Chapter 21
(Y/n) membuka matanya perlahan.
Ia melihat dirinya yang sedang mengenakan gaun pengantin yang sangat indah.
Lalu, ia melihat ke depan. Tepat di hadapannya berdiri seorang laki-laki yang mengenakan jas putih sedang berdiri di hadapannya. Namun, (y/n) tak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Siapakah laki-laki itu?
"Akhirnya, kita bisa bersama selamanya, (y/n)"
"Eh?"
Lalu laki-laki tersebut mendekatkan wajahnya kearah (y/n). Ia mengarahkan bibirnya kearah bibir (y/n).
Dan...
Kring...kring...
Suara alarm membangunkan (y/n) dari mimpinya. Dengan cepat, ia langsung mematikan alarm-nya tersebut.
Ia pun duduk di atas kasurnya yang empuk sambil meregangkan tubuhnya.
Sambil menggosok-gosok matanya, (y/n) mencoba mengingat kembali mimpi yang baru saja ia alami tadi.
"Hmm... Mimpi yang aneh" ucapnya.
Lalu ia menoleh kearah jendela yang berada tepat di sampingnya.
Sebenarnya, siapa laki-laki itu? Siapa orang yang benar-benar aku sukai?, pikir (y/n) dalam hati.
***
Rin melangkahkan kakinya di bandara sambil menarik kopernya.
Tiba-tiba, ia menghentikkan langkahnya tersebut sambil memandang ke luar jendela kaca bandara.
Ia pun menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Ia melirik ke samping kanannya. Ia membayangkan (y/n) ada disampingnya dan tersenyum kearahnya.
"Ikou, Rin-kun!"
Rin ingin sekali (y/n) ikut dengannya ke Australia dan tinggal berdua disana. Tetapi apa daya, kisah cinta mereka sudah kandas. Sejujurnya, Rin masih mencintai (y/n). Tetapi, (y/n).... Sepertinya ia sudah memiliki orang lain di hatinya.
Rin pun memutuskan untu mk melanjutkan perjalanannya.
Baru saja ia ingin melanjutkan langkah kakinya, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.
"Matte, Rin!"
Rin pun melirik kearah sumber suara. Ternyata itu adalah Sousuke.
"Sousuke?"
"Kau mau kemana?"
"Aku akan kembali ke Australia. Sebentar lagi kuliah akan segera dimulai, bukan?"
"Bukan itu maksudku. Kenapa kau tidak berpamitan dulu dengan yang lain? Terutama kepada oneesan"
Rin seketika terdiam mendengar perkataan Sousuke tersebut.
"Tidak berpamitan pun ia pasti tidak akan mencariku, bukan?" tanya Rin. Wajahnya seketika menjadi terlihat sedih.
"Rin..."
"Perhatian, para penumpang pesawa dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Sydney, Australia dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12..."
"Nee, Sousuke... Aku punya sebuah permintaan"
"Apa itu?"
"Tolong jaga kakak perempuanmu itu. Jangan sampai ia tersakiti. Aku titipkan (y/n) padamu, ya" ucap Rin sambil berusaha tersenyum.
Sousuke pun terdiam sejenak.
"Um. Wakatta"
"Jya, sudah waktunya untuk aku pergi. Sampai jumpa nanti, Sousuke" ucap Rin sambil mengangkat sebelah tangannya dan berjalan meninggalkan Sousuke.
Rin pun berjalan menuju pesawatnya. Sousuke hanya bisa melihat Rin dari kejauhan, tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi.
***
Sekarang, (y/n) adalah seorang mahasiswa. Ia berkuliah di Shimogami University. Tadinya ia ingin mengikuti Haruka untuk memilih program studi yang berhubungan dengan olahraga renang. Namun, karena sekarang nafasnya sudah tidak normal, ia pun memutuskan untuk memilih program studi keperawatan khusus untuk atlet.
Tadinya, (y/n), Haruka dan Makoto berencana ingin berkuliah di universitas yang sama. Tetapi, karena kejadian saat matsuri, mereka menjadi terpecah belah dan tidak pernah bertemu lagi satu sama lain sejak mereka lulus saat itu.
Haruka sekarang berkuliah di Hidaka University. Ia memilih program studi olahraga dan bergabung dalam club renang universitas. Sedangkan Makoto, ia berkuliah di Meiji Chuo University dengan memilih program studi instruktur renang. Ia juga mengambil kerja part-time sebagai pelatih renang bagi anak-anak di salah satu tempat les renang di Tokyo.
***
(Y/n) sedang berada di perpustakaan. Karena merasa kesulitan mengerjakan tugas dari dosennya, (y/n) memutuskan untuk mencari buku sumber di perpustakaan.
