Chapter 30
Ikuya berjalan pulang sambil membawa dua buah kresek berisi makanan dan minuman untuk (y/n). Ia sudah tidak sabar akan membagi makanan tersebut dengan (y/n). Akhirnya ia memiliki waktu berdua bersama (y/n).
Apa aku ungkapkan saja perasaanku ini, ya? Ini satu-satunya kesempatanku. Kalau aku melewatkan kesempatan emas ini, aku khawatir aku tidak akan memiliki kesempatan berduaan lagi bersama (y/n) seperti ini.
***
Ckrek!
Akhirnya, Ikuya sampai di kediamannya. Ia berjalan perlahan menuju ruang tengah.
Begitu sampai di ruang tengah...
Ia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang sedang ia lihat saat ini.
Tepat di depan matanya,
Natsuya dan (y/n) sedang melakukan hal tak senonoh disana.
Sekujur tubuh Ikuya tiba-tiba menjadi lemas, sehingga ia menjatuhkan barang belanjaannya ke lantai.
Bruk!
Spontan, (y/n) dan Natsuya melirik kearah Ikuya dengan posisi yang masih sama seperti sebelumnya.
"A-anki...(y/n)...kalian..., a-apa yang kalian lakukan?!" ucap Ikuya dengan nada yang terdengar benar-benar shock.
Dengan cepat, (y/n) langsung mendorong tubuh Natsuya dan segera duduk di atas sofa sambil merapikan bajunya yang berantakan. Ia tidak menyangka Ikuya akan datang saat ia melakukan hal itu bersama Natsuya.
Sedangkan Natsuya, sebenarnya ia masih merasa mabuk, namun ia berusaha untuk berjalan kearah Ikuya walaupun dengan terpincang-pincang
"Oi, Ikuya! Apa yang kau lakukan disini?! Malam-malam begini, anak kecil seharusnya mengetuk pintu dahulu sebelum masuk rumah"
Wajah Ikuya langsung menunjukkan rasa benci dan sangat marah kepada Natsuy a
Dengan penuh emosi, Ikuya langsung berjalan cepat mendekati kakak sulungnya itu dan langsung menarik kerah baju Natsuya dengan sangat kasar.
"BRENGSEK!!! Apa yang sudah kau lakukan kepada, (y/n)???!!" teriak Ikuya. Ia benar-benar merasa marah kepada Natsuya.
Namun, bukannya merasa bersalah, Natsuya malah tertawa geli melihat Ikuya yang begitu marah kepadanya.
"APANYA YANG LUCU, DASAR KAU KEPARAT?!" teriak Ikuya tepat di hadapan wajah Natsuya.
"Dengar ini, adikku. Kami melakukannya atas dasar saling menyukai satu sama lain. Kenapa jadi kau yang malah sewot, huh?!"
"N-Natsuya, apa yang kau katakan?!" seru (y/n) mencoba membela dirinya sendiri. Jujur, ia merasa agak risih atas perkataan Natsuya yang tidak bertanggung jawab.
"A-apa katamu?"
Ikuya merasa sangat shock begitu ia mendengar bahwa mereka berdua melakukannya atas rasa saling suka.
"I-Ikuya-san, I-ini tidak seperti yang kau pikirkan!" seru (y/n). Namun, percuma saja. Setelah melihat apa yang sudah terjadi di depan matanya, Ikuya tidak mau mendengarkan perkataan (y/n).
"Atau jangan-jangan... Apa kau juga menyukai (y/n), Ikuya??!!" tanya Natsuya.
"Eh?"
Pertanyaan tersebut ikut membuat (y/n) tersentak juga.
Tiba-tiba,
DUAK!
Begitu mendengar pertanyaan Natsuya tersebut, Ikuya melayangkan sebelah kepalan tangannya kearah pipi Natsuya dengan sangat keras, sampai-sampai Natsuya terkapar ke lantai.
Sebelumnya, Ikuya sama sekali tidak pernah berani menyakiti kakaknya. Namun, karena ia merasa sangat kesal kepada Natsuya yang berani macam-macam kepada (y/n), tubuhnya pun secara otomatis bergerak hanya untuk melindungi (y/n).
BRUK!
Tubuh Natsuya terpental kearah tembok dengan cukup keras.
