Chapter 29
⚠️Alert⚠️ : di bagian akhir ada sedikit NSFW. Jadi Yami mohon kebijaksanaan-nya dari para reader sekalian....
"Apa yang kau lakukan di kamar (y/n) malam-malam?" tanya Natsuya dengan nada serius.
Dalam sekejap, Ikuya tidak bisa berkutik. Ia bingung harus menjawab apa pertanyaan dari kakak sulungnya itu.
Tiba-tiba, Natsuya pun tersenyum sambil sedikit tertawa.
"Apa-apaan wajahmu itu? Aku ini hanya bercanda" ucap Natsuya santai.
"Eh?"
Lalu Natsuya meletakan sebelah tangannya tepat di pundak Ikuya.
"Aku percaya padamu, adikku. Tidak mungkin kau berani masuk ke dalam kamar (y/n), kan? Hahaha..."
"N...nandayo?!" gerutu Ikuya sambil berusaha melepaskan gandengan tangan Natsuya dari pundaknya.
"Sudah. Sekarang, ayo kita pulang"
Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan menuju rumah mereka.
***
Beberapa hari kemudian,
Ikuya memutuskan untuk berkunjung ke perpustakaan.
Begitu sampai disana, ia melihat sebuah buku dengan sampul berwarna biru yang tergeletak begitu saja diatas meja. Sepertinya ia merasa tidak asing dengan buku tersebut.
Ikuya pun berjalan mendekati meja dan meraih buku tersebut.
'The Little Mermaid'
Eh? Buku ini 'kan milikku? Tapi, aku tidak ingat kalau pernah membawa buku ini ke perpustakaan, gumam Ikuya.
Lalu ia mencoba membuka lembar pertama buku tersebut.
Disana tertulis nama seseorang menggunakan tinta pulpen.
'Nakajima (y/n)'
***
(Y/n) sedang berjalan menyusuri taman dekat kampusnya. Dari kejauhan, ia melihat sebuah gerobak es krim yang biasa berjualan disana.
Panas-panas begini pasti enak bila makan es krim, gumam (Y/n).
Lalu, (Y/n) memutuskan untuk membeli es krim tersebut. Ia pun berjalan mendekati gerobak tersebut dan langsung memesan satu es krim rasa stroberi.
"Berapa harganya, pak?" tanya (Y/n).
"250 Yen"
Dengan cepat, (Y/n) langsung mengorek-ngorek isi tasnya untuk mengambil sejumlah uang yang disebutkan penjual es krim tadi.
Tiba-tiba, ia menyadari sesuatu yang janggal terjadi pada tas miliknya.
Perasaan tadi tasku terasa agak berat, kenapa sekarang jadi ringan sekali? Apa hanya perasaanku saja, ya?, pikirnya dalam hati.
Ia pun mencoba mengingat-ingat benda apa saja yang ia masukan kedalam tasnya.
"Eh? Buku ku kemana?!" ucap (y/n) panik. Ternyata benda yang hilang adalah bukunya yang sangat berharga.
Tangannya mengacak-acak isi tasnya. Buku tersebut sangat berarti bagi (y/n) karena itu adalah pemberian dari mendiang ayahnya.
'Bagaimana ini?'
Lalu (y/n) pun memutuskan untuk mencari bukunya tersebut.
***
Di sisi lain, Ikuya pergi ke rumah (y/n) untuk mengembalikan buku 'The Little Mermaid' miliknya.
Ikuya pun menekan tombol bel rumah.
Namun kelihatannya, di kediaman (y/n) sedang tidak ada orang.
"Bagaimana ini? " gumam Ikuya kebingungan. Ia khawatir (y/n) pasti sedang mencari-cari buku ini.
Ia pun memutuskan untuk mencari (y/n) di tempat lain.
***
Tiba-tiba, (Y/n) ingat kalau ia sempat pergi ke perpustakaan pagi tadi. Dengan cepat, ia langsung pergi menuju perpustakaan.
Aku harus menemukannya. Pokonya aku harus menemukannya. Kalau tidak, otousan pasti akan sedih, gumam (y/n) dalam hati. Hanya buku itulah yang bisa membuat (y/n) merasa bahwa ayahnya selalu dekat dengannya.
***
Ikuya berjalan menuju gedung kampus dimana (y/n) berkuliah. Mengingat mereka berkuliah di satu universitas. Tentu bukan hal sulit untuk saling bertemu satu sama lain.
Namun hasilnya nihil. Ikuya tidak bisa menemukan (y/n) dimanapun.
