Epilogue
"Papa! Tolong gendong aku!"
"Hai...hai! Kemarilah!" seru Makoto sambil menggendong anak kecil tersebut.
"Yeay!!! Papa ga daisuki!" seru anak tersebut kegirangan sambil mengecup sebelah pipi Makoto.
Melihat pemandangan tersebut, (Y/N) hanya bisa terdiam mematung di tempat ia berdiri saat ini sambil melihat raut wajah kebahagiaan yang terpancar di wajah Makoto.
Rupanya selama ini kau masih hidup, Makoto. Hontoni yokatta...
Dan sekarang, kau sudah memiliki keluarga yang bahagia...
Memang sudah seharusnya orang sebaik dirimu untuk hidup bahagia
Walaupun kau tidak bahagia bersamaku,
aku ikut senang untukmu, Makoto.
Tanpa (Y/N) sadari, kedua pipinya sudah berderai air mata.
Entah perasaan apa yang harus ia rasakan saat ini, senang karena ternyata Makoto masih hidup, ataukah sedih karena Makoto ternyata sudah menikah dengan wanita lain.
Sesuatu yang pasti yang dirasakan (Y/N) saat ini adalah kesendirian. Kini ia benar-benar merasa sangat sendirian sekarang.
Mungkin ini semua memang balasan untukku atas semua kesalahan yang telah kulakukan...
Ini semua karena aku tidak bisa langsung memutuskan dengan siapa aku jatuh cinta...
Aku sudah menyakiti banyak lelaki di sekitarku...
Aku tidak pernah memberi kejelasan kepada mereka...
Ini semua salahku...
Aku pantas menerimanya...
Takdirku memang mengharuskan aku untuk hidup sendirian sekarang.
Namun aku yakin,
sekarang mereka semua pasti sudah memilih pasangan hidup mereka masing-masing...
Sama seperti yang Makoto lakukan saat ini...
Aku yakin mereka pasti sudah bahagia bersama keluarga mereka masing-masing.
Walaupun berderai air mata, (Y/N) masih bisa menunjukkan senyuman di bibirnya. Matanya masih tertuju pada Makoto yang sedang tertawa bahagia bersama anak dan istrinya tersebut.
"Kakimu masih terasa sakit, bukan?" tanya Makoto kepada anaknya.
"Asalkan papa yang menggendongku, aku pasti tidak akan merasa kesakitan!"
Lalu Makoto tersenyum manis kepada anak tersebut.
"Kau pasti lelah karena sudah menyetir, bukan? Sini, biar aku saja yang menggendongnya" ucap istri Makoto sambil mengulurkan tangannya kearah anak tersebut.
"Tidak apa-apa. Biar aku saja" balas Makoto sambil tersenyum. Lalu wanita tersebut membalas senyuman Makoto tersebut.
"Kalau begitu, ayo. Kita periksakan kakimu" ajak Makoto sambil tetap menggendong anak tersebut.
"Um!"
Lalu mereka bertiga pun berjalan menuju gedung rumah sakit.
Begitu melangkah beberapa langkah, ekspresi Makoto terkejut melihat keberadaan (Y/N) yang berdiri tak jauh darinya sedang menatap kearahnya. Sontak, (Y/N) pun merasa terkejut karena Makoto ternyata menyadari keberadaannya.
Dengan cepat, (Y/N) langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dari Makoto.
"T-tunggu!" seru Makoto.
"Ada apa, papa?"
"Gomen ne. Sepertinya aku tidak bisa menggendongmu dulu sekarang. Aku harus bertemu dengan seseorang"
"Sini, biar mama saja yang gendong, ya" ucap wanita tersebut sambil meraih tubuh anak kecil tersebut.
"Arigatou" balas Makoto. Lalu ia segera bergegas untuk mengejar (Y/N).
"Matte!" seru Makoto sambil tetap mengejar (Y/N). Namun tetap saja (Y/N) tidak mau berhenti. Ia sibuk berjalan cepat sambil mengusap kedua bola matanya yang dibasahi oleh air mata.
Makoto pun sedikit berlari agar bisa meraih sebelah tangan (Y/N). Dan akhirnya, ia pun berhasil mencengkram sebelah pergelangan tangan (Y/N).