"A! Ini dia!" ucap (y/n) sambil menarik sebuah buku yang diletakan di sebuah rak yang besar.
Tanpa disengaja, ia menjatuhkan buku tersebut dan mengenai kepala seorang laki-laki yang sedang berjongkok di sampingnya.
"Aduh!" keluh laki-laki tersebut sambil mengelus-elus kepalanya yang sakit.
"A! M...maafkan aku! Aku tidak sengaja menjatuhkannya" ucap (y/n) panik.
Laki-laki itu pun berdiri sambil tetap memegangi kepalanya yang berambut hijau tua. Manik matanya yang berwarna coklat melirik (y/n) dengan tatapan sinis.
"K...kau tidak apa-apa?" tanya (y/n).
"Apanya yang tidak apa-apa? Ini sakit sekali, tahu! Lihat buku itu sangat tebal!" seru laki-laki tersebut.
"Maafkan aku! Aku tidak sengaja. Coba sini, aku lihat kepalamu" ucap (y/n) yang mencoba meraih kepala laki-laki tersebut dengan sebelah tangannya. Namun, laki-laki itu malah menangkis tangan (y/n).
"Cih! Tidak perlu! Merepotkan saja"
(Y/n) terkejut dengan tingkah laki-laki tersebut.
Kenapa sih dengan laki-laki ini?, gerutu (y/n) merasa sedikit kesal terhadap perilaku laki-laki tersebut.
"Kau bilang tadi sakit!" seru (y/n).
"Iya! Tapi aku tidak memintamu untuk menyentuh kepalaku! Dasar, kau ini ceroboh sekali"
"Aku kan sudah minta maaf tadi!"
"Sssttt.... Tolong jangan berisik. Ini perpustakaan" ucap seorang penjaga perpustakaan kepada mereka berdua.
"M...maafkan aku" ucap (y/n) sambil membungkuk kearah penjaga perpustakaan tersebut.
"Lihat apa yang sudah kau lakukan?" bisik laki-laki tersebut kepada (y/n).
"Kenapa kau malah menyalahkan aku? Ini juga kan salahmu!"
Karena sudah muak dengan tingkah laki-laki itu, (y/n) langsung mengambil buku yang terjatuh tadi dan segera pergi dari perpustakaan, meninggalkan laki-laki itu begitu saja.
"Cih! Menyebalkan sekali!" keluh laki-laki itu.
***
Karena sedang tidak ada jadwal, (y/n) memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi kampus sebentar. Ia pun berjalan menuju sebuah gymnasium. Disana ia melihat beberapa mahasiswa yang sedang latihan basket.
"Awas!" teriak seseorang.
Tiba-tiba, sebuah bola basket mengenai kepala (y/n).
"Itai!"
Karena bola basket yang berat mengenai kepalanya, (y/n) langsung terjatuh di lantai gymnasium.
"G...gomen. Kau tidak apa-apa?" tanya seorang laki-laki kepada (y/n). Ia langsung berlari menghampiri (y/n). Khawatir terjadi sesuatu kepadanya.
"T...tidak apa-apa, kok. Ini hanya terasa sedikit sakit" ucap (y/n) sambil berusaha tersenyum.
Begitu melihat laki-laki tersebut, betapa terkejutnya (y/n). Rambutnya berwarna pink dengan lensa matanya yang berwarna ungu. Sepertinya ia mengenal laki-laki tersebut.
"Are? Kau... Kisumi, bukan?" tanya (y/n) meyakinkan.
"Eh? (Y/n)-chan?" balas laki-laki tersebut yang ternyata bernama Kisumi.
***
(Flashback)
Saat (y/n) kecil, rumahnya bertetangga dengan Kisumi. Kisumi adalah teman masa kecil (y/n). Mereka sering bermain bersama sehingga mereka sangat akrab satu sama lain.
Suatu hari, saat (y/n) dan Kisumi masih berumur 5 tahun, mereka sedang bermain di pekarangan rumah (y/n).
"Kisumi! Ayo coba tangkap aku!" seru (y/n) sambil berlari dan tertawa.
"Matte!" balas Kisumi.
Tiba-tiba, kaki Kisumi tersandung sebuah batu kecil, sehingga ia terjatuh ke tanah.
Brukkk...
(Y/n) pun menoleh kearah Kisumi.
"Are? Kisumi?!" seru (y/n) sambil berlari menghampiri Kisumi yang terjatuh.
Tak lama kemudian, Kisumi pun menangis.