"Kemana sih, (y/n) ini?" gerutu Ikuya yang merasa sedikit kesal. Lalu ia melirik kearah buku (y/n) yang sedang ia genggam.
Karena kakinya terasa agak pegal, Ikuya pun mencari tempat duduk di sekitar kampus agar dirinya bisa beristirahat sejenak.
Matanya tak bisa berpaling dari buku (y/n).
Entah mengapa Ikuya merasa sangat penasaran dengan buku tersebut. Padahal buku tersebut adalah buku yang sama dengan yang ia miliki.
Lalu ia mencoba untuk membukanya. Ia baru ingat bahwa di buku tersebut terdapat beberaoa halaman untuk menulis catatan.
Ikuya langsung membuka halaman tersebut.
Dan ternyata benar saja, (y/n) menulis sesuatu di sana. Namun tulisannya terlihat sedikit berantakan. Mungkin karena saat menulis catatan itu (y/n) masih anak-anak.
Otousan, terima kasih karena telah memberikan aku buku ini. Aku benar-benar menyukainya!!! Dewasa nanti, aku ingin menjadi seorang putri duyung yang cantik. Nanti aku akan mengajak otousan dan okaasan berkeliling lautan. Kita bisa berenang bersama para ikan. Bahkan kita juga bisa tinggal di lautan. Pasti akan menyenangkan!!!
Entah mengapa setelah membaca tulisan (y/n) saat anak-anak di buku itu membuat Ikuya tertawa kecil.
Saat kecil (y/n) pasti gadis yang polos dan sangat manis, gumam Ikuya.
Tiba-tiba, Ikuya mengingat kembali saat dimana ia membeli buku 'The Little Mermaid'. Ia baru ingat bahwa ia membeli buku tersebut bukan karena keinginannya sendiri, melainkan ia melihat orang lain membelinya.
Tiba-tiba, dari kejauhan terlihat seorang gadis sedikit berjalan sambil melihat sekitarnya sambil mencari sesuatu.
Ternyata itu adalah (y/n). Ia pikir bukunya terjatuh di jalan saat ia pergi ke kampus.
Tiba-tiba, ia menyadari keberadaan Ikuya yang sedang duduk di depan sebuah kursi gedung kampus.
"Eh? Ikuya-san!" panggilnya spontan.
Otomatis, Ikuya oun langsung menoleh kearah (y/n).
Mata (y/n) langsung mengarah kepada buku miliknya yang sedang dipegang oleh Ikuya. Dengan cepat ia berjalan mendekati Ikuya.
"Loh! Ini 'kan buku milikku!"
Spontan, Ikuya pun berdiri dari duduknya dan langsung menyerahkan buku tersebut.
"Ini"
Dengan cepat, (y/n) langsung mengambik buku itu dan langsung memeluknya erat.
"Haa... yokatta... ternyata buku ini tidak hilang. Arigatou, Ikuya san" ucap (y/n) lega. Lalu ia tersenyum manis kearah (y/n).
"B-betsuni. B-bukan berarti aku sengaja mencarimu untuk menyerahkan buku ini atau semacamnya!" balas Ikuya. Seperti biasa, ia selalu bersikap tsundere.
"Eh? Benarkah? Kau sampai mencariku?" seru (y/n).
"S-sudah kubilang tidak, bukan!? Jangan ke ge-er-an kau" seru Ikuya sambil menggembungkan pipinya.
Entah mengapa Ikuya yang berekspresi demikian terlihat sangat lucu. Spontan, (y/n) pun tertawa kecil melihatnya.
"Apa yang lucu?!"
"Awalnya sifat tsundere-mu itu terlihat menjengkelkan. Namu nentah mengapa bila aku melihatnya sekarang malah menjadi menggemaskan"
"A-aku tidak lucu"
Lalu (y/n) pun tertawa.
Mata Ikuya melirik kearah (y/n) yang sedang tertawa.
Manis sekali..., guman Ikuya.
***
"Sebenarnya, aku memiliki buku yang sama dengan ini" ucap Ikuya sambil melirik kearah buku 'The Little Mermaid' milik (y/n).
"Eh? Benarkah?" seru (y/n) sambil menoleh kearah Ikuya yang duduk tepat di sebelahnya.
"Um. Dulu aku membelinya bersama ayahku. Aku membelinya karena seorang anakdi sampingku membelinya" balas Ikuya.
"Eh? Jadi kau membeli ini bukan karena kau menyukai putri duyung?"
