Part. 26

Selama perjalanan pulang tadi Rinzy hanya terdiam, tidak mengatakan apapun. Terus terang saja, banyak hal yang ia pikirkan. Apalagi Bibi Martha yang tiba-tiba menelpon, tepat saat Alren datang dari markas geng Alrzy tadi sebelum pulang. Wanita paruh baya yang adalah Adik dari almarhum Ibunya itu, mengatakan jika meminta Mami untuk segera memberikan upahnya. Karena akan dipakai untuk keperluan nenek di kampung.

Bibi Martha mengatakan bahwa neneknya sedang sakit keras dan harus ke rumah sakit. Sejak kecil Rinzy tidak pernah dekat dengan keluarga Ibunya, apalagi nenek. Pasalnya nenek itu sangat tidak menyukai Ibunya karena menganggap bukan anak kandungnya.

Bahkan teriakan wanita tua itu masih terekam jelas dalam pikirannya. Sungguh ia sangat tidak menyukai neneknya. Lebih tepatnya sangat membencinya. Bagaimana bisa nenek itu meminta bantuannya tanpa tahu malu, setelah apa yang dilakukan pada dia dan sang Ibu dulu? Sungguh menjengkelkan.

Sweetie, kamu diem aja dari tadi. Kenapa, hm?” tanya Alren yang tiba-tiba muncul. Lantas terduduk di sebelah Rinzy,  menyandarkan kepala di bahu gadis itu. “Mikirin apa, hm? Abis kamu terima telpon tadi, kamu diem aja. Biasanya cerewet banget.”

Rinzy menoleh sekilas memasang wajah datar. “Emang aku cerewet, ya?”

Ini adalah salah satu pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab. Padahal tanpa Alren jawab pun, Rinzy sudah tahu itu.

“Kenapa diem? Emang aku cerewet?” sambung Rinzy sedikit menjauhi Alren. Lalu duduk bersila menghadap laki-laki. “Jawab ganteng.”

Sontak membuat laki-laki itu terkejut. Pertama kali kekasihnya yang cerewet ini mengatakan kata itu. Apakah ini jenis godaan gadis manis seperti Rinzy.

Alren ikut duduk bersila juga menghadap gadis itu. Dengan senyuman yang mengembangkan.

“Kamu godain aku, ya?”

“Siapa yang godain kamu? Emang aku keliatan cewe penggoda?”

Alren terkekeh geli. “Nggak sayang. Aku kan cuma tanya, kamu kenapa diem?”

“Nggak ada apa-apa. Masalah kecil, aku bisa selesaiin, Recil.”

Alren mencubit gemas kedua pipinya gadis itu. Hingga membuat bibir Rinzy tertarik lebar, sungguh menggemaskan bagi Alren. Ditambah dengan rambut panjang yang dicepol dua, di kiri dan kanan.

“Kalo butuh sesuatu, kabari aku. Jangan sampe kamu merasa kamu sendiri, Sweetie. Aku selalu disamping kamu, apapun terjadi. Inget, kata-kata aku ini. Kamu itu perempuan berharga, setelah almarhum Mamaku.”

Rinzy tersenyum tipis, kemudian Alren menangkup kedua pipi gadis itu.

“Nah, gini, dong. Sebenarnya aku agak takut kamu kenapa-napa. Soalnya, tadi kita sempat lewat jalan sepi yang banyak pohon besar,” lanjut Alren kemudian tertawa kecil.

Gadis itu langsung melayangkan pukulan, tepat di bahu Alren sebelah kiri. Hingga membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan.

“Nggak usah, aneh-aneh,” ujar Rinzy lalu kembali berbalik membelakangi Alren dan kembali menonton berita. “Lain kali, kita lewat jalan rame aja.”

Terdengar kekehan kecil keluar dari mulut laki-laki itu. “Kamu takut ya?” goda Alren. “Makanya peluk aku, biar kamu nggak takut.”

Rinzy meraih remote televisi menekan tombol power untuk mematikan televisi itu. Meletakkan kembali remote itu. Gadis itu menoleh laki-laki itu, lalu berbalik.

“Sengaja manfaatin aku, biar bisa pelukan. Modus banget, Bocil.”

“Mau peluk boleh?” tutur Alren dengan memasang wajah sedikit menekuk seperti anak kecil. “Boleh?”

“Bentar,” ucap Rinzy terhenti. Saat menyadari jika laki-laki dihadapannya ini, masih memakai baju yang sama saat pergi ke kafe. “Mau kemana lagi? Balapan?”

“Bukan, sayang. Aku ada urusan bentar. Boleh ya?”

“Seriusan? Nggak bohong?”

“Ngapain aku boong sama pacarku yang paling cantik, manis, pintar dan sedikit cerewet ini?”

“Semua cowok sama aja. Kalo ada maunya pasti dibaik-baikin. Kamu kan mantan buaya.”

“Masa kalo aku minta sesuatu, harus dijahatin? Kalo gitu, nggak bakal dikasi, dong sayang.”

“Emang kalo kamu baikin bakal aku kasi izin? Pede banget kamu, Recil,” balas Rinzy seraya menahan tawa melihat reaksi wajah Alren. “Aku nggak kasi, besok ada ulangan harian. Mesti bangun pagi.”

