Chapter 8
"Haruka!" panggil seorang wanita paruh baya kepada anak tunggalnya. Ia adalah ibu Haruka.
Haruka berjalan menuju dapur, tempat dimana ibunya berada.
"Ada apa?"
"Kudengar, Makoto-kun sedang sakit, ya? Apa tadi kau menjenguknya?"
"Tidak. Aku ada latihan tambahan tadi. Tapi, tadi temanku sudah ada yang menjenguknya"
"Sokka. Kalau begitu, bisakah besok kau pergi ke rumahnya? Ibunya menelepon tadi, kelihatannya ia khawatir pada keadaan Makoto-kun"
"Baiklah. Besok, pagi-pagi sekali aku akan ke rumahnya"
"Arigatou ne, Haruka" ucap ibu Haruka sambil tersenyum.
***
Keesokan harinya, Haruka pun pergi ke rumah Makoto untuk melihat keadaan Makoto.
Ia berjalan mendekati pintu rumah lalu hendak memencet tombol bel rumah Makoto.
Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dari dalam.
Ternyata dari dalam rumah telah berdiri (y/n) dan Makoto. Haruka benar-benar terkejut karena (y/n) ada di rumah Makoto. Padahal ini baru pukul 5 pagi. Dan (y/n) pergi menjenguk Makoto kemarin. Otomatis Haruka akan curiga bahwa mereka berdua telah melakukan hal yang tidak-tidak tadi malam.
Haruka menatap Makoto dan (y/n).
"Apa yang kalian berdua lakukan?!" tanya Haruka. Hatinya mendadak terasa sangat panas.
Suasana pun seketika menjadi hening.
"Aku hanya merawat Makoto-san yang sedang sakit" jawab (y/n).
"Kau pikir aku akan percaya begitu saja? Pasti kalian melakukan hal yang lain juga, kan?!" seru Haruka sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Tidak, Haru-chan. (Y/n)-san tidak berbohong! Kami tidak mungkin berani melakukan hal seperti itu" sanggah Makoto. Ia khawatir sahabat baiknya itu akan salah paham.
"Berisik! Kalian pikir aku bisa dibodohi oleh kalian berdua?!" teriak Haruka.
"H...Haruka...-san?!" ucap (y/n) sambil menatap Haruka dengan tatapan sedih.
"Haru-chan, biarkan kami menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya" balas Makoto.
"Diam! Tidak ada lagi yang perlu kalian jelaskan!" teriak Haruka. Ia benar-benar terbakar oleh api cemburu. Ia benar-benar tak menyangka Makoto berani bermain belakang bersama (y/n).
Makoto hanya menundukkan kepalanya.
"Aku sudah muak dengan kalian berdua! Tidak kusangka kalian berani melakukan hal sebusuk itu. Terutama kau, Makoto. Kukira kita ini teman baik. Tapi, kenapa... tega sekali kau!" ucap Haruka sambil melirik Makoto dengan tatapan penuh kekecewaan.
(Y/n) memberanikan diri untuk membela Makoto.
"Makoto-san memang tidak melakukan apa-apa padaku!!!" teriak (y/n).
Haruka benar-benar terkejut mendengar perkataan (y/n) tersebut. Ia lebih memilih membela Makoto dibandingkan Haruka. Hal itu membuat hati Haruka benar-benar hancur.
"Kenapa sekarang... kau malah membela Makoto? Makoto sudah mempermainkanmu! Jangan percaya dengan kebaikannya! Sifat baiknya itu hanya untuk menutupi kebusukannya!"
"Makoto-san bukan orang jahat! Aku membelanya karena Makoto-san tidak bersalah! Ini hanya salah paham!!!" teriak (y/n).
"(Y/n)...-san?" ucap Makoto sambil menatap kearah (y/n). Ia benar-benar merasa sangat bersalah.
"Tak kusangka kau sampai berani berbohong seperti itu, (y/n)!!!"
"Berapa kali aku harus bilang?!Aku tidak berbohong!! Kenapa kau tidak mau percaya padaku?!" teriak (y/n) sambil meneteskan air mata.