Spontan, (Y/N) pun langsung berhenti berlari. Namun ia tetap tidak membalikkan tubuhnya kearah Makoto.
"(Y/N)-san, kaukah itu?" tanya Makoto.
(Y/N) pun terdiam sejenak.
"Ternyata kau selamat, Makoto-san... Yokatta..." lirih (Y/N) sambil meneteskan air matanya.
"(Y/N)-san...Kau pergi kemana saja? Semua orang mengkhawatirkanmu!" seru Makoto.
Namun (Y/N) sama sekali tidak berkata apapun. Ia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
***
Setelah beberapa saat, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk duduk di sebuah bangku yang terletak tak jauh dari mereka.
Karena sudah lama tak bertemu, suasana diantara mereka berdua benar-benar terasa sangat canggung.
Karena sedari tadi (Y/N) tidak mengatakan sepatah katapun, akhirnya Makoto pun memberanikan diri untuk memulai percakapan dengannya.
"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi disini"
"U...um" balas (Y/N) singkat sambil menganggukkan kepalanya.
"Jadi selama ini... kau bekerja disini?" tanya Makoto penasaran.
"I...iya"
"Sokka... Aku senang akhirnya kau bisa menjadi wanita yang sukses, (Y/N)-san. Kau memang wanita yang hebat"
"Tidak juga. Ini bukan apa-apa" balas (Y/N) sambil tersenyum sambil menggosok-gosok matanya yang berair karena air mata.
"Aku tidak pernah menyangka ternyata kau selamat dari kecelakaan maut itu, Makoto" lanjut (Y/N).
Lalu Makoto pun tersenyum.
"Um. Setelah berminggu-minggu koma, akhirnya aku dinyatakan meninggal oleh para dokter. Namun, beberapa saat kemudian, ternyata aku masih diberi kesempatan untuk hidup. Aku benar-benar tidak menyangka. Dokter bilang semua ini adalah keajaiban. Aku merasa sangat bersyukur karena aku masih diberi kesempatan kedua untuk hidup"
Lalu (Y/N) mengepalkan kedua tangannya. Ia benar-benar merasa sangat bersalah atas kecerobohannya yang mengakibatkan Makoto terlibat dalam kecelakaan.
"M-maaf. Aku benar-benar minta maaf. Semua ini salahku. Seandainya saja saat itu aku tidak tertabrak, semua ini tidak akan terjadi!"
"Jangan selalu menyalahkan dirimu sendiri, (Y/N)-san" ucap Makoto lembut sambil tersenyum kearahnya.
"T-tapi, tetap saja aku selalu merasa bersalah... Maaf...maafkan aku, Makoto-san..."
"(Y/N)-san..."
Makoto terlihat tidak tega karena (Y/N) terus menerus menyalahkan dirinya atas semua yang telah terjadi.
Suasana pun hening sejenak. Untuk mencairkan suasana, (Y/N) pun berusaha unruk mengalihkan pembicaraan.
"N...ngomong-ngomong, ternyata kau sudah menikah, ya? Dan kau sudah dikaruniai seorang anak laki-laki. Omedetou! Aku turut senang untukmu" ucap (Y/N) sambil berusaha tersenyum dihadapan Makoto. Namun sebenarnya, hatinya kini terasa sangat hancur. Lelaki idamannya ternyata sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku ini memang seorang pengecut. Maka dari itu semua yang menjadi milikku selalu direnggut. Dan kini, aku tidak memiliki apa-apa lagi. Namun, kurasa aku pantas mendapatkannya. Aku hanya ingin... melihatmu untuk terus bahagia, Makoto-san" lanjut (Y/N).
Makoto hanya terdiam. Entah mengapa ekspresi wajahnya terlihat sedikit kebingungan.
"(Y/N)-san... A-apa maksudmu?"
"Eh?"
(Y/N) menatap kedua manik hijau Makoto dalam-dalam.
"K-kau pikir aku sudah menikah?" tanya Makoto kebingungan.
"Eh? A-apa maksudmu? B-bukankah yang tadi itu adalah keluargamu?"