Rinzy langsung bangkit berdiri. Namun tepat saat beranjak masuk kamarnya, Alren sudah lebih dulu menarik pergelangan tangan gadis itu.

Sweetie,” panggil Alren. “Padahal aku udah tahan malu, tau.”

“Tahan malu ngapain? Perasaan kamu nggak ngapa-ngapain?”

“Ini, liat aku udah gini,” balas Alren seraya menunjukkan ekspresi wajahnya yang berusaha dibuat selucu mungkin.

Rinzy menahan tawanya melihat wajah Alren yang sangat menggemaskan itu. Rasanya laki-laki itu seperti lupa, kalau ia sudah delapan belas tahun. Sejujurnya kekasihnya ini memiliki lucu dan seksi dalam satu. Terkadang membuat Rinzy lupa, jika ia sudah memiliki kekasih.

“Sini aku peluk. Kasian banget, Bocil.” Rinzy merentangkan tangannya, kemudian laki-laki itu memeluk perut ramping kekasihnya.

Gadis itu tersenyum tipis, seraya memeluk Alren. Ia mengusap lembut rambut laki-laki itu. Kalau boleh jujur, kalimat yang dilontarkan tadi. Tanpa sadar keluar begitu saja. Ternyata manfaat skinship sebaik ini.

Dulu Raka pernah mengatakan apa saja manfaat skinship dalam sebuah hubungan. Hanya saja Rinzy sangat tidak nyaman jika bersentuhan begitu. Bahkan berpegangan tangan saja hanya dua kasi selama mereka berpacaran.
Tapi kenapa dengan Alren semudah ini, bahkan ia merasa nyaman.

Padahal hanya sekadar mengacak-acak rambut, cubit pipi. Rasanya jantung ini sangat lemah pada hal itu. Dalam perasaannya, ia takut jika sampai menyukai Alren lebih dari Raka. Bagaimanapun Raka tetap kekasihnya.

Dibalik Rinzy yang tengah mengusap lembut rambut laki-laki itu. Ada lelaki yang sedang menahan malu. Hingga wajahnya sedikit memerah dan disembunyikan di perut gadis itu.

“Masih malu nggak sekarang?” tanya Rinzy melepas pelukannya. Namun, Alren menahan dan kembali menarik pinggang gadis itu. “Ini jadi pergi atau enggak?”

“Masih pengen peluk sebentar,” balas Alren dengan suara yang kurang jelas.

“Iya bentar aja.”

“Sweetie,” tutur Alren seraya menengadah. “Kamu sayang sama aku kan?”

“Hm?”

“Pas awal jadian kamu nggak balas.”
Perlahan Rinzy melepas pelukannya. Kemudian kembali terduduk di sebelah Alren.

“Emang ya? Kayanya udah.”

Alren menatap datar kekasihnya itu. Jelas-jelas ia ingat betul, kalau Rinzy belum membalas perkataannya waktu itu.

“Ngomong sekarang, dong. Nanti aku beliin hadiah, deh.”

“Recil, itu tuh kalimat yang nggak sembarang diucapin. Jadi, cuma orang berharga banget buat kamu.”

“Ya, kamu salah satunya. Kan aku pacar kamu, Sweetie.”

Rinzy bangkit berdiri. “Udah, cepetan pergi. Katanya ada urusan. Ini ketua geng, manja banget.”

Alren tersenyum manis mencubit gemas sebelah pipi gadis itu. “Iya, Sweetie. Lagian aku cuma manja sama kamu aja.”

Beginilah kelakuan asli yang katanya ketua geng motor paling galak dan dingin. Tingkahnya lebih menyerupai anak kecil, terkadang rasanya Rinzy tengah menjadi babysitter dan terkadang jadi pembantu. Apakah ia harus meminta upah lebih? Astaga, tidak mungkin juga.

Setelah kepergian kekasihnya itu, Rinzy merebahkan tubuhnya di sofa. Namun ia malah ketiduran. Hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan begitu keras hingga membuat gadis itu terbangun. Saat melihat jam dinding, ternyata baru pukul sepuluh malam. Ia baru tertidur lima belas menit.

“Iya, bentar, Recil,” teriak Rinzy seraya merapikan rambutnya seraya dikuncir asal.

Gadis itu meraih knop pintu dan membuka pintu.

“Risha, kamu nggak angkat telpon Bibi kamu sendiri? Kamu mau jadi anak durhaka sekarang?”

“Bibi Martha ngapain ke sini?”

“Bibi, mau kamu minta uang lebih banyak lagi sama Mami Alren itu.”










Hayiii semuaaa (≧▽≦)
Sebelumnya maaf banget, aku beberapa hari ini upnya kadang seminggu sekali ಥ_ಥ

Kadang rl itu sangat menyibukkan, tapi aku usahain selalu update secepatnya yaaa

Oh iya, kalian setuju ngga sih? Kalo aku ganti visual Alren. Sebenarnya visual ini, mau aku pake pas dapat ide cerita ini. Cuma agak bimbang waktu itu ༎ຶ‿༎ຶ

Jadi, kayanya aku ganti visual Alren kaya pas awal aku buat cerita ini.

Ganteng ngga? Ganteng banget dong wkwkwk.

Couple teruwu (◍•ᴗ•◍)

(◍•ᴗ•◍)
Ria sheria
23/11/21

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top