Ikuya pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sebenarnya, dulu saat kecil... "
(Flashback)
15 tahun yang lalu, tepatnya saat Ikuya masih berumur 5 tahun. Ia dan ayahnya pergi ke sebuah toko buku.
Begitu ia berhenti di sebuah rak buku. Perhatiannya tertuju pada seorang gadis kecil yang sebaya dengannya menunjuk-nunjuk sebuah buku yang diletakan cukup tinggi di sebuah rak.
"Otousan! Otousan! Aku ingin buku itu!" seru gadis kecil tersebut sambil melompat-lompat kegirangan.
"Kau mau buku yang mana, sayang?" tanya seorang pria yang rupanya adalah ayah daru gadis tersebt.
"Aku ingin buku putri duyung yang itu, otousan!"
"Baik...baik. Ini dia, manis" ucap pria tersebut sambil berjongkok tepat di hadapan gadis tersebut dan memberikan buku tadi kepadanya.
Buku tersebut berjudul 'The Little Mermaid'
"Wahhh! Bolehkah aku membelinya, otousan?"
Pria tersebut tertawa kecil sambil mengelus-elus ujung kepala gadis tersebut.
"Aku tidak bisa menolak permintaan putriku yang manis. Tentu saja kau bisa memilikinya"
"Eh? Benarkah?? Waaa!!! Arigatou, Otousan! Otousan daisuki!" seru gadis tersebut sambil memeluk ayahnya.
"Aku janji, di masa depan aku akan menjadi perenang yang hebat seperti otousan! Lalu aku akan menjadi putri duyung dan hidup bahagia di lautan!"
"Sebegitu inginkah kau menjadi putri duyung?"
"Tentu saja! Menjadi putri duyung adalah cita-citaku, otousan!"
Lalu pria tersebut tertawa sambil menggendong putrinya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau liburan kali ini kita pergi berlibur ke pantai?"
"Wah! Ide yang bagus! Ayo!"
Mereka berdua pun berjalan menuju kasir.
Mata Ikuya tidak bisa berpaling dari gadis tersebut.
Perenang hebat? Putri duyung?, gumam Ikuya. Entah mengapa ia ingin sekali berteman dengan gadis itu. Gadis itu membuatnya sangat penasaran
"Ada apa, Ikuya?" tanya ayah Ikuya.
"Um...Otousan. Bolehkah aku membeli buku putri duyung?" tanya Ikuya.
Ayah Ikuya pun tersenyum.
"Kenapa tidak?"
Mereka pun mengambil satu buku 'The Little Mermaid' dan segera berjalan menuju kasir.
Ikuya berharap ia akan bertemu lagi dengan gadis itu disana. Namun sayangnya, gadis tersebut sudah pergi dari toko.
Ikuya berharap bisa bertemu lagi dengannya.
(Flashback end)
"Jadi begitu. Sepertinya kau adalah gadis kecil itu, (y/n)" ucap Ikuya.
"Eh? Benarkah? Sejak 15 tahun lalu kita sudah bertemu?"
Ikuya hanya menganggukkan kepalanya.
"Seandainya kita bisa saling berbincang tmya saat itu" balas (y/n) sambil tersenyum kearah Ikuya.
"Jadi, apa alasanmu ingin menjadi putri duyung saat itu?"
(Y/n) pun tertawa kecil.
"Kenapa kau penasaran? Sejujurnya kalau dipikir-pikir kembali itu hal yang memalukan. Berfikir bahwa dirimu bisa menjadi putri duyung. Konyol sekali aku saat itu"
Ikuya hanya terdiam. Lalu (y/n) melanjutkan perkataannya.
"Sejujurnya, tujuanku menyimpan buku ini adalah aku ingin selalu terhubung dengan ayahku yang sudah tiada. Karena buku ini adalah pemberian terakhirnya sebelum ia meninggal"
Ikuya terkejut mendegar perkataan (y/n) bahwa ayahnya telah tiada.
"Maaf tentang itu" balas Ikuya.
(Y/n) pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa. Aku yakin otousan sudah bahagia disana. Tapi... aku tidak bisa berhenti merasa bersalah kepadanya. Seandanya saat itu kita berdua tidak pergi ke pantai, ayah pasti tidak masih hidup sekarang. Dan kalau saat itu aku tidak keras kepala untuk berenang di laut, aku pasti masih bisa bertemu dengannya. Maafkan aku, otousan..."
Tiba-tiba, (y/n) meneteskan air matanya. Hal tersebut membuat Ikuya sangat terkejut.