Lalu mata Makoto tertuju pada wanita dan anak kecil tadi. Mereka berdua ternyata masih berdiri tepat di depan mobil.
"Oh, mereka. Sebenarnya, sekarang aku menjadi orang tua angkat di sebuah panti asuhan milik keluargaku. Dan wanita itu adalah kerabatku. Ia adalah pemilik panti asuhan yang kami rawat. Semua anak-anak disana memanggil anggota keluargaku dengan sebutan mama dan papa. Kami hanya ingin mereka merasa seperti memiliki keluarga sendiri...-"
Begitu menoleh kearah (Y/N), Makoto benar-benar merasa sangat terkejut. Ekspresi wajah (Y/N) terlihat seakan-akan ia tidak percaya dengan apa yang sedang ia dengar saat ini. Air matanya tak bisa berhenti membasahi kedua pipinya. (Y/N) benar-benar tidak menyangka, ternyata Makoto belum menikah.
"(Y/N)...-san..."
Lalu (Y/N) menundukkan kepalanya.
"Yokatta... hontouni yokatta..." lirihnya sambil menteskan air mata dan mengepalkan kedua pergelangan tangannya.
"Zutto... selama ini... aku selalu menunggumu, Makoto! Akhirnya aku sadar, perasaanku ini hanyalah untukmu. Aku ini
memang sangat egois. Selama ini aku selalu saja menyakiti hatimu. Aku tidak pernah menyadari perasaanmu selama ini. Padahal aku sudah sangat jahat kepadamu, tapi kenapa kau sangat baik kepadaku?! Kenapa, Makoto?!" seru (Y/N). Tangisannya semakin lama semakin terdengar keras.
Tiba-tiba, kedua tangan Makoto meraih wajah (Y/N) dan menariknya agar (Y/N) bisa bertatapan langsung dengannya.
Spontan, (Y/N) pun berhenti menangis. Matanya langsung menatap kedua lensa mata Makoto yang indah dalam-dalam.
Tidak seperti biasanya, wajah Makoto terlihat sangat serius saat menatap (Y/N) saat ini.
"(Y/N)-san.... Maafkan aku. Sebenarnya saat itu aku mendengar semua yang kau katakan di Meiji Chuo University. Namun, aku ini terlalu takut untuk bertatapan langsung denganmu. Aku ini memang lelaki pengecut. Maaf..."
"Eh? J-jadi, kau mengetahui semua yang kukatakan saat itu?"
"U-um"
(Y/n) pun terdiam sejenak. Ia tidak menyangka ternyata Makoto ada disana mendengarkan pengakuan cinta dari (y/n).
"(Y/N)-san...Sejak pertama kali kita bertemu, sejak kau baru pertama kali pindah ke SMA Iwatobi, perasaanku ini sudah sangat serius untukmu!"
"M-Makoto-san..."
"Aku tidak peduli sesulit apapun rintangannya, kesalahan apapun yang telah kau lakukan, perasaanku untukmu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun... Aku tidak peduli siapapun yang kau sukai, aku akan tetap menunggumu sampai kapanpun, (Y/N)..."
"Aku.... sampai kapanpun.... bahkan sampai maut memisahkan kita, aku akan selalu mencintaimu, (Y/N)!" lanjut Makoto.
"M...Makoto..."
Tak lama kemudian, Makoto menarik wajah (Y/N) agar semakin dekat dengannya. Kini wajah mereka benar-benar sangat dekat, hingga hidung mereka saling bersentuhan satu sana lain.
"Aishiteiru, (Y/N)..." bisik Makoto tepat di hadapan wajah (Y/N).
Dengan cepat, Makoto langsung menempelkan bibirnya di bibir (Y/N). Spontan, (Y/N) pun langsung membalas ciuman Makoto tersebut.
Terasa sangat hangat dan menenangkan. Akhirnya (Y/N) tahu alasannya mengapa saat itu ciuman Makoto terasa sangat berbeda. Itu karena orang yang sebenarnya (Y/N) cintai hanyalah Makoto.
Tak lama kemudian, mereka berdua pun melepaskan ciuman mereka. Walaupun mereka sudah tak lagi berciuman, jantung (Y/N) tak mau berhenti berdegup dengan kencang.