Melihat Haruka dan (y/n) yang bertengkar satu sama lain membuat Makoto semakin merasa sangat bersalah.
Haruka hanya terdiam. Lalu ia berjalan mendekati (y/n). Tatapannya benar-benar menyeramkan.
(Y/n) benar-benar ketakutan. Jantungnya berdegup sangat kencang. Tetapi, karena ia merasa tindakannya benar, ia pun memberanikan dirinya menatap Haruka. Walaupun ia menghadapi Haruka dengan tubuhnya yang gemetaran.
Secara spontan, Haruka mengangkat sebelah tangannya. Ia berniat menampar (y/n). Ia kesal karena (y/n) malah membela Makoto, bukan dirinya. Ia juga sangat marah karena (y/n) berani melakukan hal yang tidak-tidak bersama Makoto. Haruka sudah tidak bisa lagi membendung emosinya. Ia sudah tidak bisa berfikir secara rasional. Ia pikir, Makoto sudah merusak gadis pujaan hatinya. Tentu saja ia pasti merasa sangat marah.
"SEHARUSNYA KAU MALU PADA DIRIMU SENDIRI!" teriak Haruka sambil mengayunkan sebelah tangannya kearah wajah (y/n).
Saking ketakutannya, (y/n) hanya memejamkan matanya.
Tiba-tiba,
Makoto menahan tangan Haruka sambil melindungi (y/n).
"Kumohon, jangan sakiti (y/n)-san! Tampar saja aku. Ini semua salahku. Aku bensr-benar menyesal. Maafkan aku, Haru-chan" ucap Makoto sambil menunduk. Lalu ia melepaskan tangan Haruka dari genggamannya.
Mata Haruka terbelalak setelah mendengar pernyataan dari Makoto. Namun, di sisi lain ia merasa bersalah karena hampir menampar (y/n).
"Jadi... memang benar... kalian melakukannya?" tanya Haruka dengan tatapan tidak percaya. Ia tidak menyangka sahabat baiknya itu tega mengkhianatinya.
"Aku yang memaksa (y/n)-san melakukan itu. Jadi, (y/n)-san benar-benar tidak bersalah. (Y/n)-san hanyalah korban. Memang benar, aku ini memang keji. Jadi tolong, maafkan kesalahanku, Haru-chan. Aku benar-benar minta maaf!" seru Makoto sambil menunduk. Tubuhnya gemetaran. Ia terpaksa berbohong karena ia tidak mau Haruka melukai (y/n). Karena ia pikir, mau bagaimana pun caranya mereka menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Haruka tidak akan mempercayai perkataan mereka berdua.
"Makoto-san? K...kenapa? Kenapa kau berbohong?!" seru (y/n) sambil menangis. Ia tidak percaya Makoto terpaksa berbohong seperti itu demi melindungi dirinya.
Perasaan Haruka benar-benar kacau. (Y/n) sudah dirusak oleh orang lain. Apalagi orang lain itu adalah sahabatnya sendiri. Ia benar-benar tidak menyangka Makoto berani melakukan itu.
Nafas Haruka semakin tidak beraturan. Ia semakin menjadi gelap mata lalu ia berniat memukul Makoto.
Haruka pun mengepalkan kedua tangannya.
"BERANINYA KAU, MAKOTO!!!" teriak Haruka sambil mengayunkan kepalan tangannya kearah wajah Makoto.
Haruka benar-benar sudah muak dengan perilaku Makoto. Karena ia tidak bisa mengendalikkan emosinya, secara spontan tangannya begerak sendiri dan memukul Makoto. Haruka benar-benar sudah dibutakan oleh rasa cemburu.
Saking kerasnya pukulan tangan Haruka, Makoto pun sampai terjatuh ke lantai.
Aku pantas menerimanya. Lihat apa yang telah aku lakukan? Aku telah merusak hubungan percintaan sahabatku sendiri. Seharusnya aku malu pada diriku sendiri! Kalau saja aku tidak menyukai (y/n)-san, semua ini tidak akan terjadi. Setidaknya, (y/n)-san tidak terluka karena perbuatan bodohku ini, gumam Makoto. Ia benar-benar menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini.
(Y/n) benar-benar shock melihat kejadian itu.
