Chapter 09
15 menit.
Waktu yang di berikan Satoru kepadanya.
Sang Alpha dominan kali ini datang, memasuki ruangan dengan beberapa anak buahnya yang lain-----Geto Suguru yang dikabarkan sebagai tangan kanannya pun juga ikut serta dalam menyaksikan tumpukan manusia yang baru saja diciptakam Megumi dengan kedua tangannya yang kini kotor dengan bercak darah.
Pria muda yang katanya adalah seorang Beta biasa itu duduk di atas tumpukan, memandang ke arah bawah dengan raut wajah datar dan sorotan mata sedingin kutub. Ditangannya ia memainkan, memutar-mutar sebuah pistol yang isinya telah dia lempar ke sisi lain ruangan. Namun apabila dirasa gerombolan yang dipimpin Satoru akan melakukan hal aneh, Megumi sudah siap dengan pistol rampasan lain yang sembunyikan di balik saku jasnya.
"Sepertinya bawahanmu tidak sependapat denganmu huh," komentar Megumi seolah menguncangkan seisi ruangan. Selain Suguru yang paham betul akan ketertarikan Satoru pada Megumi, bawahan yang lainnya nampak gugup akan seringaian bos mereka. Mungkin Megumi terlalu lancang saat berbicara dengannya.
"Walaupun kau bilang ujian tapi mereka hampir saja membunuhku," imbuhnya lalu melempar pistol di tangannya sampai di bawah kaki Satoru.
"Karena mereka punya persepsi yang berbeda dari kita," jawab Satoru seraya membungkuk untuk memungut pistol di bawah kakinya. "Seharusnya tadi kau bunuh saja mereka. Dengan begitu pekerjaan mereka akan lebih ringan," terangnya setelah para bawahan di belakangnya mulai mengangkut orang-orang yang barusan dilawan Megumi.
"Hmm..." Megumi berdehem tanpa berkomentar apapun. Dengan santainya ia menuruni tumpukan manusia, tanpa peduli kalau harus menginjak mereka. Dia nampak tak begitu peduli. Toh, berurusan dengan sengketa Yakuza tidak akan memberinya keuntungan apapun, yang ada malah bisa-bisa dia kena batunya.
Senyuman Satoru semakin melebar, seolah-olah mengetahui apa yang sedang dipikirkan Megumi. "Mereka orang-orang yang tak lama membocorkan rahasia ku," pria itu malah mulai bercerita. Bagaikan kekerasan yang sudah terjadi di ruangan tersebut, hanyalah sebatas pertikaian antar teman.
"Melawan mereka memang ujian untukmu. Namun dimata mereka semua, kau adalah orang yang kusuruh untuk membasmi mereka," terangnya sembari mendekati Megumi yang menatapnya risih. "Aku benar-benar yakin kalau kau tidak akan meninggalkan mereka dengan luka-luka ringan seperti itu," bisiknya di sebelah telinga Megumi kemudian.
Megumi sampai membisu untuk sesaat, sebelum dia menghela nafas penuh kesabaran. Entah apa yang telah didapatkan Satoru selain informasi mengenai hutang-hutangnya, batinnya bertanya seraya ia menyalakan rokoknya.
"Jadi?" tanyanya setelah dia menyesap dan menghembuskan asap rokoknya. Ekpresi wajahnya yang datar terang-terangan menunjukan ketidak peduliannya akan ocehan Satoru barusan. Dia tidak peduli apakah Alpha itu berusaha mengancamnya atau sekedar mencoba membuatnya bingung.
Namun ketimbang tersinggung, Satoru nampaknya malah semakin terhibur. Suguru yang sudah bertahun-tahun lamanya bersama dengannya, mengenal baik cengiran puas yang kini terpatri di bibir pria tampan tersebut.
"Mulai hari ini kau akan menjadi pengawal pribadiku!" jawab Satoru dengan nada ceria dan senyuman lebar. Bahkan jawabannya tersebut membuat Megumi yang mulanya nampak acuh tak acuh, melotot lantaran sedikit terkejut akan posisi barunya.
"Pengawal? Untukmu?" Megumi lantas bertanya-tanya sambil bersedekap dada. "Orang sepertimu tak membutuhkan pengawal!" imbuhnya tanpa segan.
"Eh!? Tapi bos besar selalu mempunyai pengawal pribadi," ujar Satoru yang membantah dengan kekanakan. "Suguru memang selalu mengikutiku tapi dia bukan pengawalku," terangnya ketika Megumi menatap curiga ke arah Suguru.
".......itu karena kau memang tidak membutuhkan kawalan." Bagaikan melaikat penolong, Suguru pun setuju dengan Megumi. Dia pasti juga merasa sangat bodoh kalau sekarang mau mengikuti keinginan gila Satoru. Apalagi setelah insiden tadi, memasukan orang baru bahkan sampai memberikan posisi pekerjaan yang sangat dekat dengan bos mereka. Apa nanti yang akan dikatakan orang-orang?
Satoru langsung mencibir setelah mendengarnya. "Suguru. Kau berada di pihak siapa sih?" keluhnya sambil geleng-geleng dan memegangi kepalanya dengan dramatis.
"Kau saja yang terlalu mengabaikan image mu," jawab Suguru seraya tersenyum segan pada Megumi. "Ketimbang menjadikannya pengawalmu. Aku mempunyai pekerjaan yang lebih cocok untuk Fushiguro-kun," katanya.
"Hei! Aku yang memperkerjakan Megumi tahu!" protes Satoru sambil berkacak pinggang. "Padahal sudah susah payah aku berusaha membujuknya!!" serunya yang berujung diabaikan Suguru maupun Megumi.