Lalu dengan cepat, Natsuya kembali berjalan mendekatinya dan menarik kerah baju Natsuya lebih kasar dari sebelumnya.
"TEME...., beraninya kau melakukan itu!!!" seru Ikuya.
Tiba-tiba, Natsuya membalasnya dengan mencengkram kerah baju Ikuya dengan sangat kasar.
"Apa hakmu melindungi (y/n)? Apakah kau kekasihnya, huh? Pahamilah posisimu itu, Ikuya!!!" seru Natsuya.
"Kalian berdua hentikan!!!" seru (y/n) sambil beranjak dari duduknya.
Namun, bukannya menghentikkan pertikaian, perkelahian mereka semakin lama malah semakin menjadi-jadi.
DUAK!
Lagi-lagi, Ikuya memukul wajah Natsuya dengan kepalan tangannya. Bahkan tidak hanya satu kali, namun berkali-kali. Ia memanfaatkan keadaan Natsuya yang masih mabuk berat dengan terus menyakitinya agar ia tidak bisa melawan.
DUAK! DUAK! DUAK!
"I-Ikuya-san..."
(Y/n) tidak menyangka Ikuya bisa menyakiti kakaknya sendiri seperti itu. Ia bisa melakukan hal tersebut karena ia sudah terlanjur termakan api cemburu.
Melihat wajah Natsuya yang semakin terluka parah, (y/n) langsung menahan kedua tangan Ikuya dari belakang.
"Ikuya!!! Kumohon hentikan!" seru (y/n) sambil meneteskan air mata. Melihat perkelahian diantara mereka berdua membuat hatinya terasa sangat sakit. Ia tidak mau Ikuya dan Natsuya berkelahi hanya karena dirinya.
Nafas Ikuya masih tidak stabil karena ia masih merasa sangat marah kepada kakaknya itu. Sejujurnya, ia masih belum puas untuk terus menyakiti Natsuya. Namun, karena (y/n) yang memintanya untuk berhenti, ia pun terpaksa berhenti memukuli Natsuya.
Ikuya melihat kakakknya yang sudah tak berdaya terkapar di lantai sambil sesekali meringis kesakitan. Terlihat beberapa buah luka di wajah Natsuya. Ia sedikit merasa menyesal karena sudah kelewatan menyakiti kakaknya.
Ikuya berusaha menahan emosinya dengan menghela nafas panjang.
Tiba-tiba, ia menarik sebelah tangan (y/n) dan mengajaknya pergi dari kediamannya dan membiarkan Natsuya begitu saja.
"(Y/n), ayo kita pergi..."
"Eh?"
***
(Y/n) dan Ikuya berjalan di bawah langit malam yang dihiasi lampu jalan. Entah kemana Ikuya mau membawa (y/n), yang bisa (y/n) lakukan hanyalah mengikuti langkah kakinya karena sedari tadi Ikuya tetap menarik sebelah tangan (y/n).
"K-kita mau kemana, Ikuya?" tanya (y/n).
Tiba-tiba, Ikuya mengehentikkan langkahnya.
"Wakaranai..." balas Ikuya dingin.
Melihat sikap Ikuya yang benar-benar dingin kepada (y/n) membuat (y/n) merasa sangat bersalah.
"M...maafkan aku, Ikuya. Aku tahu kau pasti sangat marah. Tapi aku mohon, tolong dengarkan penjelasanku dulu..."
"Alibi apa lagi yang mau kau katakan?" tanya Ikuya sambil menundukkan kepalanya.
"Tolong, percayalah kepadaku... Natsuya tiba-tiba datang kepadaku dalam keadaan mabuk. Lalu... dia... tiba-tiba berjalan kepadaku, dan... semua itu berlalu begitu saja. Aku mencoba melawan, tapi... aku gagal. Maafkan aku"
"Itu artinya kau memang menyukai Natsuya, iya 'kan?"
"Eh? S...sore wa..."
Sejujurnya, (y/n) kebingungan dengan perasaannya sendiri. Ia tidak tahu sebenarnya siapa orang yang benar-benar ia sukai sekarang.
"Sayangnya, Natsuya-san bukan tipe laki-laki yang aku cari", tiba-tiba Ikuya mengingat sekilas perkataan (y/n) tersebut. Hal itu membuat hatinya terasa semakin sakit.
