Part. 34
Setelah kejadian malam itu, entah kenapa Rinzy merasa ia harus sedikit menjaga jarak dengan Alren. Ia tahu betul bagaimana sifat Dion. Apapun yang keluar dari mulut akan terjadi. Ini salah satu hal yang membuat Rinzy muak. Jika sampai ketahuan Alren dekat dengan dirinya, ia pasti akan ketahuan. Semua rahasia ini akan terbongkar karena laki-laki gila itu.
“Zy, kamu tumben ngga ngikutin Alren. Biasanya kamu lengket banget sama, tuh ketua geng motor. Kamu ada masalah, Zy?” tanya Dhea tiba-tiba saat melihat Rinzy yang terdiam. “Kamu ngga apa-apa, Zy?”
“Hah?” Rinzy terkejut seraya menyelipkan helai rambutnya di belakang telinga. “Ngga apa-apa, kok. Lagi kepikiran tugas matematika wajib tadi. Susah banget.”
Dhea mendekatkan jus alpukat milik Rinzy. Sedari sepuluh menit lalu, temannya itu. Tidak menyentuh jus itu sama sekali.
“Kalo ada masalah bilang aja, Zy. Seenggaknya biar kamu lega. Tapi, kalo kamu nggak kasi tau, nggak apa-apa, kok.”
Rinzy meneguk jus alpukat perlahan. Sungguh ia ingin menceritakan tentang hal ini, tapi tidak mungkin ia mengatakan pada Dhea.
Karena terlalu sibuk dengan pikirannya. Ia tidak sadar, kalau Alren tengah melangkah mendekati meja mereka. Dhea memberikan kode, jika kekasihnya itu tengah menuju kearahnya.
Seketika Rinzy menoleh sekilas. Namun, hal yang membuat Dhea bingung. Temannya itu langsung mengambil ponselnya di atas meja, lalu beranjak pergi begitu saja.
“Zy, Zy. Kok malah pergi?” panggil Dhea sedikit berteriak.
“Cewe gue kenapa?” tanya Alren yang baru saja sampai meja kantin mereka. “Dia sakit perut?”
“Gue nggak tau, Ren. Dia nggak bilang apa-apa, langsung pergi aja.”
“Lo nggak inget gue bilang apa tadi pagi? Kalo dia ngerasa sakit atau apapun kasi tau gue?!” sentak Alren membuat Dhea terkejut.
“Y-ya, gue tau. Tapi, dari tadi Rinzy nggak kenapa-napa. Dia cuma diam aja.”
“Ah, bangsat!” umpat Alren lantas berlari pergi mencari Rinzy.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan kekasihnya. Semalam ia bilang, tidak ingin jauh darinya. Tapi sedari pagi, Rinzy terus menjauhinya. Bahkan gadis itu tidak ingin berangkat bersama. Terpaksa Alren harus mengikuti dari belakang, saat Rinzy naik ojek online.
Yang biasanya Rinzy selalu mengikutinya kemanapun atau menanyakan kemana dia akan pergi. Tapi hari ini tidak sama sekali, ia hanya tertidur di kelas saat kelas kosong.
Setelah ia berlari dari kantin tadi. Ia mencari Rinzy, beberapa kali ia bertanya pada siswa kelasnya. Akhirnya kekasihnya itu ketemu, ia sedang terbaring di UKS.
“Sweetie, kamu sakit? Sakit di mana, hm?” tanya Alren seraya menarik kursi mendekati pinggir ranjang itu. “Luka itu masih sakit?”
Laki-laki mengambil tangan Rinzy perlahan memeriksa luka lecet karena kejadian malam itu. Saat ia menemukan memar dan luka bekas kuku di lengan bagian atas.
“I-ini luka. Siapa yang bikin kamu begini?”
“Kamu ngapain ke sini? Bentar lagi mau kelas, cepet ke kelas,” balas Rinzy mengalihkan pembicaraan. Sembari bangku dan terduduk di ranjang.