Suasana pun tiba-tiba menjadi hening.
"Nee, (Y/N)... Aku tidak mau kehilangan dirimu lagi..."
"Aku ingin kita selalu bersama selamanya..."
.
.
.
.
.
.
.
"Kumohon....
menikahlah denganku..."
Mendengar permintaan Makoto tersebut membuat pikiran (Y/N) benar-benar melayang. Ia masih tidak percaya kalau semua ini adalah kenyataan. Ia tidak bisa berhenti meneteskan air matanya. Makoto, seorang lelaki yang dicintainya ternyata masih menyimpan perasaan untuknya hingga saat ini.
Perlahan, (Y/N) menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis kearah Makoto. Tangisan terharunya masih berlinang dari matanya.
"Tentu saja aku tidak akan menolaknya. Tidak ada lelaki lain yang akan kuterima selain dirimu, Makoto"
Terpancar ekspresi tidak menyangka dari wajah Makoto. Akhirnya, cintanya yang selama ini ia pendam bisa terbalaskan. Bahkan sekarang Makoto bisa menikah dengan (Y/N).
"Hontouni arigatou, Makoto... Aishiteru..." ucap (Y/N) pelan. Lalu ia memejamkan matanya dan berusaha untuk merebut lagi ciuman Makoto yang benar-benar lembut.
Sekali lagi mereka pun berciuman. Makoto tidak menyangka, ternyata (Y/N) berani mengawali ciuman dengannya. Ciuman mereka kali ini terasa lebih lama daripada sebelumnya. Makoto tidak ingin melepaskan bibir (Y/N) dari bibirnya, begitu pula dengan (Y/N).
***
Akhirnya, tanpa siapapun yang menyangka, impian Makoto pun menjadi kenyataan. Mulai detik ini, Makoto dan (Y/N) akan sehidup semati sebagai sepasang suami istri.
(Y/N) berjalan menuju calon suaminya yang sudah menunggunya di mimbar melewati para tamu yang duduk di kursi para hadirin. Gaun putihnya yang indah menambah kecantikan yang terpancar dari wajahnya. Walaupun saat ini ia masih mengenakan tudung, Makoto bisa melihat wajahnya yang cantik (y/n) dari kejauhan.
Tak lama kemudian, (y/n) pun sampai di mimbar. Begitu sampai disana, Makoto langsung mengulurkan tangannya. (y/n) bisa melihat wajah tampan Makoto yang mengenakan jas putih dari balik tudung putihnya. Jantungnya tak mau berhenti untuk berdegup kencang. Ia sangat mencintai calon suaminya tersebut.
Perlahan, Makoto pun mengangkat tudung yang dikenakan (y/n). Kedua bola mata (y/n) yang cantik menatap dalam-dalam wajah calon suaminya tersebut. Begitu pula dengan Makoto, pandangannya tidak bisa teralihkan dari kecantikan (y/n).
Lalu Makoto memasangkan sebuah cincin permata yang terlihat sangat indah di tangan lentik milik (y/n). Tangan (y/n) terasa sangat lembut hingga membuat Makoto ingin terus menggenggam erat tangan istrinya tersebut.
Begitu pula dengan (y/n), ia pun memasangkan sebuah cincin di jari Makoto sebagai tanda dari ikatan suci pernikahan mereka.
Setelah saling memasangkan cincin, Makoto mengenggam erat kedua tangan (y/n).
"Mempelai pria, Tachibana Makoto. Apakah kau bersedia menjadikan Yamazaki (Y/n) sebagai istrimu?"
"Iya..."
"Mempelai wanita, Yamazaki (Y/n). Apakah kau bersedia menjadikan Tachibana Makoto sebagai suamimu?"
"Iya..."
Mata mereka saling menatap satu sama lain. Makoto mendekatkan bibirnya kearah bibir (y/n) sambil memejamkan matanya. Begitu pula dengan yang dilakukan (y/n). Ia berniat untuk menempelkan bibirnya kearah bibir suaminya tersebut.
Chu~
Itulah ciuman suci antara Makoto dan (y/n). Semua hadirin pernikahan mereka menjadi saksi dari janji sehidup semati diantara mereka berdua.
