"(Your name)-cchi, apakah kau benar-benar mencintaiku?"

Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari kedua belah bibir Ryouta. (Your name) yang duduk di sebelahnya hanya mengangkat alis heran dengan apa yang kekasihnya baru saja tanyakan.

"Itu... Siapa tahu (Your name)-cchi menjadi kekasihku hanya karena kasihan. (Your name)-cchi kan baik-ssu."

Hening sejenak.

Sepasang bola mata yang tadinya menatap si pirang dengan heran kini disipitkan. Kalimat Ryouta barusan membuat dahinya berkerut, juga amarahnya yang bersungut-sungut.

"Kau meragukanku?"

"Huh?"

"Kau meragukan perasaanku? Ucapanku? Semua hal yang sudah kulakukan untukmu?"

"(Your name)-cchi—"

"Apa semua itu tak ada artinya bagimu?"

"Bukan—"

"Apalagi yang harus kulakukan agar kau percaya, huh?" Pertanyaan terakhir sebelum si gadis berjalan keluar dari ruangan. Suara pintu yang dibanting dapat terdengar kemudian.

Lain kali, ingatkan Ryouta untuk tidak pernah menunjukkan keraguan tentang hubungannya dan (Your name).