"Makoto-san!!! Kau tidak apa-apa?" teriak (y/n) sambil berlari menuju Makoto.
"Aku tidak apa-apa, (y/n)-san. Tidak perlu khawatir" balas Makoto sambil berusaha tersenyum. Padahal pipinya terlihat sedikit bengkak karena saking kerasnya pukulan Haruka.
"Makoto-san..., kenapa?" tanya (y/n) sambil menangis.
(Y/n) pun membantu Makoto untuk berdiri.
"Walaupun kau hanya korban, tetapi kenapa kau malah membela Makoto yang jelas-jelas sudah merusakmu?! Kenapa seakan-akan kau dengan senang hati memberikan tubuhmu itu kepada Makoto?!" seru Haruka. Ia pikir (y/n) menyukai Makoto. Karena sejak tadi (y/n) terus saja membela Makoto.
"Sudah kubilang, aku memaksanya melakukannya! Kumohon, jangan benci (y/n)-san. Benci saja aku" balas Makoto.
"Tidak perlu kau beri tahu juga aku sudah sangat membenci kalian berdua! Jangan pernah muncul dihadapanku lagi!" teriak Haruka lalu ia berlari keluar rumah sambil membanting pintu rumah Makoto.
Mendengar kalimat Haruka itu membuat hati (y/n) benar-benar hancur. Kini lelaki pujaan hatinya sudah sangat membencinya.
Makoto benar-benar merasa sangat bersalah. Awalnya ia berusaha agar Haruka hanya menyalahkan dirinya. Namun ia gagal dan Haruka tetap membenci (y/n).
(Y/n) menangis terisak-isak. Makoto yang melihatnya menjadi benar-benar tidak tega. Ia sangat ingin merangkul (y/n). Tetapi, ia sudah tidak memiliki keberanian
untuk melakukan itu. Karena ia yang sudah menyebabkan kekacauan ini terjadi. Makoto tahu, (y/n) pasti sangat marah dan benci padanya sekarang.
***
Di sisi lain, Haruka berlari menjauh dari rumah Makoto dengan hatinya yang benar-benar hancur.
Tak kusangka, (y/n) berani melakukan hal itu. Padahal aku sangat menyukainya. Aku bahkan belum sempat mengungkapkan perasaanku padanya. Padahal, kita berdua hampir berciuman saat itu... Ternyata selama ini, lelaki yang ia sukai adalah Makoto, gumam Haruka. Ia pun meneteskan air mata. Ia masih belum percaya dengan kejadian yang ia lihat tadi. Dadanya benar-benar terasa sesak.
***
"M...maafkan aku, (y/n)-san" ucap Makoto pelan.
Tiba-tiba,
(Y/n) terjatuh dan nafasnya menjadi semakin tidak beraturan. Jantungnya terasa sakit. Dadanya terasa sangat sesak sehingga ia kesulitan untuk bernafas. Sampai-sampai ia batuk-batuk hingga memuntahkan darah dari mulutnya. Bibirnya pun mendadak menjadi sangat pucat.
Makoto benar-benar terkejut melihatnya.
Ia pun menjadi sangat panik.
"(Y/n)-san!!! (Y/n)-san! Kau kenapa?!" teriak Makoto sambil membantu (y/n) untuk duduk.
Tak lama kemudian, (y/n) pun kehilangan kesadarannya.
***
Makoto membawa (y/n) ke rumah sakit. Lalu, (y/n) langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat dan mendapatkan pertolongan pertama.
Makoto yang berniat mengikuti (y/n) yang sedang pingsan di ranjang Rumah Sakit dihalangi oleh seorang perawat.
"Mohon maaf. Anda tidak diperkenankan untuk masuk ke ruangan. Silahkan tunggu di sini" ucap perawat tersebut dan meminta Makoto untuk menunggu di ruang tunggu. Makoto pun terpaksa mengikuti perintah perawat tersebut.
Pikiran Makoto benar-benar kacau. Ia semakin menyalahkan dirinya sendiri. Ia khawatir akan terjadi apa-apa terhadap (y/n).
(Y/n)-san, kau ini kenapa?, gumam Makoto.