Dengan cepat, Ikuya langsung menarik wajah (y/n) agar dapat bertatapan langsung dengannya. (Y/n) bisa melihat dengan jelas kedua manik coklat yang indah milik Ikuya.
"Jangan katakan hal itu. Bila kau mengatakannya, itu hanya akan membuat ayahmu sedih. Ia sudah mempercayakan hidupnya kepadamu. Kau tidak boleh membuatnya kecewa seperti itu"
"I-Ikuya..."
Ikuya pun mengelap air mata (y/n).
"Semua ini bukan salahmu, dan bukan juga salah siapapun. Jadi berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Kau tidak mau membuat ayahmu sedih, kan?"
(Y/n) merasa sangat tersentuh dengan perkataan Ikuya tersebut. Ia pikir apa yang dikatakan Ikuya ada benarnya.
Ikuya pun melepaskan tangannya dari wajah (y/n).
"Um, kau benar, Ikuya-san. Aku tidak boleh membuat ayahku sedih. Maaf kalau aku malah menangis seperti ini di depanmu" ucap (y/n) sambil mengelap air matanya.
"Aku tidak keberatan. J-jangan sungkan kepadaku" ucap Ikuya sedikit merasa gugup.
"Arigatou, Ikuya-san"
"Dan menurutku... kau sudah menjadi putri duyung yang sempurna. Kau baik hati, berparas cantik, dan semua orang menyukaimu. Sudah seharusnya kau tidak merasa sedih lagi" ucap Ikuya secara tidak sadar.
"E-eh?" ujar (y/n). Ia merasa sangat terkejut dengan ucapan Ikuya yang tiba-tiba tersebut.
Begitu sadar dengan apa yang ia bicarakan, wajah Ikuya langsung semerah tomat.
"L-lupakan! Aku tidak serius mengatakannya" ucapnya sambil memalingkan wajahnya karena merasa sangat malu.
Tiba-tiba, (y/n) pun tertawa.
"Menurutku, Ikuya-san juga orang yang baik. Kau hanya tidak bisa jujur dengan dirimu sendiri"
"Apa apaan itu?"
"Yah. Tapi menurutku, sifatmu itu juga tidak terlalu buruk" ucap (y/n) sambil tersenyum kearah Ikuya.
Senyuman manis yang terukir di wajah cantik (y/n) membuat dada Ikuya terus berdegup kencang. Ia ingin selalu melihat dan menjaga senyuman (y/n) tersebut.
"Ngomong-ngomong, mau ikut denganku ke toko buku?" ajak (y/n).
"Eh?"
***
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah toko buku. Mata (y/n) terlihat berbinar-binar begitu ia memasuki toko buku tersebut. Ia sangat menyukai buku.
"Kau mau membeli buku juga, Ikuya-san?" tanya (y/n) sambil melihat-lihat isi rak buku dan sesekali menyentuhnya.
"Kalau ada yang menarik menurutku, aku mungkin akan membelinya" ucap Ikuya yang berjalan mengikuti (y/n) dari belakang.
"Hmm, begitu..."
Tiba-tiba, dari belakang berjalan seseorang sambil membawa beberapa tumpukan buku ditangan. Karena buku yang ia bawa cukup banyak, Ia sampai-sampai tidak bisa melihat apapun di depannya.
Dug!
Orang tersebut menabrak tubuh Ikuya dari belakang. Sehingga Ikuya jatuh ke depan. Ia juga secara tak sengaja mendorong (y/n) hingga terjatuh ke lantai.
Bruk!
(Y/n) merasa dirinya sedang berada di dalam dekapan seseorang.
Ternyata...
Ikuya terjatuh tepat di atas tubuh (y/n). (Y/n) bisa melihat wajah Ikuya dari jarak yang sangat dekat. Mereka saling bertatapan sati sama lain selama beberapa saat.
Dengan cepat, Ikuya langsung mengangkat tubuhnya sambil menopangnya dengan kedua lutut dan tangannya. Namun wajah mereka tetap saling berdekatan satu sama lain.
"K-kau tidak apa-apa?"
"Um. B-bagaimana denganmu?"
"A-aku juga tidak apa-apa"
Ikuya bisa melihat (y/n) yang sedang terlentang di lantai. Benar-benar cantik dan menawan seperti seorang putri duyung.
Dengan jarak yang sangat dekat diantara wajah mereka berdua, mata Ikuya langsung tertuju pada bibir merah muda (y/n).
Entah mengapa terdapat dorongan kuat di dalam diri Ikuya untuk merasakan ciuman dari bibir (y/n). Sehingga, ia memberanikan dirinya untuk menempelkan bibirnya kearah bibir (y/n).
