dapur aja."
Bintang mengangguk seraya memandang Alrescha yang berjalan menuju kamar mandi di dalam kamar. Pandangan Bintang beralih ke sofa bed yang berada di ujung kamar. Lalu beralih ke tempat tidur yang begitu luas, dua kali lebih besar dari tempat tidur di kamar kosnya. Bintang meletakkan tas di atas meja. Kemudian mengambil celana pendek yang sempat dipakainya tadi untuk mengganti celana jeans-nya.
Bintang berdiri kaku. Memandang Alrescha yang baru saja mandi. Rambut Alrescha masih tampak basah. Alrescha terlihat berbeda saat mengenakan celana pendek dan kaos oblong. Ia tetap tampan di mata Bintang dengan apa pun yang dikenakannya. Membuat rasa percaya diri Bintang terkadang menurun.
Alrescha mengacak-acak rambutnya sembari berjalan ke arah sofa bed, "Abang tidur dulu ya, Bi! Jangan lupa, bangunkan Abang sebelum jam satu malam! Oke?"
Bintang mengangguk ragu, "Abang tidur di tempat tidur aja. Biar Bintang yang tidur di sofa."
"Kamu tidur di tempat tidur, Bi! Abang nggak mau badan Bintang pegal semua besok," kata Alrescha sebelum merebahkan dirinya di atas sofa bed.
"Bintang juga nggak mau badan Abang pegal-pegal besok. Sofanya aja kecil gitu. Lebih kecil dari pada badan Abang."
Alrescha memandang Bintang, "Kalau begitu, kita tidur di tempat tidur. Oke?" ujar Alrescha. "Abang ngantuk banget, Bi. Abang tidur dulu ya! Night Bintang-nya Alrescha."
Tubuh Bintang menegang kala Alrescha mencium bibirnya sebelum melangkah ke tempat tidur. Bintang memerhatikan Alrescha yang sedang menarik bed cover setelah memeluk bantal guling. Kedua mata Alrescha langsung memejam, karena tak bisa lagi menahan rasa kantuknya.
Bintang masih terdiam memandang Alrescha yang sudah tertidur nyenyak. Setelah tersadar, Bintang mengambil smartphone dari saku celana jeans. Lalu men-setting alarm Sesuai dengan perintah Alrescha. Ia tak ingin jika dirinya sampai terlelap dan tidak membangunkan Alrescha tepat waktu. Meski takut, ia penasaran akan apa yang akan terjadi ketika Alrescha bangun nanti.
Setelah berganti celana pendek di kamar mandi, Bintang melangkah keluar kamar untuk mengambil minum di dapur. Ia meneliti kembali setiap sudut yang berada di apartemen Alrescha. Suasana yang sepi dan sunyi membuat bulu kuduk Bintang merinding. Ia bergegas mengambil sebotol air putih di dalam kulkas, setelahnya langsung berlari kecil ke kamar Alrescha.
"Kok jadi horor gini sih?" gumam Bintang memerhatikan seisi kamar Alrescha.
Diminumnya air mineral itu sebelum duduk di tepi tempat tidur Alrescha. Bintang memandang Alrescha yang tampaknya sudah tertidur nyenyak. Tangan kanannya melambai di depan wajah Alresccha. Mengecek Alrescha, apakah sudah benar-benar tidur atau tidak. Perlahan Bintang merebahkan tubuhnya di samping Alrescha dengan jarak kurang lebih satu meter. Kedua matanya mulai memejam kala tak mampu lagi menahan rasa kantuk.
Suara alarm dari smartphone Bintang berbunyi. Bintang yang mendengarnya mengeram kesal. Ia meraba-raba ke samping kanan untuk mematikan alarm yang sudah mengganggu tidurnya. Kedua matanya terbuka ketika tak menemukan apa yang dicari. Ia terbelalak saat melihat Alrescha tertidur di sampingnya. Bintang pun bergegas bangun seraya mengedarkan pandangan untuk mencari sumber suara. Ia segera beranjak turun, lalu mengambil smartphone-nya di atas meja dan langsung mematikan alarm.
"Jam satu," ucap Bintang saat melihat jam digital di layar smartphone.
Bintang kembali menaiki ranjang, lantas menggoyangkan tubuh Alrescha agar terbangun, "Abang, bangun!"
"Abang, bangun!"
Sudah beberapa menit Bintang mencoba membangunkan Alrescha. Namun Alrescha tak kunjung terbangun. Tangan kanannya terulur. Lalu meletakkannya di depan hidung mancung Alrescha. Jantung Bintang seakan jatuh dari tempatnya, ketika tak bisa merasakan hembusan napas Alrescha.
Kepala Bintang menggeleng, "Enggak! Abang, bangun! Abang, bangun!!!" teriak Bintang keras.
Di samping tempat tidur, roh Alrescha berdiri memandang Bintang yang sedang membangunkannya sembari menangis. Sudah berulang kali ia mencoba masuk ke dalam tubuhnya. Tapi selalu gagal. Ia menatap sekitar kamar yang sudah ramai oleh makhluk tak kasat mata dengan berbagai rupa. Memanggil Alrescha untuk meminta bantuan. Ia kembali mencoba masuk ke dalam tubuh agar rohnya tak berkelana ke dunia lain.
"Abang, bangun!!! Bintang janji, kalau Abang bangun, Bintang mau jadi istri Abang," tutur Bintang seraya menggoncangkan tubuh Alrescha yang masih terdiam, "Abang, bangun!!!"
Tbc.
22March.18
Hai,
Ini salah satu indigo yang ada di sekitar kita. Setelah jalan-jalan ke mbah google, saya menemukannya dengan apa yang saya bayangkan pada Alrescha.
Ada beberapa video yang mengaku memiliki kemampuan tersebut. Benar atau tidak, saya kurang tahu. Tapi kemampuan ini ada penjelasannya secara ilmiah. Well, next part, Alrescha akan menjelaskan indera keenam apa yang dimilikinya.
Alrescha adalah salah satu cerita fiksi khayalan saya. Apa pun yang saya tulis, saya sudah mencari sumbernya. Benar atau tidak, Wallahu a’lam. Nikmati saja ya sebagai hiburan, jangan terlalu serius.
Terima kasih semua, buat kalian yang tampak mau pun yang tidak tampak 🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top