***
Setelah menunggu sekitar satu jam, seorang perawat keluar ruangan dan langsung berjalan menuju Makoto.
Makoto pun langsung berdiri dan menanyakan keadaan (y/n) kepada perawat tersebut.
"Bagaimana keadaan (y/n)-san? Apa dia baik-baik saja?"
"Syukyrlah ia sudah sadar sekarang. Dan kau boleh menemuinya sekarang"
Mendengar jawaban dari perawat, Makoto langsung berlari memasuki ruangan tersebut untuk secepatnya melihat keadaan (y/n).
Makoto melihat (y/n) yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Di hidungnya terpasang selang untuk membantu pernafasan, tangannya dipasangi selang infus dan alat untuk mendeteksi detak jantung.
Makoto benar-benar tidak tega melihat (y/n) dalam keadaan seperti itu. Ia pun langsung menghampiri (y/n)
"(Y/n)-san! Kau sudah sadar?" tanya Makoto. Ia menatap wajah (y/n) dari dekat.
"Um" jawab (y/n) sambil sedikit mengangguk dengan lemas.
"Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf. Karena kesalahanku, kau jadi seperti ini" ucap Makoto. Matanya sedikit berkaca-kaca.
(Y/n) pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak, kok. Ini bukan salah Makoto-san. Sebenarnya aku sudah sering seperti ini" jawab (y/n) sambil mengatur nafasnya.
"Eh? Apa maksudmu?"
"Gomen ne. Aku sebenarnya ingin menyembunyikannya dari kalian. Sejak SD, aku selalu menjuarai perlombaan renang. Aku sangat mencintai renang melebihi apapun. Orang yang selalu melatihku renang adalah otousan. Ia adalah seorang perenang profesional dan aku sangat mengaguminya. Ia mengajariku dengan penuh kesabaran hingga aku sangat mahir dalam berenang. Tetapi... saat aku duduk di kelas 6 SD, aku meminta otousan untuk pergi ke pantai untuk berenang di laut bersama-sama. Saat itu aku berenang sendirian dan otousan berada di pesisir pantai sambil mengawasiku dari jauh. Ia sudah memperingatiku agar hati-hati dan jangan berenang terlalu jauh. Tetapi, karena terlalu keasyikan berenang, aku tidak mendengarkan nasihatnya. Tiba-tiba, air mendadak menjadi pasang. Aku berusaha untuk kembali ke pesisir pantai namun ombak menolak gerakanku sehingga aku semakin menjauhi pantai. Karena panik, aku tidak bisa mengendalikan gerakanku dan aku pun tenggelam. Spontan, otousan langsung berenang ke dalam laut untuk menolongku. Ia langsung memelukku dengan erat. Ia berkata padaku agar jangan takut karena ia akan selalu ada di sisiku. Tetapi, karena gelombang air laut yang semakin tinggi, kami berdua pun tenggelam. Saat aku tersadar, aku sudah berada di rumah sakit. Aku langsung menanyakan dimana otousan. Tiba-tiba, okaasan mendadak sangat sedih dan mengatakan padaku bahwa, ...otousan sudah meninggal. Aku benar-benar frustrasi mendengarnya. Tak hanya itu, dokter bilang, di paru-paruku terdapat cairan dan kerja jantungku menjadi lemah sehingga bisa dibilang paru-paru dan jantungku menjadi cacat permanen. Oleh karena itu aku tidak bisa menahan nafas di dalam air terlalu lama. Aku benar-benar shock mendengarnya. Aku tidak akan bisa menjadi perenang profesional seperti otousan. Dan yang paling menyakitkan, aku tidak bisa bertemu dengan otousan lagi untuk selama-lamanya. Aku benar membenci diriku. Andai saja otousan membiarkanku tenggelam. Kenapa tidak aku saja yang mati? Otousan... Maafkan aku..." ucap (y/n) sambil meneteskan air mata. Itulah trauma yang disembunyikan (y/n) selama ini.
Makoto merasa kasihan dengan (y/n). Spontan, ia langsung menggenggam tangan (y/n).