Perlahan Ikuya semakin mendekat kearah (y/n) sambil memejamkan matanya.
Dan...
"Aduh! Sakit sekali!" seru seseorang yang ternyata adalah orang yang menabrak Ikuya tadi.
Spontan, dan dengan sedikit berat hati, Ikuya langsung menghentikkan gerakannya dan menjauh dari tubuh (y/n). Tak lama (y/n) pun ikut terduduk di lantai. Mata mereka berdua tertuju pada orang tersebut.
"Kau tidak apa-apa?!" seru (y/n).
Orang tersebut pun berdiri.
"I-iya. Aku tidak apa-apa. Maaf karena sudah menabrakmu" ucapnya.
"Um" balas Ikuya singkat sambil sedikit menganggukkan kepala.
Lalu orang tersebut pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.
Setelah orang itu menghilang dari pandangan, perhatian Ikuya kembali lagi kepada (y/n).
"Apa kau terluka?"
"Tidak, kok. Kau juga benar-benar tidak apa-apa, kan?" tanya (y/n) penuh rasa khawatir.
"Um. Tidak usah pedulikan aku" ucap Ikuya sambil berdiri dari duduknya. Lalu ia mengulurkan sebelah tangannya untuk membantu (y/n) berdiri.
"Kau bisa berdiri?"
"Um" balas (y/n) sambil tersenyum. Lalu ia membalas uluran tangan Ikuya dan beranjak dari duduknya.
"Mau melanjutkan mencari bukunya?" tanya Ikuya.
"Um. Ayo"
***
Setelah mendapatkan buku yang diinginkan, dan hari pun sudah malam, mereka berdua memutuskan untuk pulang.
Ikuya dan (y/n) sedang berjalan dibawah sorotan lampu jalan yang sepi.
Sedari tadi (y/n) menggosok-gosokkan kedua tangannya sambil meniupnya. Kelihatannya ia sedikit merasa kedinginan.
Musim memang sudah berganti menjadi semi, namun hawa dingin masih agak terasa.
Ikuya melirik (y/n) yang terlihat sedikit menggigil.
"Kau kedinginan, ya?"
"Uh! Sedikit, sih. Aku kira tidak akan sedingin ini. Jadi aku hanya mengenakan jaket biasa" balas (y/n) sambil tertawa kecil.
Dengan cepat, Ikuya langsung berdiri di hadapan (y/n) sambil memberikan syal miliknya dan meletakannya di leher (y/n).
"Eh? Ikuya-san?"
"Kau bisa sakit kalau kau kedinginan seperti itu" ucapnya sambil melirik kearah lain. Lalu dengan cepat ia langsung membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkah kakinya.
Entah mengapa (y/n) bisa.merasakan kehangatan hati Ikuya. Tanoa sadar hal tersebut membuatnya tersenyum.
"Nee, (y/n)" ucap Ikuya sambil mengehentikkan langkah kakinya.
"Hm? Ada apa, Ikuya-san?"
"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu" ucap Ikuya sambil tetap membelakangi (y/n).
"Apa itu?"
"Tentang kakakku. Menurut pandanganmu, dia orang yang seperti apa?"
"Eh? Ada apa ini tiba-tiba begini?" tanya (y/n) sambil tersenyum.
"Ii kara. Jawab saja" ujar Ikuya dengan nada penekanan.
"Menurutku dia lelaki yang baik. Dia juga sangat perhatian. Dia juga selalu memberiku saran"
Tiba-tiba, terbesit di benak (y/n) saat ia dan Natsuya berada di kereta saat senja.
***
"Bagaimana kalau kau menyukaiku saja?" bisik Natsuya. Hembusan nafasnya mengenai permukaan wajah (y/n).
Spontan, jantung (y/n) berdegup sangat kencang. Kedua pipinya seketika menjadi memerah.
"Aku janji, aku tidak akan pernah mengecewakanmu seperti laki-laki itu..."
"Eh?"
"Carilah lelaki yang berbicara seperti tadi kepadamu, (y/n). Kau harus menyukai laki-laki itu" ucap Natsuya.
***
Kejadian itu membuat dada (y/n) terasa sangat sakit.
"Begitu, ya. Aku ongin bertanya satu hal lagi kepadamu" ucap Ikuya sambil menoleh kearah (y/n).
"Apa dia... adalah laki-laki idamanmu?" seru Ikuya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Eh?"
(Y/n) terdiam sejenak.
Mengapa Ikuya tiba-tiba menanyakan hal itu?
