Tiba-tiba Megumi merasa langkahnya tertahan, dia pun terpaku ditempatnya. Lemas. Sekujur bagaikan gundukan jelly. Seolah-olah badannya sudah tidak mampu lagi menahan gravitasi.
Megumi merasakan ada beban di pundak kirinya, alasan utama dirinya tak bisa bergerak sekarang. Di tengah-tengah siang bolong begini rupanya masih saja ada yang ingin membuat perkara dengannya. Bedebah mana yang mengganggunya? Lantas dia pun menoleh ke belakangnya.
Pria jangkung yang tubuh kekarnya dibalut oleh setelan jas hitam berkelas tinggi. Orang itu tidak sedang mengenakan kacamata hitam yang seingat Megumi senantiasa dipakainya. Surai putihnya seolah bersinar ketika terpapar matahari terik. Gojo Satoru nampak terlihat lebih muda hari ini lantaran rambutnya yang biasa disisir rapi ke belakang kini turun sedikit menutupi wajahnya.
Alpha Dominan selalu dianugrahi oleh paras dan tubuh sempurna. Megumi yang diingatkan oleh kenyataan tersebut lalu dibuatnya tertegun sesaat. Ditengah kondisi krisisnya. Sepasang iris hijaunya mengamati ketampanan pria tersebut.
"Megumi."
Suara Satoru membuatnya terengah pendek. Megumi langsung tersadarkan dari bawah pesona yang seharusnya tak pernah ia terjebak didalamnya. "Enyahlah," titahnya mengusir. Satoru pasti bisa mendengarnya. Suaranya terdengar lirih dan lemah, sedikit bergetar pula.
Lelaki Omega itu lantas membuang mukanya seraya memberikan dorongan pada Alpha tersebut. Megumi bukan tipe yang menyukai menerima belas kasihan orang lain. Terutama dari kaum Alpha. Perlakuan tersebut hanya membuatnya semakin membenci dirinya sendiri.
"Seperti yang kau lihat. Aku tidak sedang dalam kondisi untuk meladenimu dan kebodohanmu," Megumi berkata berusaha sebisa mungkin terdengar biasa. Namun sepertinya usahanya gagal total. Suaranya masih terdengar memalukan di telinganya.
Megumi cepat-cepat berbalik arah. Dia juga tidak ingin membuat kehebohan di tengah publik. Seharusnya mereka sama-sama menginginkan ketenangan publik. Apa untungnya pula seorang Yakuza menarik perhatian keramaian?
Tapi sepertinya Megumi salah total. Ketika langkahnya hendak menginjak tanah. Lagi-lagi tubuhnya tak bergerak sesuai dengan keinginannya. Megumi kembali menoleh ke belakang, menemukan pergelangan tangannya yang digengam erat oleh tangan pucat lelaki yang seharusnya tak mengikut campuri urusannya.
"Kalau aku melepaskanmu sekarang. Apa rencana mu setelah ini?"
Megumi menatapnya aneh. Pertanyaan macam apa yang telah terlontarkan dari bibir pria yang tersenyum sombong itu? Seperti menantangnya atau mengejeknya. Megumi merasa dia tidak akan pernah bisa menebak niat asli si Alpha Dominan.
".....aku mau ke apotek dekat rumahku. Minum obat lalu membantu Tsumiki seperti biasanya," walau enggan. Megumi tetap patuh menjawabnya. Merasa itu adalah pilihan paling tepat untuk mempercepat urusan mereka.
"Kau masih bisa memikirkan pekerjaan di tengah kondisi seperti itu?" tanya Satoru dengan wajah murni penasaran. Bahkan Suguru yang rajinnya luar biasa itu tidak akan berbuat sejauh Megumi.
"...mau bagaimana lagi. Tidak ada tempat untukku tidur. Jam segini lantai satu masih dipenuhi orang," mungkin dikarena kan demamnya. Megumi lebih patuh hari ini. Tumben dia bersedia menjelaskan situasinya sampai akhir.
Satoru terdiam. Senyumnya menghilang tapi tangannya masih mencengram pergelangan tangan Megumi. Pemilik tangan tersebut hendak menariknya dan tak dibiarkannya lepas begitu saja, genggamannya malah semakin erat.
"Tidak boleh," ucapan itu sekaligus Feromon kuat yang tiba-tiba menerpa kelima indera si Omega. Megumi bergetar di hadapannya namun sepertinya tak di sadarinya.
"Kemarilah. Lebih baik kau beristirahat di tempatku."
Megumi langsung berjengit. Dia bahkan tak mempercayai telinganya sendiri. Bisa-bisanya Gojo Satoru mengatakan sesuatu yang tak masuk diakal, sampai terdengar gila malah. Apanya yang kurang jelas? Keduanya tidak memiliki hubungan apapun selain karena ikatan hutang piutang.