"Ini bukan salahmu, (y/n)-san. Ayahmu sangat menyayangimu. Ia akan terus hidup di hatimu. Kau harus percaya itu" ucap Makoto.
"Kau benar, Makoto-san. Arigatou" ucap (y/n).
"Tetapi... sejak aku pindah ke SMA Iwatobi, semuanya berubah. Saat aku bertemu dengan Haruka-san, aku benar-benar terkejut. Gaya berenang otousan mirip sekali dengan Haruka-san. Maka dari itu, sejak aku pertama kali melihat Haruka-san berenang, aku langsung teringat otousan. Di dalam hatiku, tiba-tiba muncul keinginan untuk mewujudkan harapanku yang hancur sebelumnya, yaitu menjadi perenang profesional seperti otousan. Haruka-san lah yang secara tidak langsung mendorongku agar aku bisa mewujudkan mimpi itu. Setiap aku melihatnya berenang, aku langsung merasa sangat bersemangat. Oleh karena itu, aku sangat mengaguminya. Bahkan,... aku sangat menyukainya. Walaupun sekarang ia sangat membenciku, aku tidak akan pernah bisa membencinya" ucap (y/n) sambil tersenyum
Perkataan (y/n) tersebut perlahan menusuk hati Makoto. Ternyata itulah alasannya ia menyukai Haruka. Makoto pun melepaskan genggaman tangannya dari (y/n).
"Yokatta na. Aku senang kau mendapat seorang penyemangat hidupmu. Dan aku semakin senang karena seorang penyemangatmu itu adalah sahabatku sendiri" ucap Makoto dengan senyum palsunya. Ia berusaha menahan rasa kecewanya.
Padahal, aku juga bisa menjadi penyemangatmu, (y/n)-san. Aku akan sebisa mungkin selalu mendukungmu. Aku juga akan berusaha agar bisa menjadi seperti ayahmu. Aku akan melakukan apapun agar kau bahagia. Tapi... yang kau inginkan, hanyalah Haru-chan, benar kan?, gumam Makoto. Ia benar-benar merasa sangat sedih. Benar-benar sudah tidak ada kesempatan lagi baginya untuk memiliki (y/n).
"Tapi, tolong jaga semua rahasiaku ini, ya. Semua tentang penyakitku dan tentang Haruka-san. Aku percaya padamu, Makoto-san" ucap (y/n) sambil tersenyum.
Makoto hanya menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman (y/n).
Setidaknya, (y/n)-san percaya padaku. Aku tidak boleh sampai mengecewakannya, gumam Makoto.
***
Setelah beberapa jam, akhirnya (y/n) diperbolehkan untuk pulang.
(Y/n) dan Makoto berjalan di lorong rumah sakit.
Tiba-tiba mereka berpapasan dengan seorang gadis. Rambutnya berwarna maroon dan diikat satu di belakang.
"Ah! Makoto-senpai!" sapa gadis itu kepada Makoto.
"Eh? Gou-san?! Kenapa kau bisa ada disini?"
"Okaasan dirawat sejak beberapa hari yang lalu. Makanya aku tidak masuk sekolah dari kemarin. Are?" ucap Gou sambil menoleh kearah (y/n). Sepertinya Gou pernah bertemu dengan (y/n) sebelumnya. Begitu pula dengan (y/n).
"Kau, (Y/n)...-neesan bukan?" tanya Gou.
~Bersambung
---------------------------------------------------
Ppuppuppu~~
Omataseee, minnaaa
Maafkan Yami yang lama update. Yami terlalu sibuk di RL. Dan maaf kalau jadu terpengaruh ke updatean kali iniii(´Д⊂ヽ
Btw, Yami ga nyangka banget bakal dapet 100 lebih vote. Terus banyak juga yg coment. Aaa pokonya Yami seneng bangettt. Makasihh banget buat para reader chan yg udah dukung ff absurd Yami ini...❤️❤️❤️
Mungkin segitu dulu yaa dari Yami. Dan maaf karena Yami kukiah, Yami gabisa up secepet dulu. Tapi Yami PASTI bakalan update jadi ikutin terus yaa....
Sampai jumpa di updatean selanjutnya yaaa
Baibaiiiii....
ppuppuppu~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top