Chapter 19 : Panah
WUSHHH
Beberapa burung elang terbang lalu lalang. Di atas sebuah tebing tinggi Adnan dan kawan kawan mengambil star untuk memulai berlatih naik hewan terbang ini. Cukup efisien dan memicu adrenalin.
Di atas tebing ini terdapat gua yang cukuo lebar. Beberapa sarang elang terdapat disana beserta telur-telurnya.
Para induk mengerami telur yang sudah siap untuk menetas. Pejantan dibluar gua untuk dipilih Jendral Eldin menjadi kendaraan Adnan dkk.
"Mendekatlah Almerku. " pinta Eldin.
Almer mendekat. Di dekat Eldin sudah ada beberapa pejantan Elang yang amat gagah. Sayap sayap mereka membentang sepanjang 4 meter di masing masing sisinya. Lebar dan berotot. Adnan sangat berdetak jantungnya mendekati Eldin dan burung-burung peliharaannya yang luar biasa ini.
"Saya memberi kehormatan pada anda. Silahkan pilih dahulu elang saya. "
"Terimakasih Eldin. " Adnan mendekati Elang yang sedikit memiliki xorak emas. Elang itu langsung menundukkan kepalanya dan membiarkan Adnan mengelus wajahnya.
"Wah, wah. Elang itu bernama Rafael. Dia idola wanita disini. Anda langsunh mendapatkan hatinya Almerku. "
"Benarkah? Dia juga langsung mebdapatkan hatiku. Halo Rafael. "
Rafael mebikmati elusan dari Adnan.
Kemudian teman-teman yang lain memilih burung maing-masing dan mereka langsunh cocok.
Dari kejauhan Adnan selalu memantau adiknya yang mendapatkan Elang salju yang sangat cantik dengan bulu-bulu kelabu yang indah. Ia ingin sekali membawa Angela terbang bersama Rafael tapi itu pasti dilarang oleh Eldin.
"Siapa dia Angela? " Adnan menanyakan elang Angela.
"Dia Birgith. Cantik bukan? "
"Ya. Mirip sekali denganmu."
Angela tersipu malu saat Adnan memujinya. Mencoba tak terbawa persaan.
Guru Eldin membawa mereka untuk meninggalkan daratan. Mencoba tubggangan masing-masing.
Rafael mengepak sayap dengan cepat dan kuat. Mengangkasa. Adnan merasakan sensasi dilempar dari tanah dan isi perutnya seperti menggelitik kerongkongannya. Antara geli dan berdesir.
Adrenalin meningkat saat Rafael menukik tajam dan membuat manufer.
Slep
Akh.. Adnan terkejut dan kesakitan pada lengannya. Sebuah panah dart mencuat dari belakang bisepnya. Ujung lancipnya sudah menggesek tulang membuatnya ngilu. Rafael terbang dengan lincah menghindari tembakan dari penyerang di belakang Adnan kira-kira 5 meter.
Dia bukan Shinji. Sais? Karena rambut si penyerang itu berwarna putih gading seperti Sais. Tidak. Jelas wajahnya berbeda. Tetapi siapa?
"Adnan. Hindari dia! "
Apa? Peringatan darimana itu? Ternyata Shinji yang juga dikejar oleh seseorang berjubah hitam. Adnan kira ia adalah Cabaye mantan Ketua Cabang Barat. Dalam prosesi latihan pertama mereka, para musuh sudah merangsek maju.
Kali ini Rafael terbang rendah diantara pepohonan. Menyelip diantara dahan yang besar. Pengejar Adnan masih di belakang. Elangnya juga terbang dengan lincahnya. Terus menembaki sampai Rafael terkena panahnya dileher Rafael. Mereka kehilangan keseimbangan dan Rafael menbrak dahan yang melintang. Adnan terjun bebas bersana Rafael yang mungkin sudah tak bernyawa. Sayang sekali, Adnan sungguh sayang pada Rafael. Namun pertemuan mereka sangat singkat.
Bruk
Adnan jatuh bergulingan di tanah yang lembab.
"Siapa kau? Musuh? Antek-antek Mourvin? " Adnan menghunus pisaunya. Siap menyerang.
"Sinoin. Namaku. "
"Sinoin?"
Sinoin merangsek maju dengan pedang panjang. Gerakannya cepat dan tangkas. Hampir membuat Adnan kewalahan. Sabetan pedang buas dan akurat. Adnan berusaha ekstra keras menghindari mata pedang yang menyasar itu. Membuat blokade menutupi serangan lawan yang memburu.
"Apa aku punya salah padamu? "
"Ini hanya perintah."
Blarr
Ledakan terdengar entah dari arah mana. Adnan masih buta arah dan tujuan. Sementara musuh yang entah darimana itu terus menyerang. "Matamu. Tidak menatap kosong. "
"Ha. Memangnya kami zonbi? " kata Sinoin.
BLaRr..
Ledakan yang semakin keras terdengar. Semburat api mengangkasa. "Apa yang kau lakukan? " tanya Adnan panik. Ia meninggalkan lawannya dan menuju ke ledakan itu. Sinoin melemparkan sesuatu seperti tepung yang padat.
Detik bergerak dengan cepat. Adnan tersentak saat pukulan keras menghantam punggungnya membuat ia terpental ke depan.
Asap dan percikan api berkobar dari bekas ledakan di belakang Adnan. Seseorang sedang memegangi wajahnya sambil terduduk.
"Kan'an? "
"Tadi itu bahaya sekali. Peledak itu sangat mengganggu. Dan akan mencabik dagingmu menjadi serpihan. "
Adnan terkejut. Wajah Kan'an mengalami luka bakar serius separohnya. Dan lebih terkejut lagi melihat bola mata Kan'an yang hitam kelam. Benar-benar hitam tak ada putihnya selayaknya mata manusia. Melihatnya saja membuat Adnan ketakutan.
"Kau..? "
"Maafkan aku memperlihatkan wujud mengerikan seperti ini. Penutup mataku terbakar." Kan'an memungut secarik kain dan menyobeknya. Menutupi matanya dengan secarik kain panjang itu. "Kau takut? "
Adnan segera mengendalikan dirinya. Saat ini Kan'an terluka. Bukan saatnya merasa takut pada seseorang yang telah mebolongnya bukan? "Tidak. Aku hanya terkejut. Lukamu.. "
"Tenanglah. Luka ini akan sembuh dengan sendirinya. " Kan'an terlihat sangat tenang. "
Mereka kemudian kembali ke Eriesa. Mengecek kekacauan yang dibuat musuh pada mereka.
Well, do you know LookisM? Thats my inspiration with eye's Kan'an.. Wkwkwk 😂😂😎
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top