Lalu (y/n) pun memegang erat dadanya.
Aku tidak paham dengan perasaanku ini. Sebenarnya siapa orang yang aku sukai?, gumam (y/n).
"Sayangnya, Natsuya-san bukan tipe laki-laki yang aku cari" balas (y/n) sambil tersenyum.
Mendengar perkataan tersebut membuat Ikuya benar-benar terkejut bukan main. Ia mengira bahwa (y/n) menyukai Natsuya.
"Eh? Benarkah?"
(Y/n) pun menganggukkan kepalanya.
"Sejujurnya, sampai sekarang aku tidak tahu akan kepada siapa hatiku ini akan berlabuh"
Entah mengapa mendengar perkataan (y/n) tersbeut membuat hati Ikuya terasa lega. Itu artinya masih ada kesempatan baginya untuk mendekati (y/n).
Ikuya pun tersenyum kearahnya. Lalu ia mengulurkan tangannya kepada (y/n).
"Begitu, ya. Jya, ayo kita pulang" ucap Ikuya sambil tersenyum.
"Um"
(Y/n) pun membalas uluran tangan Ikuya tersebut. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah.
"Oh iya. Bagaimana kalau kau berkunjung dulu ke rumahku" ajak Ikuya.
"Eh. Apa tidak akan merepotkan nantinya? Ini sudah malam"
"Tidak apa-apa. Sebenarnya aku khawatir bila kau harus pulang ke indekos semalam ini. Lagipula kau juga harus naik kereta, bukan?"
"Um. Benar sih"
Lalu, Ikuya pun tersenyum kearahnya. Ia senang akhirnya (y/n) beekunjung ke rumahnya.
***
Akhirnya mereka sampai di kediaman Kirishima.
"Ojamashimasu" ucap (y/n) sopan.
"Duduklah disini. Aku akan membawakan cemilan" ucap Ikuya sambil berjalan menuju dapur.
"Tidak usah repot-repot, Ikuya-san"
"Tidak apa-apa" seru Ikuya sambil mengorek-ngorek isi kulkas.
(Y/n) pun duduk diatas sofa.
"A! Ternyata makanan di kulkas sudah habis. Aku akan pergi ke minimarket sebentar. Tunggulah disini" ucap Ikuya sambil berjalan menuju pintu.
"Eh? Tapi..."
Namun perkataan (y/n) tersebut terpotong karena Ikuya sudah terlebih dulu menutup intu dan pergi ke luar rumah.
Entah mengapa ia merasakan suatu hal yang kurang baik akan menimpanya.
***
(Y/n) sudah menunggu Ikuya selama beberapa menit. Namun hibgga saat ini, ia tak kunjung kembali.
Tiba-tiba, seseorang masuk ke dalam rumah sambil berjalan dengan agak pincang. Spontan, mata (y/n) langsung melirik kearah orang tersebut.
Ternyata orang itu adalah Natsuya.
Wajahnya terlihat sangat memerah. Rupanya ia sedang mabuk berat.
"N...Natsuya-san?" panggil (y/n) sambil beranjak dari duduknya.
Begitu melihat (y/n), Natsuya pun langsung tersenyum kearahnya. Lalu perlahan ia berjalan mendekati (y/n).
"Kau ada disini rupanya, manis. Aku mecarimu kemana-mana" ucap Natsuya dengan nada yang menggoda.
(Y/n) terlihat sangat ketakutan. Semakin lama Natsuya berjalan semakin mendekat kearahnya.
Begitu Natsuya berdiri tepat di hadapan (y/n), (y/n) bisa mencium dengan jelas aroma alkohol yang benar-benar menyengat dari tubuh Natsuya.
"N...Natsuya-san, kau mabuk, ya?"
Tiba-tiba, Natsuya menarik wajah (y/n) dan menempelkan bibir (y/n) dengan bibirnya secepat kilat. Bibir Natsuya yang masih tersisa aroma alkohol membuat (y/n) merasa sangat tidak nyaman.
(Y/n) benar-benar terkejut dengan sikap Natsuya tersebut. Beberapa saat kemudian, ia pun mendorong tubuh Natsuya agar Natsuya melepaskan ciumannya dari dirinya.
"A...apa yang kau lakukan?!" seru (y/n).
Lalu Natsuya pun tertawa dan kembali berjalan mendekati (y/n).
"Sudah kuduga bibirmu akan terasa sangat lembut bila aku menciumnya. Tapi, ini saja belum cukup bagiku"
"Eh? A...apa maksudmu?"