"Tak kusangka ternyata kau ini ternyata seorang bermulut besar..."
"Eh? B-bukan begitu! Kenapa kau tidak mau perca-" (y/n) terpaksa menghentikkan pembicaraannya itu karena Ikuya tiba-tiba berbalik dan berteriak,
"BERISIK KAU, DASAR WANITA MURAHAN!!!"
Deg!
(Y/n) tersentak begitu mendengar perkataan yang terdengar menyakitkan itu. Tanpa ia sadari, air matanya tiba-tiba mengalir di kedua pipinya.
Ikuya hanya merasa kecewa kepada (y/n). Ia pikir (y/n) hanyalah seorang gadis yang polos. Ia benar-benar tidak menyangka (y/n) berani melakukan hal itu bersama Natsuya. Ia merasa telah tertipu dan dikhianati oleh (y/n).
"Padahal aku menyukaimu, tapi kenapa... kenapa kau tidak menyadari perasaanku selama ini?" tanya Ikuya dengan suara yang agak gemetaran sambil menundukkan kepalanya. Tak lama kemudian, ia tak mampu lagi membendung air matanya.
"E-eh?"
Ikuya... sebenarnya menyukaiku? B-bagaimana bisa?
"Selama ini aku bersikap menyebalkan kepadamu hanya karena aku ingin mendapat perhatian darimu. Aku hanya ingin kau sadar akan perasaanku. Saat kita mulai dekat satu sama lain sejak kejadian di penginapan saat itu, karena kau tiba-tiba merubah sikapmu kepadaku, aku kira kau sudah menyadari perasaanku ini, (y/n). Saat kau bilang Natsuya bukan lelaki idamanmu, aku pikir aku masih memiliki harapan. Ternyata... aku sudah salah menilaimu. Kau hanyalah seorang perempuan tukang bohong dan murahan!!!" seru Ikuya.
Mendengar semua penjelasan Ikuya tersebut membuat (y/n) semakin merasa bersakah kepadanya.
"I-Ikuya..." ucap (y/n) pelan.
"Aku sudah sangat muak denganmu, (y/n). Mulai sekarang, jangan pernah muncul di hadapanku lagi!" seru Ikuya sambil berjalan begitu saja meninggalkan (y/n) sendirian.
(Y/n) ingin sekali menghentikkan Ikuya, namun keberaniannya untuk melakukan itu sirna dalam sekejap. Ia benar-benar merasa sangat bersalah. Karena dirinya, Ikuya dan Natsuya bertengkar satu sama lain.
***
Sejak kejadian itu, (y/n), Ikuya dan Natsuya tidak pernah bertemu, apalagi berbicara lagi satu sama lain. Sebenarnya, (y/n) ingin sekali memperbaiki hubungan dirinya dengan kedua bersaudara tersebut. Namun apapun yang ia lakukan, Ikuya pasti menolaknya mentah-mentah. Sekarang ia benar-benar dibenci oleh Ikuya.
Beberapa bulan kemudian,
Smartphone milik (y/n) tiba-tiba berdering. Menandakan ada beberapa buah telah pesan masuk.
(Y/n) yang sedang membaca beberapa buku di perpustakaan terpaksa harus menghentikkan aktivitasnya itu.
Begitu ia melihat dari mana pesan tersebut berasal, ia benar-benar terkejut.
Ternyata,
pesan tersebut datang dari Natsuya.
N-Natsuya-san?
Natsuya-san
(Y/n)...
Hisashiburi, ini aku Natsuya.
Sudah lama, ya kita tidak saling berkomunikasi satu sama lain.
Etto... begini, maaf kalau aku membuatmu kesal, tapi aku yakin kau pasti tidak bisa melupakan kejadian saat itu apalagi memaafkan aku, bukan?
Tapi, (y/n). Sejujurnya aku benar-benar menyesal. Aku ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepadamu.
Aku sudah melakukan hal yang buruk kepadamu saat itu. Aku benar-benar minta maaf, (y/n).
Saat itu aku benar-benar sedang mabuk berat.
Aku ingin memperbaiki semuanya.
Hubunganku dengan adikku tak kunjung membaik. Aku harus segera melakukan sesuatu. Maka dari itu aku datang untuk meminta maaf keoadamu.
