Part. 33
Rinzy berlari begitu cepat, napasnya memburu. Keringat mulai membasahi kening. Sungguh ia benar-benar tidak percaya saat bertemu dengan laki-laki yang adalah mantannya saat SMK itu. Sikap orang itu masih sama, sangat kasar. Setelah apa yang dilakukan dahulu, laki-laki itu masih punya malu menunjukkan wajahnya.
“Aku masih sayang sama kamu, Risha! Aku mau, kita balikan.”
“Tapi, gue udah nggak! Setelah apa yang lo lakuin, lo minta balikan?!”
Percakapan tadi selalu terngiang-ngiang, dalam pikirannya. Jika diingat kembali, masa lalu itu sungguh menyakitkan. Bukan hanya dirinya tapi juga bagi sahabatnya yang sekarang sangat membencinya.
Perlahan gadis itu melambatkan laju langkahnya. Mengatur napasnya, kemudian ia mengecek ponselnya, sialnya ponsel itu lowbat. Bahkan ia tidak membawa dompet, hanya uang ojek online saat menuju kafe tadi.
Rinzy kembali melangkah, ia mencari keberadaan pangkalan ojek sekitar sini. Namun tepat saat menemukan pangkalan itu. Dion yang menuju ke arahnya dengan motornya. Buru-buru gadis itu bergegas pergi, ia menoleh kiri kanan, bersiap menyeberang jalan raya besar itu.
Tepat saat ia menyeberang ke ujung jalan. Ia mendapati motor yang begitu cepat ke arahnya. Sorot cahaya dari lampu kendaraan roda dua itu, begitu menyilaukan matanya. Jarak mereka semakin dekat, hingga detik berikutnya. Motor besar itu mengerem mendadak hingga terdengar suara decitan.
Sepertinya waktunya tidak tepat untuk berlari lagi, kakinya terasa lemas. Refleks Rinzy menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dalam hatinya mengharapkan kedatangan kekasihnya. Alren, bukan Raka. Bahkan dalam hatinya ia berjerit memanggil nama Alren.
Tidak tahan menopang tubuhnya sendiri. Pandangan mulai buram dan semuanya terlihat mulai menghitam. Tubuhnya terjatuh, dengan cepat seorang laki-laki menangkap tubuhnya. Wajah laki-laki itu sangat panik.
“Sweetie,” panggil seseorang dengan suara yang begitu lembut. “Sweetie, sayang bangun."
***
Laki-laki itu terduduk di kursi kecil sebelah ranjang yang dipenuhi beberapa boneka hiu. Ia menggenggam erat tangan Rinzy yang masih terbaring lemas di sana. Sungguh Alren sangat takut terjadi apa-apa dengan kekasihnya ini.
Sebenarnya apa yang terjadi hingga gadis ini berlari, bahkan hampir membuatnya ditabrak. Beruntunglah ia bertemu dengan Rinzy, jika bukan Alren. Entah, hal mengerikan apa yang terjadi nanti.
“Sweetie, kenapa kamu sampe begini? Maafin aku sayang, ini karna aku,” ujar Alren menunduk kemudian mengecup punggung tangan Rinzy dengan lembut. “Aku bodoh banget sampe buat kamu sakit begini.
Terdengar ketukan pintu yang cukup keras. Beberapa kali ketukan itu semakin keras, hingga membuatnya geram. Alren pun memutuskan untuk beranjak pergi.
“Sweetie, tunggu sebentar," tuturnya seraya mengusap lembut rambut Rinzy, lalu beranjak pergi.
Laki-laki bangkit berdiri dan lantas melangkah keluar kamar dan membuka pintu depan.
“Siapa?” tanya Alren saat melihat wanita paruh baya dengan perhiasan emas di tubuhnya. “Tante salah alamat.”
“Kamu Alren? Iya, kan?”
“Ya, kenapa?”
Wanita paruh baya itu tersenyum tipis. “Saya mau ketemu Rinzy, kamu nggak tau saya siapa?”
“Saya nggak mau tau."
“Saya Tante Martha, adik Ibu Risha. Maksud saya Rinzy. Mana anak itu?”
Baru saja wanita paruh baya itu akan masuk. Alren menghalangi jalannya dengan tangan. “Dia sakit, lagi istirahat. Mendingan Tante pulang, kalo ada pesan kasi tau aja, nanti saya sampein.”
Terdengar decakan kecil. “Dia itu pura-pura sakit, dia sengaja nggak mau ketemu saya. Minggir kamu!”
Tidak ingin berlama-lama Martha langsung masuk dan membuka pintu kamar Rinzy dengan keras. Padangan terhenti melihat seorang gadis tengah terbaring. Dengan kesal wanita paruh baya itu mengambil segelas air di meja kecil itu. Kemudian menyiram gadis yang tengah tertidur itu. Hingga membuat gadis itu mendadak terbangun, sembari mengusap wajahnya.