Tiba-tiba, Natsuya mendorong tubuh (y/n) ke arah sofa.
Sehingga (y/n) jatuh terlentang tepat diatas sofa tersebut.
Dengan cepat, Natsuya langsung mengenggam erat kedua pergelangan tangan (y/n).
(Y/n) berusaha melepaskan genggaman tangan Natsuya tersebut. Namun karena genggamanannya yang sangat kuat, ia pun tidak bisa melepaskannya.
Lalu Natsuya mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n).
"Ahh...kalau dilihat dari dekat, kau semakin cantik saja" bisik Natsuya tepat di depan wajah (y/n).
"N-Natsuya-san, apa yang kau lakukan? L...lepaskan" seru (Y/n) ketakutan.
"Tidak akan"
"Eh? Apa yang kau-"
Tiba-tiba, Natsuya mencium bibir (y/n) dengan kuat. Ciumannya tersebut terlihat sangat sensual dan penuh gairah. Sekaan-akan ia tidak mau melepaskan bibirnya dari bibir (y/n).
Tak lama kemudian, Natsuya melepaskan ciumannya itu. Lalu ia menjulurkan lidahnya tepat di bibir pink milik (y/n).
Karena tak mau terbuka, Natsuya mengigit bagian bawah bibir (y/n) dan akhirnya ia bisa memasukan lidahnya kesana
Lidahnya langsung menjilati seisi rongga mulut (Y/n) sambil seenaknya memainkan lidah milik (Y/n).
(Y/n) mengeluarkan suara-suara aneh dari mulutnya.
Beberapa saat kemudian, genggaman tangan Natsuya semakin lemah menggenggam pergelangan tangan (Y/n). Hal ini menjadi kesempatan bagi (Y/n) untuk dapat melepaskan diri dari perangkap Natsuya. Ia pun mendorong tubuh Natsuya agar Natsuya dapat menjauh dari hadapannya.
Natsuya melihat (Y/n) yang terlihat kelelahan. Nafasnya terengah-engah, kedua pipinya dalam sekejap berubah menjadi merah merona. Hal tersebut membuat Natsuya semakin terangsang kepada (Y/n).
"Apa? Kau sudah lelah rupanya?" tanya Natsuya sambil terkekeh.
"Kumohon, hentikan..." ucap (Y/n) kelelahan.
"Aku tahu kau sebenarnya menyukainya, iya 'kan?"
Mata mereka saling menatap satu sama lain.
Tiba-tiba, pandangan Natsuya langsung mengarah kepada leher jenjang (Y/n).
"Lehermu, indah sekali"
"Eh?
Lagi-lagi, Natsuya mengencangkan genggaman pergelangan tangan (Y/n). Sehingga kali ini (Y/n) tidak bisa melawan.
Natsuya mengendus-endus leher (Y/n). Ia menikmati wangi tubuh (Y/n) dari jarak yang sangat dekat. Tak lama kemudian, ia langsung menjilati, menggigit dan menciumi leher (Y/n). Menyisakan beberapa buah kissmark di leher jenjangnya.
"Mmmhh..."
(Y/n) tidak bisa berhenti mengeluarkan suara aneh setiap kali Natsuya mencium lehernya.
Benar-benar memalukan.
Namun (y/n) tak bisa menahannya.
***
Setelah beberapa saat, Natsuya melihat (y/n) yang benar-benar tidak berdaya. Kedua pipi (y/n) memerah. Matanya terlihat sangat sayu. Nafasnya pun terengah-engah. Lehernya penuh dengan kissmark. Beberapa kancing bajunya terlihat terbuka sehingga bagian dadanya sedikit terlihat. Ia terlihat sangat kelelahan.
Kondisi (y/n) saat ini membuat Natsuya semakin terangsang. Ia kelihatannya masih belum puas dengan (y/n).
Lalu Natsuya terkekeh dan sebelah tangannya mengelus-elus pipi (y/n) dengan lembut.
"Ayolah. Kita masih bisa bersenang-senang" ucap Natsuya pelan. Menggoda (y/n) agar ia mau bersenang-senang dengan Natsuya lebih lama lagi.
Mata Natsuya langsung tertuju pada bibir (y/n) yang sedikit terbuka.
Tiba-tiba, Natsuya menempelkan bibirnya kearah bibir (y/n). Namun kali ini ia mencium bibir (y/n) dengan sangat lembut.
Setelah beberapa saat, Natsuya pun melepaskan ciumannya.