Maaf aku baru berani meminta maaf sekarang.
Tapi, jangan menyalahkan dirimu atas kejadian ini. Ini semua adalah salahku.
Sekali lagi maaf, (y/n)...
(Y/n) terkejut setelah membaca pesan yang dikirimkan Natsuya tersebut. Dalam sekejap, ia mengingat kembali kejadian ia dan Natsuya melakukannya di kediaman Kirishima. Harga dirinya jatuh seketika ketika Ikuya datang melihatnya sedang melakukan hal itu dengan Natsuya.
(Y/n) bingung harus membalas apa kepada Natsuya. Natsuya merebut harga dirinya begitu saja. Namun disisi lain, Natsuya melakukannya karena ia sedang mabuk berat. Sehingga (y/n) pikir Natsuya tidak sepenuhnya bersalah.
"Jadilah milikku, (y/n)..."
Tiba-tiba, (y/n) mengingat perkataan Natsuya saat itu.
Perkataan orang yang sedang mabuk biasanya adalah perkataan yang jujur. Semua perkataan yang tidak bisa ia utarakan dalam keadaan normal biasanya akan ia utarakan semua dalam keadaan mabuk. Itu berarti, apakah Natsuya-san juga menyukaiku?
"Padahal aku menyukaimu... tapi kenapa..." (y/n) juga tiba-tiba mengingat perkataan Ikuya saat itu.
(Y/n) menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil sesekali menghela nafas berat.
Ia benar-benar bingung harus melakukan apa.
Ia bahkan tidak tahu untuk siapa sebenarnya perasaannya tersebut.
Apakah untuk Ikuya? Atau untuk Natsuya? Ataukah untuk Haruka? Atau bahkan untuk orang lain yang bahkan ia tidak ia kenali sebelumnya?
Karena ia terlalu bingung harus melakukan apa, untuk saat ini (y/n) memutuskan untuk tidak membalas pesan Natsuya tersebut. Ia memutuskan untuk berfikir dengan jernih agar masalah ini dapat segera terselesaikan. Ia merasa ia harus bertanggung jawab atas permasalahan ini.
Kalau ia tidak segera menemukan jalan keluar atas masalah ini, pertikaian antara Ikuya dan Natsuya tidak akan pernah terselesaikan atau bahkan malah semakin membesar. Ia tidak ingin melihat kedua saudara kandung tersebut bertikai hanya karena dirinya.
Apakah ini artinya hati (y/n) harus segera memutuskan pada siapa ia akan memberikan hatinya?
***
Disisi lain, Natsuya sedang merebahkan tubuhnya diatas kasur kamar tidurnya. Ia merasa sangat khawatir karena (y/n) ternyata hanya membaca pesannya tanpa membalasnya.
Yappari, (y/n) pasti sangat marah karena hal itu. Kusso! Bagaimana bisa aku benar-benar kehilangan kendali saat itu. Aku ini memang benar-benar bodoh!, gerutu Natsuya dalam hati.
Ia pun menghela nafas panjang sambil memejamkan matanya. Begitu ia membuka matanya perlahan, ia menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba, terbesit di benaknya suara dan ekspresi wajah (y/n) saat itu. Hal tersebut semakin membuatnya merasa sangat bersalah. Rasanya ia ingin hilang saja dari dunia ini.
Bodoh! Wajar saja (y/n) pasti marah karena hal itu. Kau ini memang brengsek, Natsuya! ujarnya dalam hati sambil membalikkan tubuhnya menjadi posisi tiarap agar wajahnya bisa menghadap kearah bantal.
Lalu ia meraih smartphone miliknya yang terletak di samping wajahnya.
Ia sangat berharap (y/n) akan membalas pesannya tersebut. Namun sayangnya, (y/n) sama sekali tidak membalasnya hingga saat ini. Hal tersebut membuat Natsuya benar-benar putus asa. Sudah tidak ada harapan lagi baginya untuk merebut hati (y/n).
***
Setelah beberapa minggu, Natsuya baru saja selesai latihan berenang untuk persiapan pertandingan yang akan diadakan dalam beberapa hari lagi. Saat ini ia sedang bersiap-siap untuk pulang.