".....jangan bodoh. Kenapa kau kira aku mau mengikutimu?" tanya Megumi ketus. Membelot dengan sedikit tenaganya yang tersisa. Walaupun mengetahui itu hanya akan berakhir sia-sia. "Hei Gojo! Berhenti menarikku!!" pintanya ketika tangannya di tarik untuk mengikuti arah pria jangkung itu berjalan.
Satoru berhenti lalu menoleh ke belakangnya. Dia kembali tersenyum jenaka ketika di temuinya wajah Megumi yang nampak kesusahan mengikuti langkahnya yang lebar. "Pilihlah. Kau lebih suka aku menarikmu seperti ini," tiba-tiba sang Alpha mendekati Megumi dan memeluk pinggangnya, membawanya dekat dengan tubuhnya yang beraroma maskulin.
"Atau aku mengendongmu ala putri?" sambungnya diikuti kekehan pelan karena melihat wajah Megumi yang memerah padam berkat ulahnya. "Asal kau tahu. Aku tidak akan menerima jawaban diluar dua pilihan tersebut."
Sungguh luar biasa mengesalkan. Sekujur tubuh Megumi sampai bergetar karenanya. Andai kondisinya tidak lah seburuk sekarang. Megumi pasti sudah menghajarnya di tempat. "Aku paham. Tolong lepaskan aku," pintanya dengan suara tenang. Walau mereka berdua mengetahui kalau nada berbicara itu sangatlah berbeda jauh dibandingkan emosinya.
"Aku tidak akan kabur. Aku akan mengikutimu dari belakang. Jadi lepaskan tanganku," pinta Megumi memelas seraya menggigit bibir bawahnya. Wajahnya sudah memerah padam sampai ke ujung telinga. Entah karena malu atau karena demamnya.
Mendapati ekpresi tersebut. Satoru malah berkeinginan untuk melakukan hal yang sebaliknya. Megumi sangatlah menggemaskan ketika dia menjahilinya.
"Ah. Kau ingin aku menggendong mu huh," itulah hasil akhir yang ditentukan Satoru. Tanpa basa-basi dia langsung mengangkat tubuh Megumi, mendekapnya dan menyelimutinya dengan Feromon Alpha yang kental.
Megumi ingin berteriak sekencang-kencangnya. Ini berada di luar kemauannya. Mau ditaruh mana mukanya!!? Spontan dia membenamkan wajahnya ke dada bidang Satoru. Terpaksa. Itu satu-satunya jalan untuk menyembunyikan dirinya. Dia ingin kabur dari perhatian orang-orang.
Sementara Satoru. Dia tidak memperdulikan tatapan orang di sekelilingnya. Perhatiannya hanya jatuh pada pria kecil dalam gendongannya. "Seperti biasa kau mengeluarkan aroma manis. Kau yakin kau bukan Omega hmm?" tanyanya sambil mengusap belakang kepala Megumi.
"....sudah kubilang kan cuma kau saja yang menciumnya," jawab Megumi lirih.
OXO
Megumi pingsan di tengah jalan. Ketika siuman dia terkejut lantaran telah menemukan dirinya sedang berbaring diatas ranjang besar berukuran King bersprei biru. Dia tidak mengingat apapun sebelum sampai di kamar mewah yang asing.
Setidaknya dia mengingat telah bertemu dengan Gojo Satoru. Pasti. Apapun yang terjadi padanya saat ini dikarenakan ulah pria tersebut. Megumi spontan menghela nafas panjang, meratapi nasib sialnya. Terlibat dengan Alpha adalah sesuatu yang selalu dihindarinya. Khususnya Alpha laki-laki.
"Badanku sakit semua...." keluhnya berbisik lalu berlahan kembali memejamkan matanya. Dia memang membenci situasi dimana dia berada sekarang. Dia masih tidak mampu bergerak banyak. Kalau tidak mana mungin Megumi memilih untuk tetap diam.
Ruangan tersebut. Dipenuhi aroma yang memabukan namun juga menenangkan. Diatas ranjang besar dengan sprei lembut beraroma familiar. Feromon Alpha yang selama ini belum pernah mempengaruhinya. Libidonya terangkat. Megumi mulai terengah. Sekujur tubuhnya kembali memanas, berlahan membakarnya. Diikuti dengan tetesan air mata yang meleleh dan merembes membasahi pipinya.
"....apa yang terjadi dengan badanku?" tanyanya sambil terisak. Emosinya tak stabil. Dia mulai mendambakan sesuatu yang tak diketahuinya dan dia menangis karenanya.