Makoto bisa merasakan dengan jelas ciuman (y/n) yang benar-benar tulus mencintai Makoto. Hal tersebut membuat Makoto semakin mencintai (y/n).
Tak lama kemudian, mereka berdua pun melepaskan ciuman mereka. Hal tersebut langsung diikuti dengan tepuk tangan dari para hadirin sambil beranjak dari tempat duduk mereka.
(Y/N) dan Makoto pun melambai-lambai kearah para hadirin. Diantara para hadirin, mereka melihat Haruka, Rin, Nagisa, Rei, Natsuya, Ikuya, Kisumi, Sousuke, dan Gou berdiri di satu baris tempat duduk yang letaknya tak jauh dari mereka berdua. Mereka semua bertepuk tangan sambil tersenyum bahagia karena bisa menjadi saksi dari pernikahan antara (y/n) dan Makoto.
Lau (y/n) kembali menatap Makoto. Dari matanya saja Makoto bisa mengerti bahwa perasaan (y/n) kini hanya tulus untuknya.
Tiba-tiba, karena tidak tahan dengan wajah tampan suaminya, (y/n) pun mengecup sebelah pipi Makoto.
Melihat perilaku istrinya tersebut membuat kedua pipi Makoto menjadi memerah. Lalu ia tersenyum kearah (y/n) sambil menjentikkan jari kelingking kearahnya.
"Berjanjilah padaku, kita akan selalu bersama selamanya"
Spontan (y/n) pun tersenyum dan langsung membalas jari kelingking Makoto tersebut.
"Aku berjanji, Makoto"
***
"3...2...1...!"
Ckrek!
Seorang fotografer mengambil gambar Makoto dan (y/n) beserta semua teman-temannya.
"Hwaaa... Mako-chan! Kenapa kau tumbuh dewasa dengan cepat sekali!" rengek Nagisa sambil memeluk Makoto. Tubuhnya memang sudah jauh lebih besar dari sebelumnya, namun perilaku Nagisa masih sama persis seperti sebelumnya.
"N-Nagisa-kun! Apa yang kau lakukan?!" tegur Rei.
"Padahal kau saja yang masih seperti anak-anak, Nagisa" timpal Rin sambil sedikit tertawa.
"Hee? Nagisa sudah dewasa. Makanya Nagisa bisa berbicara begitu"
"Kau ini bicara apa, sih sebenarnya?" balas Rin sambil sedikit tertawa.
Makoto yang melihat perilaku menggemaskan Nagisa tertawa melihatnya.
Tak lama kemudian, Haruka berjalan menghampiri Makoto.
"Makoto!" panggil Haruka.
Sontak Makoto pun menoleh kearahnya.
"Eh? Haru?"
Tiba-tiba, Haruka menepuk sebelah bahu Makoto.
"Omedetou. Aku bersyukur ternyata kau lelaki yang (y/n) pilih. Kalau itu dirimu, aku merasa tenang" ucap Haruka sambil tersenyum.
"Haru..."
"Jaga (y/n) baik-baik, ya"
"Um. Pasti!"
(Y/n) yang melihat Makoto dan Haruka yang akhirnya bisa berbaikan kembali tersenyum manis melihatnya.
"(Y/n)!"
Tiba-tiba, lamunan (y/n) terpecah karena seseorang memanggil namanya. Setelah menoleh, ternyata orang tersebut adalah Natsuya.
"A! Natsuya-san!"
Tiba-tiba Natsuya menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya.
"Um... begini... Karena kau sudah menikah sekarang, aku jadi merasa tidak enak terhadap semua yang telah kulakukan kepadamu. Sekali lagi maaf, ya"
Lalu (y/n) tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Tidak usah kau pikirkan, Natsuya-san. Aku sudah memaafkanmu sejak lama"
"(Y/n)! Kuucapkan selamat atas pernikahanmu, ya!" seru Kisumi.
"Kisumi-kun! Arigatou!"
"Nanti kalau kau sudah memiliki anak, bolehkah aku mengasuhnya? Nanti akan kukenalkan dengan adikku, Ayato!"