“Ini luka? Kamu kenapa bisa memar gini? Bilang sama aku, siapa yang bikin kamu memar gini?” tanya Alren lagi seraya menunjukkan memar di lengan kekasihnya. “Siapa, sayang?”
Buru-buru Rinzy langsung menutup memar itu dengan telapak tangannya. “Luka begini doang, aku nggak apa-apa. Nggak usah khawatir, oke.”
“Hari ini kenapa tingkah kamu begini? Kamu selalu hindarin aku. Apa aku ada salah? Sayang, aku minta maaf. Tapi jangan begini.”
Alren menunduk sedikit, kemudian mendekati Rinzy. Meletakkan kepalanya di atas paha gadis itu yang terbalut selimut yang cukup tebal.
“Sweetie, aku minta maaf,” tutur Alren seraya menengadah. “Jawab dulu, kenapa? Jangan mengalihkan pembicaraan terus.”
Seketika Rinzy menjauh dari Alren dan terduduk sedikit jauh dari laki-laki itu. Hal itu membuat Alren terkejut, saat kekasihnya menghindarinya. Padahal biasanya gadis itu akan mengusap lembut rambutnya.
“Sweetie.”
“Nanti ada yang liat, aku nggak enak. Mendingan kamu balik kelas.”
Perkataan itu membuat Alren terdiam. Sungguh ia tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan Rinzy. Ini bukan Rinzy yang dia kenal. Kenapa ia mendadak dingin seperti ini.
“Kamu belum jawab pertanyaan aku?”
“Aku nggak perlu jawab. Itu nggak penting buat kamu,” balas Rinzy langsung kembali terbaring membelakangi Alren.
“Aku nggak paham sama kamu. Aku khawatir, takut kamu kenapa-napa. Tapi kamu malah bilang nggak penting buat aku? Kamu pacar aku Rinzy!” balas Alren sedikit berteriak.
“Aku nggak ada niat buat berantem. Bel masuk kelas udah bunyi dari tadi. Mendingan kamu cepet balik kelas.”
Alren langsung bangkit berdiri. “Aku nggak akan ke kelas, sebelum—“
Rinzy langsung menyibak selimut kemudian bangkit dan terduduk kembali. Seketika membuat Alren menutup rapat mulutnya.
“Belajar lebih penting dari aku. Walaupun kamu dengar penjelasan aku pun, kamu nggak akan bisa lakuin apapun. Jadi, lebih baik kamu pergi.”
Tidak sengaja Rinzy meninggikan nada suaranya. Hingga membuat laki-laki di hadapannya begitu kaget. Bahkan ia bingung akan bereaksi apa sekarang. Entah marah atau bingung dengan penjelasan gadis itu.
“Maksud kamu?” tanya Alren setelah beberapa saat terdiam.
“Aku mau kita jauhan dulu.”
***
“Lo kenapa? Ada masalah apa?” tanya Dewa setelah beberapa saat laki-laki terdiam.
Sejak kedatangan Alren ke rumah Dewa. Laki-laki tidak banyak bicara, padahal sahabatnya itu tidak seperti itu. Dewa tahu ini pasti ada masalah sampai dia datang sendiri ke rumahnya.
“Lo jangan diem aja. Kenapa?” tanya Dewa lagi.
Alren yang terduduk di sofa sebelah Dewa menoleh sekilas. Kemudian menghela napas panjang.
“Semenjak kejadian waktu itu, setelah cewe gue hampir ketabrak. Dia bilang beberapa hari, dia mau kita jauhan dulu. Padahal gue serumah gimana mau jauh. Gue nggak bisa jauh dari dia, rasanya gue mau mati,” tutur Alren sembari menyandarkan kepalanya.
Dewa yang mendengar hal itu seketika mengingat kembali kejadian saat Raka bersama Rinzy yang terlihat mesra. Sungguh, ia kesal mengetahui gadis itu telah menipu sahabatnya ini.
“Lo sayang banget sama Rinzy?”