Dan tanpa disangka-sangka, akhirnya (y/n) membalas pesan Natsuya tersebut.
Yamazaki (y/n)
Ano.... Natsuya-san. Maaf aku baru membalas pesanmu. Bagaimana kalau kita bicarakan hal ini di pantai dekat kampus Shimogami? Aku ingin berbicara langsung denganmu. Aku tunggu kau besok sore disana, ya. Jya...
Begitu smartphone-nya berdering, Natsuya langsung membuka pesan dari smartphone-nya tersebut. Ia benar-benar terkejut. Ia tidak menyangka (y/n) akhirnya mau membalas pesannya tersebut.
Tanpa berpikir panjang, Natsuya langsung mengiyakan tawaran (y/n) tersebut. Ia juga berpikir bahwa akan lebih baik bila mereka membicarakan hal ini secara langsung, agar masalah ini dapat dapat segera terselesaikan.
***
Keesokan harinya, tepatnya saat sore hari, (y/n) sudah menunggu Natsuya di tepi pantai dekat kampus Shimogami, kampus dimana (y/n) dan Ikuya berkuliah sekarang.
(Y/n) menunggu Ikuya sambil menikmati pantai sore hari yang terlihat sangat indah.
Angin sepoi-sepoi meniup beberapa helai rambutnya. Benar-benar suasana yang menyejukkan hati.
Tak lama kemudian,terdengar suara langkah kaki yang kian lama kian mendekat.
Tidak lain dan tidak bukan sudah pasti orang tersebut adalah Natsuya.
Matanya berbinar begitu ia melihat kecantikan wajah (y/n) yang sedang memandang laut. Suasana saat itu benar-benar indah dan nyaman, namun ekspresi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan hal yang selaras dengan itu.
"(Y/n)..." panggil Natsuya pelan. Ia sudah sangat merindukan (y/n), terutama saat (y/n) berada di dekatnya. Mengingat dalam beberapa bulan terakhir, ia sama sekali tidak berkomunikasi dengan (y/n).
Tak lama, (y/n) pun menoleh kearah Natsuya sambil mengubah posisi rambutnya yang tertiup angin.
"Natsuya-san, terima kasih karena sudah mau datang" ucap (y/n) sambil berusaha tersenyum. Namun entah mengapa senyumannya tersebut terlihat seakan-akan ia menutupi sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Natsuya memang merindukan senyuman manis (y/n), namun bukan senyuman seperti itu yang ingin ia lihat. Senyumannya tersebut malah membuat Natsuya semakin merasa bersalah.
"Kau tidak perlu berterima kasih, (y/n). Sudah seharusnya aku membicarakan hal ini secara langsung denganmu" balas Natsuya.
Tiba-tiba, Natsuya membungkukkan tubuhnya kearah (y/n). Tanda ia benar-benar serius meminta maaf kepada (y/n).
"(Y/n), aku benar-benar menyesali perbuatanku. Aku benar-benar di luar kendali karena aku terlalu mabuk saat itu. Hontouni sumimasen deshita!!!" seru Narsuya.
(Y/n) sedikit terkejut dengan sikap Natsuya.
"N-Natsuya-san... Kau tidak perlu sampai membungkuk seperti itu"
"Aku tidak keberatan. Semua ini salahku. Seandainya saja saat itu aku tidak mabuk, semua ini tidak akan terjadi. Aku benar-benar menyesal. Kalau kau memang membenciku katakan saja, (y/n)! Kau tidak perlu memaksakan diri untuk terus baik dihadapanku! Hal itu malah membuat hatiku semakin sakit..." ujar Natsuya.
"Natsuya-san..."
(Y/n) merasa iba kepada Natsuya. Ia tidak bermaksud memojokan Natsuya seperti ini. Ia hanya ingin masalah ini segera selesai.
"Kumohon, angkatlah wajahmu, Natsuya-san" ucap (y/n).
Natsuya pun kembali berdiri tegap. Namun padangannya tak berani untuk menatap langsung wajah (y/n).
"Kau tidak perlu menyalahkan dirimu seperti itu. Lagipula... sejujurnya, aku sama sekali tidak marah kepadamu"
"Eh? B-benarkah?"