Mereka berdua pun mulai berbicara sendiri, meninggalkan ocehan kekanakan Satoru. "Jadi, kau ingin aku pergi berburu para pengkhianat di organisasi kalian? Dan sejak kapan semenjak informasi kalian bocor?" tanya Megumi yang kini jadi terlihat lebih santai namun juga serius mendengarkan penjelasan Suguru.
"Sebenarnya informasi yang bocor tidak seberapa," jawab Suguru sembari mengeluarkan rokoknya. "Kita menduga kalau informasi ini bocor dari salah satu bar kami," terangnya lalu menyalakan rokoknya sebelum menghisapnya.
"Karena Satoru hari ini tidak punya jadwal. Dia sendiri yang akan mengantarkan dan menjelaskannya padamu," imbuhnya lalu menoleh pada bosnya yang kini menatapnya penuh harap. Megumi yang mengikuti kemana dia menoleh lantas hanya menjawab dengan deheman dan anggukan kecil, mungkin dalam hatinya bertanya-tanya sebenarnya siapa bos disini?"
Mata Satoru langsung berbinar, seolah dia mengucapkan terimakasih banyak pada Suguru yang hanya menatapnya dengan jengah. "Bagaimana kalau sekarang kita pergi melihat bar yang dimaksud Suguru?" tanyanya lalu sambil mengandeng tangan Megumi yang kebingungan melihat perubahan sikapnya.
Megumi pun terpaksa hanya mengikutinya saja. Walaupun dia menolaknya sekalipun, Satoru pasti akan tetap menariknya dan membawanya pergi kemana pun yang dia maksud.
OXO
Bar yang dimaksud adalah tempat yang nyaman dan terlihat mewah, dari bagian depannya saja sudah terlihat besar. Lantai satunya adalah lobby yang juga menyediakan Casino, di pojok ruangan tersedia meja bartender yang menyediakan kebutuhan minum para tamu. Namun lantai tersebut dibuka untuk umum, tidak sebanding dengan yang berada di lantai atas.
Di lantai dua terdapat kolam renang dan juga area diskotik yang dilengkapi meja bartender yang beretalase lebih besar dan lengkap ketimbang dilantai satu, bahkan di bagian belakang masih disediakan sebuah ruangan untuk pelanggan yang menginginkan sedikit privasi.
Sedangkan dilantai tiga adalah untuk tamu VIP yang menginginkan privasi. Tempat yang lebih mirip hotel ketimbang bar lantaran telah dilengkapi beberapa kamar suite yang luas dan nyaman, dengan bartender pribadi.
Area Ginza selalu dipenuhi tempat-tempat mewah semacam bar tersebut. Tapi Megumi memang tidak terbiasa memasuki tempat semacam itu namun dia juga bukan orang udik. Dia hanya diam mengamati sekelilingnya, tanpa mengubah raut wajahnya yang datar dan nampak seperti bosan itu.
Sekarang di kepalanya hanya dipenuhi urusan pekerjaan, apalagi dia tidak akan pernah bisa bersenang-senang apabila ada Satoru disampingnya. Kehadiran sang Alpha terlalu mengusiknya.
"......apa yang membuat kalian mencurigai tempat ini?" tanya Megumi setelah dia memperhatikan sekitarnya, banyak CCTV yang terpasang disetiap sudut ruangan. "Bukannya keamanan di tempat ini cukup menjamin?"
"...yah. Tapi kalau kau mencurigai pegawai mu sendiri....mungkin akan beda cerita," imbuhnya setelah ia mengingat penjelasan Suguru dan Satoru sebelumnya.
"Hahaha..." Satoru bisa-bisanya malah tertawa ketika orang lain serius. Kalau orang itu bukanlah bosnya yang baru, Megumi pasti sudah memukul telak wajahnya yang sok tampan itu.
"Salah Megumi yang datang-datang sudah langsung membicarakan pekerjaan," ujar Satoru seraya cengengesan di depan tatapan sewot Megumi. "Bahkan dihadapan koleksi Wine ku pun, kau masih lebih mementingkan pekerjaan?" guraunya seraya mengeluarkan sebotol Wine antik.
".....kau membawaku kemari karena pekerjaan. Kau ingat?" jawab Megumi datar. Matanya hanya memperhatikan bagaimana Satoru menuangkan Wine ke dalam dua gelas. "Apalagi ini masih terlalu pagi untuk minum alkohol," imbuhnya sebagai penolakannya secara tak langsung.
"Minum sedikit saja tidak akan membuatmu mabuk. Atau apakah Megumi tidak kuat minum?" tanya Satoru menggoda seraya menyerahkan segelas Wine sebelum duduk di atas sofa. Dia lalu memutar gelasnya seraya menunggu jawaban Megumi dengan senyuman jenaka di bibirnya.
Lagi-lagi tatapan intens Satoru membuatnya terpaksa mengikuti kemauannya. Apalagi dia sedikit setuju dengan apa yang dikatakan Satoru. Minum segelas Wine tidak akan cukup untuk membuatnya mabuk.
"Terima kasih atas undanganmu," ujarnya lalu duduk di seberang. Megumi meneguk minumannya sambil pura-pura tak menyadari senyuman kemenangan Satoru. Begini saja lebih cepat, agar dia bisa secapat mungkin pulang dan membantu Tsumiki di toko bunga.
TO BE CONTINUE
NOTE:
btw ini cerita kelambatan gak sih?
sebenarnya awalnya niat bikin yang cepet dan simpel biar gak panjang. tapi kenapa malah kebablas sampai chapter 9 wkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top