“Bangun! Dasar anak durhaka. Cepet bangun!” teriak Martha membuat Alren marah. Laki-laki itu langsung menarik tangan Martha menjauhi Rinzy.
“Tante, ini ada masalah apa sama pacar saya?!”
Martha menyingkirkan tubuh Alren yang menghalanginya. “Kamu nggak tau apapun, lebih baik diam!” Kemudian pandangannya beralih pada Rinzy yang sudah terduduk. "Cepat kamu bangun!”
“Sweetie, kamu nggak usah ladenin Tante gila ini. Kamu tunggu sini.” Alren langsung menarik tangan Martha begitu kasar. “Sekarang Tante pergi!”
“Lepas!” berontak Martha.
Wanita paruh baya itu melempar pandangan pada Rinzy yang sudah tertidur kembali membelakanginya. Menahan tangisannya. “Dasar anak durhaka, liat aja nanti!”
“Maaf, tapi gue mau pake uang itu,” batin Rinzy.
Rinzy sangat tidak percaya dengan pemikiran Bibinya—Martha. Semoga saja, Bibinya itu tidak mengatakan hal-hal yang mengundang rasa penasaran Alren. Jika, iya dia harus membuat kebohongan lagi untuk menutupi hal itu.
“Sweetie,” panggil Alren Kemudian terduduk di sebelah Rinzy. Lalu gadis itu memiringkan tubuhnya ke arah laki-laki itu. “Kamu nangis? Kenapa sayang?”
Rinzy menggeleng kecil, ia berusaha terduduk dan bersandar di tembok. “Mataku perih.”
Alren mengusap lembut rambut kekasihnya itu dengan penuh sayang. “Gimana keadaan kamu sekarang? Ada yang rasa sakit?”
Rinzy terdiam sejenak, seraya memandangi wajah Alren. “Kamu mau ngomong apa, hm?” lanjut laki-laki itu.
Tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Rinzy langsung memeluk kekasihnya itu dengan erat. Alren cukup terkejut dengan tingkah Rinzy sekarang. Padahal tadi sebelum pergi, gadis ini sangat marah padanya. Lihat sekarang, kekasih itu malah memeluknya seakan dirinya akan pergi.
“Plis, jangan pergi,” tutur Rinzy pelan.
Alren mengusap perlahan punggung dan belakang kepala Rinzy. “Aku di sini dari tadi sayang. Kamu makan dulu, ya.”
Pelan-pelan gadis itu melonggarkan pelukannya. Kemudian memandangi wajah Alren dengan teduh. “Aku tau, pasti banyak pertanyaan muncul di otak kamu. Maaf, aku belum bisa jawab sekarang. Jadi tolong tunggu, sampai aku kasi tau sendiri. Percaya sama aku ya, Recil.”
Alren mengangguk kecil, sembari tersenyum lebar. Menangkup wajah kecil Rinzy. “Pasti, aku percaya sama kamu. Aku bakal tunggu selama apapun itu.”
“Makasih, sayang.”
***
Gadis berambut panjang itu benar-benar tidak menyangka, dengan apa yang dilihatnya dalam beberapa foto tadi. Ini sangat sulit dipercaya, apakah benar gadis itu juga bernama Rinzy. Bahkan sangat cantik, hingga membuatnya insecure.
“Kamu masih nggak percaya sama aku?” tanya laki-laki itu. “Ternyata Alren setolol itu, dia gampang diboongin.”
“Terus kamu mau ngapain sekarang? Aku beneran nggak mau pacaran atau bahkan nikah sama kamu,” ujar Nessa.
“Ehem, aku minta maaf," ujar Riko sedikit menunduk.
Permintaan maaf itu, membuat Nessa terbelalak tidak percaya. Baru pertama kali Riko meminta maaf padanya.
“Aku minta maaf karna kebohongan aku waktu itu. Jujur, Nessa aku nggak ada niatan mau balikan sama dia. Aku bener-bener bodoh. Maaf,” lanjut Riko lalu menarih tangan Nessa. “Kamu maafin aku, kan?”
“Kenapa nggak dari awal kamu minta maaf? Jadi, aku nggak perlu buat kamu cemburu sama Alren,” balas Nessa tersenyum lebar. “Aku tau, awalnya aku suka sama Alren, tapi itu dulu. Sekarang udah enggak, jadi kamu nggak perlu buat masalah apapun sama Alren, plis.”
Next part. (≧▽≦)
Terima kasih banyak ya, udah baca. (人 •͈ᴗ•͈)
Maaf banget baru bisa up sekarang. Kebetulan aku baru abis uas dan sekarang lagi prepare cari magang. Jadi mungkin aku bakal up, paling lama seminggu sekali ya. •́ ‿ ,•̀
Jangan lupa votmen dan share cerita ini ya. Biar kita berbagi kesenangan plus kehaluan wkwkwk.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top