"Um. Tentu saja dengan senang hati, Kisumi-kun. Datang saja kapanpun yang kau mau" balas (Y/n) sambil tersenyum manis.
"Eh? Anak? Nagisa juga ingin mengasuh anak Mako-chan! Ngomong-ngomong, Mako-chan dan (y/n)-chan mau punya anak berapa? Kalau bisa yang banyak, ya. Karena Nagisa suka sekali dengan anak-anak!" seru Nagisa polos.
Mendengar perkataan dari Nagisa tersebut membuat wajah Makoto dan (y/n) menjadi merah padam.
"S...sore wa..." ucap Makoto terbata-bata sambil tersipu malu.
"Oi! Nagisa-kun! Kau tidak boleh mengatakan hal itu! Itu memalukan!"
"Eeh?! Kenapa harus malu? Nagisa kan hanya penasaran!" seru Nagisa.
Melihat tingkah lucu Nagisa tersebut membuat mereka semua tertawa.
"Dasar kau, Nagisa! Kau ini sudah dewasa tapi masih saja polos!" seru Rin.
"Oneesan" panggil Sousuke. Spontan, (y/n) langsing menoleh kearahnya.
"Ah! Sousuke-kun!"
"Selamat atas pernikahan kalian. Kuharap hubungan kalian bisa bertahan lama hingga akhir hayat"
"Um. Arigatou, Sousuke-kun! Oh iya, ngomong-ngomong, kapan kau akan menyatakan oerasaanmu kepada Gou?" tanya (y/n).
"S...soal itu.." ucap Sousuke kebingungan.
"(Y/n)-neesan! Omedetou!" seru tiba-tiba Gou sambil berlari kearah mereka berdua.
"Gou-chan? Arigatou!"
Tiba-tiba, mata (y/n) memberi isyarat kepada Sousuke agar ia menyatakan perasaannya kepada Gou. Melihat hal tersebut membuat Sousuke menjadi panik sendiri.
"Ah! Ada yang harus aku bicarakan dengan Ikuya. Kalian berdua berbincang-bincang saja berdua, ya. Dah!" pamit (y/n) tiba-tiba. Ia ingin memberikan adiknya waktu berdua bersama Gou.
"C-chotto!" seru Sousuke. Namun sayang, (y/n) sudah pergi meninggalkan mereka berdua disana.
Suasana pun dalam sekejap menjadi canggung. Lalu Sousuke melirik kearah Gou.
"S...Sousuke-kun?" tanya Gou penasaran.
"Gou... Sebenarnya... sudah lama.aku menyimpan perasaan ini kepadamu. Maukah kau menjadi kekasihku?"
Mendengar hal tersebut menbuat kedua mata Gou berkaca-kaca. Ia tidak menyangka ternyata Sousuke juga menyukainya.
"U...um. Tentu saja, Sousuke"
Melihat adiknya akhirnya menemukan cinta sejatinya membuat (y/n) merasa sangat senang.
Tiba-tiba, suaminya, Makoto sudah berdiri tepat di hadapannya.
"(Y/n)-chan..." panggil Makoto lembut sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum manis kearahnya.
"Makoto..." ucap (y/n) dengan kedua matanya yang berbinar. Lalu ia pun membalas uluran tangan Makoto tersebut sambil tersenyum.
"Oi! Makoto! (Y/n)! Ayo cepat kemari! Makanannya nanti akan segera habis, loh!" seru Rin sambil melambai-lambaikan tangan kearah mereka berdua.
"Ayo!" seru Makoto sambil tersenyum manis.
"Um" balas (y/n) dengan senyuman tulusnya.
Lalu mereka berdua pun berjalan menuju Rin dan teman-teman yang lain.
.
.
.
.
.
.
.
"Jadi begitulah, cerita mama dan papa dapat bertemu satu sama lain" ucap Makoto sambil memangku seorang anak yang wajahnya mirip sekali dengannya.
Ya, sekarang Makoto dan (y/n) sudah dikaruniai satu anak laki-laki yang tampan. Kini usianya sudah menginjak 6 tahun. Sekarang Makoto dan (y/n) sudah menjadi orang tua sepenuhnya.
