Teriakan yang tertahan memenuhi ruangan dengan pencahayaan kurang. Empat orang gadis berada di sana, dengan salah satu dari mereka berdiri di tengah—di antara ketiga gadis lain yang terikat di atas kursi dengan lakban menutupi mulut mereka.

“Sejak dulu, aku tidak pernah suka dengan fans dari Ryouta...”

Suara lirih itu terdengar berbahaya bak desisan ular berbisa ketika (Your name) melangkahkan kakinya mendekati gadis pertama. Sebilah pisau yang berada di genggaman tangannya ia angkat tinggi-tinggi.

“Pertama... Mereka berisik!” serunya sambil menancapkan pisau itu ke leher si gadis malang sebelum kemudian berpindah ke gadis selanjutnya.

“Kedua... Mereka sangat manja!” sebuah seruan kembali terdengar diikuti pisau yang diarahkan ke bagian tengkuk si korban.

(Your name) mendengus geli.

“Ketiga...” kepalanya masih tertunduk ketika kata itu keluar. “Mereka itu selalu saja berusaha merebut Ryouta dariku!” seruan terdengar bersamaan dengan (Your name) yang tiba-tiba berlari menerjang di gadis terakhir dan tanpa ampun ia menghujamkan pisau itu ke dada si gadis malang.

(Your name) sungguh tidak menyukai fans Ryouta.

Bahkan setelah apa yang ia lakukan sekarang, (Your name) tetap tidak akan pernah menyukai fans dari Ryouta.