T- Tinggi Badan | Nakahara Chuuya
Chuuya dan tinggi tidak akan pernah menjadi satu tanpa ada kata tidak di tengahnya. Oke, Chuuya akui dirinya memang tidak tinggi alias pendek. Salahkanlah tinggi badannya yang berhenti tumbuh meskipun ia sudah rajin minum susu. Entah itu susu sapi, susu kambing, susu kuda laut, atau bahkan basi sekalipun.
Pemuda berambut jingga itu selalu bertanya-tanya, kenapa takdir begitu kejam padanya hingga ia terlahir dalam keadaan tinggi badan di bawah rata-rata seperti ini?
Apalagi Chuuya kini memiliki pacar yang jauh lebih tinggi darinya. Lengkap sudah penderitaan manusia pendek itu.
Sebenarnya bukan masalah sih memiliki pacar yang tinggi semampai. Hal itu mungkin menjadi impian para lelaki di luar sana. Tapi sayangnya, Chuuya bukan termasuk salah satu mereka. Tidak dengan tinggi badannya yang memprihatinkan itu.
Jujur, Chuuya selalu merasa kesal setiap kali dirinya tengah berjalan bersama sang kekasih. Tidak, bukan karena kekasihnya itu menyebalkan, melainkan bacotan setiap orang yang berpapasan dengan mereka lah yang menyebalkan.
Tidak jarang orang-orang mengira bahwa mereka ini kakak-adik atau bahkan ibu dan anak. Sungguh menyebalkan.
Kini Chuuya dan [Name] baru saja memasuki toko buku saat mereka bertemu dengan seonggok manusia berambut coklat dengan sebuah buku bertuliskan 1001 cara bunuh diri yang dijamin masuk surga di tangannya. Silahkan kalian tebak sendiri. Chuuya tidak sudi menyebut nama orang itu. Haram hukumnya.
"Nee, kalian sedang apa di sini?"
"Kau pikir apa yang dilakukan orang di toko buku? Tawuran?"
"Ketus seperti biasa." cibir Dazai sebelum menatap gadis berambut [hair color] yang berdiri di samping Chuuya. "[Name]-chan, aku heran. Kenapa kau bisa tahan berpacaran dengan bocah cebol bermulut pedas ini."
[Name] hanya meringis, sedangkan Chuuya siap untuk adu jotos jika saja manusia freak bernama lengkap Osamu Dazai itu tidak segera lari dari TKP.
"Dasar maniak. Aku harap dia ditabrak truk sampah agar dia cepat terbang ke akhirat." ucap Chuuya kesal sebelum berjalan menuju rak buku. [Name] mengikutinya dari belakang.
"Kau ini. Tidak bisakah akur dengan Dazai walau hanya sebentar saja?" tanya [Name] pada Chuuya yang kini sibuk memilah buku. Entah buku apa yang pemuda bermata biru itu cari. Cara cepat menjadi tinggi, mungkin.
"Lebih baik aku dilindas odong-odong daripada harus akur dengan dia."
[Name] hanya bisa menghela napas mendengar jawaban ketus Chuuya, "Terserah kau sajalah." lalu gadis itu beranjak untuk mencari novel kesukaannya.
Chuuya menatap kepergian [Name] sebelum kembali fokus pada pencariannya.
Gotcha!
Manik biru Chuuya berbinar saat menemukan buku yang ia cari. Namun beberapa saat kemudian tatapannya berubah datar saat menyadari sesuatu.
KENAPA BUKU ITU ADA DI RAK YANG PALING TINGGI?!
Chuuya mendengus. Gengsinya terlalu tinggi untuk meminta bantuan pada orang lain, apalagi hanya untuk mengambilkan sebuah buku. Alhasil, pria pendek itu berjinjit agar bisa mengambil buku tersebut.
Butuh perjuangan hingga jarinya bisa menyentuh sampul buku itu. Sedikit lagi. Sedikit lagi ia bisa mengambil buku itu jika saja tidak ada tangan lain yang meraih benda incarannya tersebut.
"Minta tolong pada orang lain apa susahnya?"
Chuuya menoleh, dan ia mendapati sang kekasih kini tengah menatapnya.
"Aku bisa sendiri, kok. Untuk apa minta bantuan pada orang lain." Manik biru Chuuya menghindari tatapan [Name] yang masih mengarah padanya.
Gadis berambut [hair color] itu menghela napas. Tangannya yang tidak memegang buku terangkat untuk menyentuh wajah Chuuya agar pria itu menatapnya. "Seharian ini wajahmu kusut. Apa aku membuatmu kesal?"
Chuuya tersentak mendengar pentanyaan kekasihnya itu, "Apa? Tentu saja tidak. Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Kau selalu terlihat kesal setiap kali kita pergi berdua. Aku pikir kau tidak suka menghabiskan waktu bersamaku." ucap [Name] pelan seraya menundukkan kepalanya.
"Jangan konyol, [Name]. Aku memang sedang kesal. Tapi bukan padamu. Aku kesal pada ...."
"Pada apa?"
" ... pada ... tinggi badanku."
Butuh beberapa detik agar [Name] bisa memproses kalimat yang keluar dari mulut Chuuya.
"Hah?"
"A-aku tau ini tidak penting, tapi -..."
"Chuuya..."
Chuuya menatap [Name] saat kekasihnya itu memanggil namanya dengan lembut.
"Aku tidak peduli orang lain bilang apa tentangmu. Mau kau tinggi ataupun pendek, kenyataannya aku tetap mencintaimu. Jadi, kumohon. Tolong berhenti memikirkan hal itu." [Name] tersenyum manis saat mengatakannya, membuat Chuuya mau tidak mau ikut melengkungkan sebuah senyuman.
"Lagipula, aku suka kau lebih pendek dariku."
Kalimat [Name] berhasil melunturkan senyuman di wajah pria bersurai jingga itu, "Kau meledekku?"
"Tentu saja tidak. Kau mau tau alasannya?"
"Aku tidak peduli." Chuuya membuang wajahnya ke samping. Sedikit kesal sebenarnya. Namun kekesalan itu menguap entah kemana saat [Name] membuatnya menoleh dan detik itu juga sebuah material lembut menyentuh keningnya.
"Karena jika kau tinggi, aku tidak bisa melakukan hal ini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top