“Lo pasti tau sebucin apa gue sama dia. Gue sadar, kalo gue bucin.”
“Ren,” ujar Dewa kemudian menghentikan perkataannya. “Lo ....”
“Gue, kenapa?”
“Gue cuma kasi tau, apapun yang bakal terjadi dengan hubungan lo sama Rinzy kedepannya. Kesalahan apapun yang dilakukan cewe lo. Lo harus denger penjelasan dia. Walaupun lo muak sama dia, tapi gue percaya cewe lo nggak bakal lakuin aneh-aneh,” tutur Dewa.
“Cewe gue nggak mungkin lakuin hal-hal aneh. Gue percaya sama dia. Mungkin dia butuh waktu buat sendiri, walaupun gue nggak tau masalah apa.”
Dewa menepuk pelan pundak sahabatnya itu. “Bicarain baik-baik. Tanya pelan-pelan, jangan emosi. Pake hati, jangan sampe lo bentak dia."
“Thanks.”
“Eh, ada Alren. Apa kabar lo?” Raka yang tiba-tiba datang dengan membawa paper bag berisi cup cake cokelat.
“Baik, Bang,” sahut Alren pada Raka melewati mereka berdua. Langsung menuju dapur. “Lo nggak bilang kalo Bang Raka balik ke Bekasi? Jahat lo, Dew.”
“Dia lagi libur, nanti juga balik ke kostannya.”
Raka membawa piring berisi beberapa cup cake cokelat yang dibawanya tadi.
“Nih, makan. Tadi cewe gue buatin, enak banget,” ujar Raka seraya meletakkan piring. Kemudian ikut duduk di sana.
“Serius Bang? Gue coba ya,” sahut Alren langsung mengambil satu cup cake itu.
Kemudian menggigit sedikit. Benar, rasanya sangat enak. Manisnya sangat pas untuk dirinya yang tidak suka manis.
“Iya Bang, beneran enak. Gue bawa pulang bisa kali ya bang. Kayanya cewe gue juga bakal suka,” lanjutnya terkekeh.
“Bawa aja. Betewe, gue belum liat cewe baru lo itu. Kali-kali ajak ke sinilah. Kalo dia seneng masak, bisa diajarin cewe gue. Dia pinter masak," sahut Raka.
***
Sepanjang makan malam di restoran bersama Marry—Mami Alren. Sorot mata Rinzy terus melihat ke arah gadis seumuran Alren yang sangat manis dan cantik. Ia juga memiliki sifat yang lembut dan penurut, sangat berbeda dengan Alren. Sebenarnya bukan hanya karena gadis di depannya memiliki kecantikan yang melebihi dirinya.
Namun ia memikirkan hal lain. Rinzy memikirkan cara agar menjauhi Alren dan kembali membencinya seperti dulu. Sesekali ia tersenyum miring, Rinzy merasa ia gadis jahat dengan menyimpan kebohongan besar. Yang dibuat hanya karena untuk mendapatkan uang.
Entah, cara apa yang dilakukannya setelah makan malam ini. Sungguh ia sangat menyakiti hatinya. Ia harus melihat calon tunangan Alren. Gadis pembohong seperti dirinya sangat tidak cocok untuk laki-laki seperti Alren itu.
Setelah makan malam selesai, gadis itu bersama Marry pulang dengan mobil mewah. Sebenarnya Mami Alren itu, mengajaknya untuk pulang bersama. Tapi entah kenapa, ia merasa sesak saat bersama gadis itu. Rasanya seperti ia merasa menjadi orang bodoh.
“Lucu banget gue. Jelas-jelas perjanjian awal, gue nggak boleh ada perasaan sama sekali. Tapi, sekarang gue malah nggak mau, dia tunangan. Bodoh banget,” batin Rinzy.
Makasii banyak udah baca (人 •͈ᴗ•͈)
Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke temen-temen kalian yaa.
(。•̀ᴗ-)✧
Nantikan part berikutnya. (◍•ᴗ•◍)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top