Part. 12
Sepanjang hari ini cukup melelahkan belum lagi harus menjaga bocah itu. Sampai dibuat geram olehnya. Tapi, karena kejadian tadi membuatnya sedikit terhibur.
Gadis itu berpura-pura menjadi wanita yang tengah hamil yang diomeli suaminya karena mengidam. Beruntunglah Alren tidak dikeroyok orang sekitar. Wajah laki-laki sukses membuatnya tertawa geli.
Perjalanan cukup jauh dari kafe sampai rumah. Sepanjang perjalanan sesekali Rinzy tertawa samar-samar seraya menepuk pundak Alren hingga membuatnya kesal, itu salah satu hiburan Rinzy.
Setelah memasukkan motor ke teras dan mengunci pagar. Rinzy membuka kunci rumah.
"Muka lo kaya cape banget, bukannya gue yang capek?"
"Bacot lo, gue mau tidur ngantuk," balasnya lantas melesat masuk.
"Bocil, astaga!" Mulut Rinzy ternganga setengah melihat laki-laki sepatunya sembarang.
Tepat saat Alren akan membuka knop pintunya. Rinzy menarik tudung jaketnya.
Laki-laki itu berbalik. "Apa lagi sih, anjir?"
"Mandi dulu baru ke kamar. Kuman tau nggak?"
"Males."
Rinzy lantas berdiri depan pintu.
"Dibiasain, jadi lo tidur juga enak bersih. Jorok banget, bocil. Buruan mandi aja sebentar."
"Cerewet banget lo ah, ngomong mulu."
"Lo harus dicerewetin."
Rinzy mendorong tubuh Alren. Dengan pasrah laki-laki menuju kamar mandi.
"Aduh, nggak sanggup gue kalo punya anak macam tuh bocil."
Sembari menunggu Alren mandi, gadis terduduk bersandar ke tembok. Ia memainkan ponsel seraya membaca webcomic favoritnya. Samar-samar ia terkekeh melihat tingkah tokoh perempuan dalam webcomic itu.
Rinzy yang baru saja bangkit berdiri dan akan menuju dapur. Tidak sengaja ia hampir menabrak Alren.
Kedua mata gadis itu membulat sempurna. Ia sungguh terkejut melihat tubuh laki-laki benar-benar-astaga apa yang dipikirkan?
Tidak ingin terus memandangi Alren. Gadis itu lantas berbalik, membelakangi Alren.
"Heh bocil! Pake bajunya, mesum banget." Sembari menutup netranya.
"Baju gue basah, kenapa? Lo terpesona?" Alren tersenyum miring, seraya melangkah mendekati Rinzy.
"Dih, pede banget. Minggir, gue mau lewat," balas Rinzy
Alren sengaja menghadang langkah Rinzy, gadis itu menabrak dada bidangnya. Tepat kedua tangannya memegang dada laki-laki itu.
Rinzy mengerjap beberapa kali, kemudian memundurkan tubuhnya.
"Tangan lo nakal juga."
"Eh, g-gue nggak sengaja, bocil."
Alren tersenyum tipis melihat gelagat gadis itu yang terlihat salah tingkah.
"Salting kan lo?"
"Apaan, sih? Lo ngapain di sini? Gue mau lewat minggir. Lo sengaja mau ngerjain gue kan? Ish, ngeselin nih, bocil. Balik kamar sana, bobo."
Alren hanya mengangguk beberapa kali seakan mendengar gadis cerewet ini.
"Cerewet banget mulut kecil lo," tutur Alren melipat kedua tangannya depan dada, seraya merendahkan tubuhnya mendekati wajah Rinzy.
Buru-buru Rinzy menutup mulut dengan telapak tangannya.
"Untung gue cowok baik-baik," sahutnya sebelum masuk ke kamar.
"Lo cowok baik-baik? Nggak salah denger gue? Udah ngantuk nih, bocil. Udah cepet masuk kamar."
***
"Lo kenapa, Zy? Nggak tidur lagi?" tanya Dhea tepat saat baru saja sampai di kelas dan terduduk di depan Rinzy. "Hari ini nggak ada ulangan harian kok. Santai aja, Zy."
Rinzy melempar senyuman tipis. "Gue nggak bisa tidur karna bocil, Dhe."
"Atau belum sarapan?" tanya Dhea lagi.
"Kurang tidur aja, Dhe."
Gadis berponi itu mengangguk kecil. "Oh, temenin ke kantin beli permen, yuk."
"Bol-"
"Nggak boleh," ujar seseorang yang mendadak muncul dari belakang Rinzy.
Dengan baju seragam di luar, tidak memakai dasi dan jangan lupa wajah angkuh yang membuat Rinzy geram.
"Lo pergi sendiri, dia itu pembantu gue. Cuma gue yang berhak nyuruh dia," sambung Alren dengan santai.
Dhea yang tidak mau terlibat dengan laki-laki itu, lantas bangkit berdiri.
"I-iya, gue aja Zy," sahut Dhea lantas beranjak pergi.
Melihat teman pergi, buru-buru Rinzy bangkit berdiri. "Eh, Dhea gue juga mau-" ujarnya terpotong.
"Mau ke mana lo cewek pulpen?" Alren menarik pergelangan tangan hingga gadis itu menabrak dadanya. "Inget, lo pembantu gue?"
Rinzy melepas kasar genggaman Alren. "Sialan, yang bilang gue pembantu lo siapa?"
"Gue lah, barusan tadi. Nggak denger?"
Rinzy mendengus kesal. "Mami, tolong banget anakmu ini buat aku naik darah."
"Gue cuma membantu, lo paham kata bantu nggak? Bukan pembantu, bocil."
Alren membungkukkan tubuhnya, mendekati Rinzy hingga membuat gadis itu kembali terduduk. Sejenak Alren memandangi wajah gadis itu.
"Bukan seharusnya lo seneng? Lo suka sama gue dan kita tinggal bareng. Ya kan, cewek pulpen?"
Baru saja Rinzy akan merespons perkataan laki-laki itu. Tiba-tiba tangan untuk menyanggah tubuhnya di sedikit bagian samping kursi seketika licin. Hingga tubuhnya goyah.
Dengan cepat Alren menangkap pinggang Rinzy dan satu tangan lagi menahan di meja belakang. Beruntunglah ia cukup kuat, kalau tidak mereka berdua akan terjatuh.
"Katanya nggak takut sama gue? Lo aja ngehindar dari gue sampe mau jatuh."
"Bocil, lo bikin gue sesek napas," ujar Rinzy seraya memejamkan matanya.
"Kenapa?"
"Gue nggak bisa napas, lo terlalu deket."
Alren tersenyum tipis, kemudian mengangkat tubuh Rinzy kembali berdiri tegak.
"Napas lagi anjir, nanti lo mati lagi."
Gadis itu menghela napas panjang sejenak, sebelum wajahnya beralih pada Alren yang terus memperhatikannya.
"Lo, jangan terlalu deket sama gue kaya tadi."
"Kenapa?"
"Gue mati ditempat lo mau tanggung jawab?!"
Part ini agak pendek, maaf yaa 🥺😭
Tapi tenang besok aku bakal up lagi kok.
Yang udah baca sampe sini pada penasaran nggak sih sama Rinzy?
Atau aku doang? 🤔😂
Mungkin besok atau lusa aku bakal up sekalian sama cast cerita Alren ini.
Terima kasih 🥰
Jangan lupa tinggalkan bintang dan komen (。•̀ᴗ-)✧
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top