Ini adalah kegilaan besar. Megumi tak bisa lagi memahami tubuhnya sendiri, seolah sukujur tubuhnya bukan lagi punyanya. Ketika dia membuka matanya. Perhatiannya pun langsung jatuh pada jas hitam beraroma lebih kuat dan lebih kental ketimbang barang lain di kamar tersebut.
Tanpa pikir panjang Megumi mengambilnya lalu membalut dirinya dengan jas tersebut. Entah mengapa aroma yang menempel pada pakaian tersebut membuatnya lebih tenang. Namun pada saat yang sama dia masih menginginkan lebih.
Dia menginginan pemilik aroma tersebut. Alpha Dominan yang telah membawanya kemari. Semakin dia memahami hasratnya, semakin tangisannya mengalir deras. Megumi terisak seraya memeluk erat setelan jas tersebut.
Dia butuh dihibur, membutuhkan belaian lembut. Megumi ingin mendengarkan suaranya. Mau betapa memalukannya, betapa menghinanya keinginannya tersebut. Megumi masih tetap menaruh hasrat terhadap Gojo Satoru.
"Megumi?"
Tiba-tiba keinginannya menjadi kenyataan. Itu suara Alpha Dominan yang sedari tadi di damba-dambakannya. Gojo Satoru. Dia sangat menginginkan pria tersebut.
"Megumi. Kau sudah siuman?" Satoru masuk ke dalam kamar lalu menutup pintunya. Gerak-geriknya pelan, tak membuat kebisingan. Mengingat ada orang sakit di dalam kediamannya. Dia datang membawakan segelas air dan satu strip tablet, meletakan semuanya di atas kabinet di sebelah ranjang.
"Megumi. Kau baik-baik saja?" Nampaknya. Megumi yang tak kunjung memberikan jawaban membuatnya mulai cemas. Satoru duduk di pinggir ranjang, mendekatkan diri di sebelah lelaki tersebut. "Kalau kondisimu tak kunjung membaik. Aku akan memanggilkan dokter," ujarnya lembut seraya membungkuk di sebelah telinga Megumi. Suaranya yang dalam terdengar lirih. Sekedar tak ingin mengejutkan.
Megumi mulanya dibuat ragu. Tapi berlahan dia mulai bergerak, menjangkau ujung lengan kemeja yang dikenakan Satoru. Dia pun kembali mengeluarkan isakan seraya memeluk pinggang Alpha yang diidamkannya.
Itu sungguh diluar dugaan. Satoru pun tercengang atas perbuatan Megumi. Dirinya binggung harus bagaimana. Terutama setelah dia menemukan jasnya sudah kusut di dalam pelukan pria tersebut.
Fushiguro Megumi selalu mengeluarkan aroma manis yang tercium samar. Satoru saat ini pun masih bisa menciumnya demikian. Bau semanis karamel yang lembut. Namun ada yang janggal dengan kelakuan Megumi.
Megumi berbuat seperti kebanyakan Omega yang masuk dalam masa Heatnya. Kondisi tersebut anehnya bertolak belakang dengan aroma manis yang tercium samar-samar. Biasanya Omega yang sedang mengalami Heat selalu mengeluarkan aroma manis yang lebih intens. Aroma yang mampu membuat Alpha kehilangan akal sehatnya.
".....tunggulah disini. Kurasa kau memang membutuhkan dokter."
Mendengar perintah tersebut. Menciptaan rasa takut yang seolah mencekik leher Megumi. "Ja-jangan pergi!" serunya nyaring lalu menarik tangan Satoru sekuat yang dia bisa. "Kumohon," pintanya memelas dengan tangannya yang lain mengusap air mata yang tak kunjung berhenti.
Satoru lagi-lagi terdiam. Tak mengatakan apapun. Dia hanya memperhatikan lekat bagaimana cara Megumi memohon padanya. Jantungnya pun mulai bertabuh kencang. Tak pernah ia sangka kalau dari semua orang. Akan ada saat dimana dia mendengarkan permohonan dari Fushiguro Megumi.
Satoru lantas menyeringai kecil. Tangannya lalu menyentuh dagu Megumi, mengangkat wajah manis lelaki bersurai hitam itu untuk menatap sepasang manik biru langitnya.
Diperhatikannya bola mata hijau yang berkaca-kaca. Satoru mengusapnya lembut lalu mengecup sudut matanya. Megumi mengeluarkan erangan halus, tak memberi penolakan. Lelaki yang dari awal pertemuan selalu terang-terangan menola kehadirannya. Kini orang tersebut tergila-gila akan sentuhannya. Membuat ada rasa puas yang memenuhi hatinya.
Kepuasan tersebut membuatnya ketagihan. Satoru ingin lebih banyak menyentuhnya.
TO BE CONTINUE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top