"Hwaa... romantis sekali!" ujar anak tersebut dengan matanya yang berbinar-binar.
"Mama sangat beruntung bisa menikah dengan papa" ucap (y/n) sambil tersenyum.
"Seharusnya papa yang merasa beruntung" balas Makoto.
"Nee... mama! Tolong foto aku dengan papa disana, ya!" seru anak tersebut sambil menujuk sebuah pinggiran danau yang indah.
"Um. Wakatta!" balas (y/n). Lalu ia meraih sebuah kamera dan berusaha untuk mencari spot foto yang tepat untuk mereka berdua.
"Eh? Tidak apa-apa kau yang memfoto, sayang?" tanya Makoto kepada (y/n).
"Tidak apa-apa, kok. Ayo, kemarilah kalian berdua!"
"Yeay! Papa tolong gendong aku!" pinta anak tersebut.
"Hai...hai... ayo kemarilah!"
Lalu Makoto menggendong buah hati kesayangannya dan berdiri tepat di tempat yang pas untuk berfoto.
"Oke... 1... 2... 3... senyum!"
Ckrek!
***
"Wah! Bagus sekali!" seru anak tersebut sambil melihat hasil foto yang diambil ibunya tersebut.
"Arigatou!" balas (y/n).
Lalu mata anak tersebut tertuju pada hamparan rumput hijau yang membentang di hadapannya.
"Mama! Aku main ke sana dulu, ya?!" seru anak tersebut sambil lari kearah rerumputan tersebut.
"Hati-hati, ya, sayang!" seru (y/n).
Kini yang tersisa disana hanya (y/n) dan Makoto yang sedang duduk bersebelahan diatas rerumputan.
Lalu Makoto melirik kearah (y/n). (Y/n) yang merasa dirinya diperhatikan bertanya kepada suaminya tersebut.
"Eh? Ada apa, sayang?"
Makoto pun tersenyum. Lalu tiba-tiba ia meletakan sebuah bunga yang indah di sebelah telinga istrinya.
"Kau sama cantiknya dengan bunga itu..."
"Sayang..."
Makoto memandangi bibir merah muda milik istrinya tersebut. Ia berniat mencium bibir istrinya. (Y/n) yang mengerti maksud suaminya tersebut mendekatkan bibirnya kearah bibir Makoto. Dan akhirnya, untuk kesekian kalinya, Makoto dan (y/n) berciuman satu sama lain. Mereka sudah menikah sejak 8 tahun lalu, namun keromantisan diantara mereka berdua tidak pernah pudar. Makoto tidak pernah bosan-bosannya mencium bibir lembut istrinya tersebut sampai kapanpun.
Tak lama kemudian, mereka pun melepaskan ciuman mereka. Lalu (y/n) menyandarkan kepalanya tepat di pundak Makoto. Makoto membalasnya dengan mengelus-elus sebelah kepala istrinya tersebut dengan sangat lembut sambil sesekali mengecupnya.
***
Hari sudah mulai sore. Sudah waktunya keluarga Makoto untuk pulang ke rumah mereka.
Di jalan, mereka bertiga bertemu dengan seorang wanita yang sedang berjalan bersama kedua anak kembar mereka.
Melihat hal tersebut, tiba-tiba anak (y/n) dan Makoto tiba-tiba memulai pembicaraan.
"Nee, Mama, Papa!"
"Iya sayang?" tanya (y/n) lembut.
"Aku ingin punya adik perempuan!" pintanya tiba-tiba.
"Eh? Maa... bagaimana ini papa?" tanya (y/n) kebingungan sambil melimpahkan permintaan anak tunggalnya tersebut kepada Makoto.
"K-kenapa bertanya kepadaku, sayang?"
"Mama dan Papa aneh sekali"
"B-baiklah! Nanti kau akan punya adik perempuan, ya" celetuk Makoto.
"Wah? Benarkah? Asyik!"
"Sayang..." ucap (y/n) sambil melirik kearah Makoto.
Makoto hanya membalasnya dengan tawa manisnya dengan raut wajah yang terlihat kebingungan menghadapi permintaan anak tunggalnya tersebut.
Begitulah akhir kisah cinta (y/n).