"Aku tidak menyangka aku bisa melihat sisi lemahmu"
"K-kenapa kau melakukan ini kepadaku?"
Lalu Natsuya membisikkan sesuatu ke telinga (Y/n).
"Aku melakukan ini karena aku ingin kau menjadi satu-satunya milikku"
"Eh?"
Tiba-tiba, lidah Natsuya menjilati sebelah telinga (y/n).
"Y-yamete!"
Ya,
Telinga adalah titik terlemah (y/n). Hal tersebut membuat (Y/n) ikut terangsang. Matanya seketika menjadi sayu. Seketika ubuhnya terasa sangat lemas
Lalu, Natsuya kembali menatap kedua bola mata (y/n) sambil tertawa kecil.
"Ternyata titik lemahmu disana ya"
Lagi-lagi, Natsuya menjilati bibir (y/n). (Y/n) yang tak berdaya secara sukarela membukakan mulutnya untuk Natsuya.
Natsuya melepaskan ciuman liarnya tersebut, agar (y/n) bisa menarik nafas sejenak.
Nafas mereka berdua terlihat terengah-engah.
Belum puas sampai sana, Natsuya kembali menyerang leher (y/n).
"Ngghh..."
Natsuya benar-benar menikmatinya. Begitu pula dengan (y/n). Lama kelamaan (y/n) juga ikut terangsang. Secara tak sadar, kedua tangan (y/n) memanjat ke bagian belakang rambut Natsuya sambil mencengkramnya kuat.
"N...Natsuya..." ucap (y/n) lemas
"Ya... panggillah namaku, (y/n)" bisik Natsuya.
Lalu Natsuya mencium bagian dada (y/n) yang sedikit terbuka. Dan ia menciumnya.
Lagi-lagi, (y/n) mengeluarkan suara yang memalukan sambil sesekali memanggil-manggil nama 'Natsuya'.
***
Sesi makeout tersebut diakhiri dengan ciuman yang diberikan Natsuya kearah bibir (y/n). Kali ini (y/n) juga membalas ciuman Natsuya tersebut dengan tangannya yang melingkar di leher Natsuya.
Tak lama kemudian, mereka berdua melepaskan ciuman panas mereka.
Natsuya memandangi leher (y/n) yang sudah dipenuhi kissmark. Lalu pandangannya mengarah kearah kedua bola mata (y/n) yang terlihat sayu.
"Kau tahu? Sudah sejak lama aku sangat menyukaimu" bisik Natsuya.
Deg!
Perkataan Natsuya membuat (y/n) sangat terkejut.
"Eh?"
"Lebih tepatnya sejak kita masih SMP"
"SMP? T-tapi kita baru saja kenal"
(Y/n) tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini.
"Kau selalu bersama Kisumi, bukan?"
"B-bagaimana bisa kau tahu?"
"Kita ini satu SMP. Sejak lama aku selalu memperhatikanmu. Namun, rasanya sulit sekali untuk mendekatimu. Karena kau selalu bersama Kisumi..."
"N...Natsuya..."
Lalu sebelah tangan Natsuya mengelus lembut sebelah wajah (y/n). Lensa mata coklatnya melihat kearah leher (y/n).
"Tapi lihatlah, dengan ini tandanya kau adalah milikku sekarang"
"Eh?"
Natsuya pun mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n)
"Jadilah milikku, (y/n)" bisik Natsuya.
Bruk!
Tiba-tiba terdengar suara kantung kresek berisi beberapa barang belanjaan yang jatuh ke lantai.
Spontan, (y/n) dan Natsuya melirik kearah sumber suara tersebut.
Ternyata,
Dia adalah Ikuya!
Wajahnya benar-benar terlihat shock begitu melihat Natsuya dan (y/n) sedang melakukan hal tak senonoh di rumahnya. Kedua matanya menunjukkan rasa amarah yang teramat besar.
"A-aniki, (Y/n). Kalian..."
~Bersambung
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
Uppu...uppuppuppuppu~
HWAAA READER CHANNNN
DEMI APA YAMI KANGEN BANGET MA KALIANNN😭😭😭😭😭😭
mudah2an masih ada nih reader book ini wkwkw
Waduh udah lama ga up sekalinya up malah ada nsfw nya🌚🌚🌚🌚
Hehe... Yami sengaja nge prioritasin book ini krn Yami pengen cepet2 namatin nih book dah greget banget dah😭😭😭😭
Makasih banget para reader yg masih setia menunggu Yami si males update ini wkwkwkw
Sooo see you in the next chap yaaa
Babayyyy....
Uppuppuppu~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top