"Um. Aku malah merasa semua ini salahku. Karena diriku, hubunganmu dengan Ikuya menjadi memburuk. Dakara, aku mengajakmu kesini karena aku ingin bertanggung jawab atas semua ini"
"(Y/n)..."
"Tidak hanya kali ini, setelah kupikir-pikir kembali, aku sudah menyebabkan banyak masalah dengan orang di sekitarku..."
Lalu di benak (y/n) terbayang kejadian saat Haruka yang benar-benar marah karena mencurigai Makoto dan dirinya yang memiliki hubungan spesial. Padahal ia hanya merawat Makoto yang sedang sakit dan ia tak sengaja tertidur disana, sehingga (y/n) ada di rumah Makoto hingga pagi hari.
"Aku pernah membuat dua sahabat saling berkelahi. Padahal sebelumnya aku yakin persahabatan mereka baik-baik saja sampai aku berteman dengan mereka..."
Lalu ia mengingat kejadian saat Haruka dan mantan kekasihnya, Rin bertanding renang. Saat Haruka mencium (y/n), Rin dan Haruka langsung berkelahi.
"Tak hanya itu, aku pernah membuat teman dan mantan kekasihku berkelahi. Padahal dulu mereka memiliki hubungan yang baik satu sama lain, bahkan sejak kecil. Namun saat itu, mantan kekasihku itu tiba-tiba memintaku untuk kembali untuk menjadi kekasihnya. Tapi, aku menolaknya. aku hanya tidak ingin merusak hubungan mereka yang sudah terjalin sejak lama"
(Y/n) juga mengingat saat Sousuke tiba-tiba menciumnya di depan Gou. Tentu saja Gou merasa sangat sakit hati.
"Adik angkatku juga menyukaiku, padahal adik mantan kekasihku menyukainya. Dan aku benar-benar melukai perasaannya..."
"(Y/n)..."
"Lihat! Aku sudah sering sekali menjadi penyebab dari masalah orang-orang terdekatku. Dan sekarang, aku malah membuatmu dan Ikuya bertengkar satu sama lain. Selanjutnya apa? Siapa yang akan menjadi korban?!" seru (y/n). Tanpa ia sadari ia pun meneteskan air matanya.
Dengan cepat, Natsuya langsung memegangi wajah (y/n).
"Jangan salahkan dirimu sendiri atas semua masalah yang terjadi, (y/n)"
"T-tapi... aku tidak mau orang lain menjadi menderita karena diriku. Aku hanya ingin orang-orang disekitarku bahagia" lirih (y/n) sambil tetap menangis.
Lalu Natsuya semakin mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n).
"Memangnya siapa yang merasa menderita bila berada di dekatmu? Contohnya saja aku. Bahkan untuk satu detik pun aku tidak bisa jauh darimu. Rasanya sangat menyakitkan, kau tahu itu?"
"Natsuya-san... Kau-"
Tiba-tiba, Natsuya mencium bibir (y/n) dengan lembut.
Tak lama kemudian, Natsuya langsung melepaskan ciumannya.
"Nee, (y/n). Kumohon jangan membenci dirimu sendiri! Aku tidak peduli kalau kau selalu membuat masalah sekalipun. Apapun yang kau lakukan, aku akan selalu berada di sampingmu, aku akan selalu mendukungmu sampai kapanpun. Percayalah kepadaku..."
"Natsuya-san, kenapa?"
"Karena aku adalah satu-satunya orang yang sampai kapanpun akan mencintaimu dengan tulus. Aku tahu kau pasti masih sangat marah dengan kejadian saat itu tapi, aku bisa merasakannya... saat kau membalas ciumanku saat kita melakukan itu, aku bisa merasakannya kalau kau juga memberikan sepenuh hatimu untukku, (y/n)"
(Y/n) merasa tersenyak begitu ia mendengar kata-kata tersebut dari mulut Natsuya.
Natsuya-san benar....
Aku baru menyadarinya kalau aku sebenarnya menyukai Natsuya-san.
Ia selalu bisa diandalkan dan selalu memberiku nasihat agar aku tidak salah melangkah ke depan.
Jadi...
Apakah ini artinya, hatiku telah memilih Natsuya?
"(Y/n)..."
"I-iya?"
"Aku sangat mencintaimu, mulai sekarang jadilah kekasihku, (y/n)"
"Eh?"
~Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top