Setelah sekian lama ia mencari siapa cinta sejatinya, akhirnya hatinya berlabuh kepada seorang pria baik hati bernama Makoto Tachibana.
Apapun yang terjadi...
Bila ia sudah ditakdirkan untuk menjadi milikmu...
Tidak peduli bagaimanapun rintangan yang menghalangi,
Sampai waktunya tiba, ia pasti akan menjadi milikmu, bukan menjadi milik orang lain....
Tidak mungkin aku dapat mencintai seseorang
Namun aku ingin dicintai oleh seseorang
Meski jika hari kemarin tidak berubah hingga selamanya
Mungkin kita berdua takkan pergi kemana pun
Tuhan, kemanakah Engkau pergi?
Aku tidak mendengar jawaban dariMu
Namun bukankah memang selalu begitu
Apakah Engkau masih disini?
Kau takkan pernah melangkah sendiri
Karena aku akan pergi bersamamu
Apa pun dosanya, aku akan menanggungnya
Dan melangkah pada jalan yang belum terpetakan
Berdua saja bersamamu
Datanglah kemari
Cium dan sentuhlah aku
Dengan lebih erat
Apa tak masalah jika kau mencintaiku?
Setiap manusia suatu saat pasti akan mati
Meski jika kamu lupa
Aku hanya akan percaya pada hal yang pasti
Tuhan, setiap orang sangat menginginkannya
"Manusia itu sungguh kuat"
Itu semua adalah kebohongan, kan?
Apakah kau setuju?
Aku akan berada disisimu
Dengan tanganmu itu
Peluk eratlah diriku
Dengan seluruh tenagamu
Janganlah kau takut
Jika bersamaku akan baik-baik saja
Tangan itu akan ternodai
Meski pun begitu
Aku ingin kamu mencintai
Hanya pada diriku
Kau takkan pernah melangkah sendiri
Karena aku akan pergi bersamamu
Apa pun dosa yang telah kamu lakukan
Aku akan menanggungnya untukmu
Dan melangkah pada jalan yang belum terpetakan
Berdua saja bersamamu
Aku akan berada disisimu
Dengan tanganmu itu
Peluk eratlah diriku
Dengan seluruh tenagamu
Karena tidak hal yang kau inginkan
Berdua saja bersamamu...
"いつまでも君を愛している、(y/n)..."
(Sampai kapanpun aku akan terus mencintaimu, (y/n)...)
~Makoto Tachibana
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-TAMAT-
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
ANJAYYYYY AKHIRNYA BERESSSS
UPPUPPUPPU~
AAARRGGHHH SEDIH BANGETT YAMII HUUHUHUHUHUUUU
Yuuupppsss jodoh mbak (y/n) adalah husbu ter lop2 yami yaitu mas makotoooo.
Yami emang suka banget sama yg namanya softboy makanya di free yami ngehusbuin Mako-chan🥰🥰🥰
Udah yaa ga penasaran lg sekarang wowkwokw....
Makasih banget buat kalian yang udah dukung ff Yami ini sampe beres. Yami gatau lagi mau ngomong apa. Terhura bgt benerannn😭😭😭
Oh iya judul dr ff ini (All Alone With You) itu sebenernya terinspirasi dari lagu dg judul yang sama (yg Yami tambahin di atas). Lagu ini tuh ending dr anime favorit Yami yaitu psycho pass. terus kebetulan aja lagunya bucin yaudah gas ae wkwkwkw....
Oh iya boleh dong kasih kritsar atau kesan mungkin dr ff Yami ini. Apa aja boleh kok Yami bakal terima. Yami penasaran aja menurut kalian ff ini tuh gimana wkwkwkw
Sekarang keknya Yami bakal ngerjain book "My Yankee's boyfriend" nih. Book yg paling banyak ditunggu tp paling dianak tirikan sm Yami awoakwoka //plakkk canda denggg.
Oke gais sekarang Yami pamit undur diri dulu yaa... Semoga epilog ini bisa berkesan buat kalian para reader chan tachi sekalian.
Sampai jumpa di karya Yami yg lain yaaa
Babayyy semuaaa
Lop uu allll
MUACHHHH
DADAHHH
uppuppuppu~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top