"Ara? Ada apa?" tanya ibu (y/n) yang tiba-tiba berlari ke pekarangan rumah.
***
Ibu (y/n) pun mengantar Kisumi ke dalam rumah untuk mengobati lukanya.
(Y/n) membantu ibunya memasang plester luka pada lutut Kisumi.
"Sudah! Sekarang kau sudah sembuh, Kisumi" ucap (y/n) sambil tersenyum manis. Namun, Kisumi masih terlihat murung.
"Jya, okaasan akan ke dapur dulu sebentar untuk mengambil minum untuk Kisumi, ya" ujar ibu (y/n) sambil beranjak dari duduknya dan segera berjalan menuju dapur.
"Ha-i" jawab (y/n).
Disisi lain, Kisumi tiba-tiba menangis lagi.
"Sudah...sudah. Jangan menangis, Kisumi" ucap (y/n) yang berusaha menenangkan Kisumi. Tetapi, Kisumi tetap tidak mau berhenti menangis.
(Y/n) langsung mendekat kearah lutut Kisumi yang terluka. Lalu ia meniup luka tersebut.
"Luka, ayo hilanglah. Kasihan Kisumi merasa kesakitan" ucap (y/n) lugu. Namun tetap saja, Kisumi tidak mau berhenti menangis.
Hal tersebut membuat (y/n) ikut sedih. Ia tidak mau melihat Kisumi terus menangis seperti itu. Ia pun memikirkan cara agar Kisumi bisa ceria kembali.
Tiba-tiba, (y/n) mengecup sebelah pipi Kisumi. Sontak, Kisumi pun akhirnya menghentikkan tangisannya.
"(Y/n)...-chan?"
(Y/n) pun tersenyum.
"Akhirnya kau mau berhenti menangis juga"
Kisumi pun memegangi sebelah pipinya yang dikecup (y/n) tadi.
"K...kenapa kau mencium pipiku?"
(Y/n) pun tertawa kecil.
"Itu kan namamu sendiri. Kisumi itu sama artinya dengan kiss me"
"Eh?"
"Hahaha... Aku hanya bercanda kok. Kalau aku sedang sedih, okaasan juga selalu mencium pipiku. Dan hal itu membuatku senang"
Kisumi hanya terdiam.
"Bagaimana? Perasaanmu jauh lebih baik, bukan?" tanya (y/n).
Kisumi pun tersenyum.
"Um. Arigatou ne, (y/n)-chan"
***
Beberapa tahun kemudian, (y/n) dan Kisumi pun menjadi siswa SMP. Mereka bersekolah di SMP Iwatobi, namun sayangnya mereka berbeda kelas.
Karena (y/n) sangat pemalu, ia tidak memiliki teman kecuali Kisumi.
***
Kisumi tiba-tiba beranjak dari bangkunya. Membuat Haruka, Makoto, Ikuya dan Asahi yang mendiskusikan sesuatu pun terkejut. Saat SMP, Kisumi satu kelas dengan mereka berempat.
"Ada apa, Kisumi?" tanya Makoto.
"Tidak, kok. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Aku pergi dulu, ya" ucap Kisumi lalu ia langsung bergegas keluar kelas.
Kisumi berjalan di lorong sekolah. Ia berniat untuk menemui (y/n) di kelasnya. Setiap hari ia selalu menghampiru kelas (y/n) karena ia khawatir (y/n) akan merasa kesepian karena tidak memiliki teman selain dirinya.
Akhirnya, Kisumi sampai di kelas (y/n).
Kisumi mengintip di balik pintu kelas (y/n), matanya bergerak kesana kemari mencari keberadaan (y/n). Ternyata (y/n) sedang berada di bangkunya sambil membaca sebuah buku.
"A! Itu dia! (Y/n)-chan!" seru Kisumi sambil melambaikan tangannya.
"Kisumi?!" ujar (y/n) yang seketika merasa sangat senang karena Kisumi menghampiri kelasnya.
***
(Y/n) dan Kisumi sedang duduk di gymnasium sekolah.
"Bagaimana? Apa kau sudah bisa berteman sekarang?" tanya Kisumi kepada (y/n).
(Y/n) pun menggelengkan kepalanya.
"Sayangnya belum, Kisumi. Aku masih terlalu malu untuk memulai percakapan"
Kisumi melirik sebuah buku yang (y/n) letakan di atas pahanya.
"Jadi kau menghabiskan waktumu dengan membaca buku seperti biasanya?" tanya Kisumi.
"Um. Hanya buku yang menemaniku di kelas"
Kisumi merasa kasihan kepada (y/n) yang sulit sekali untuk bergaul.
"Hmm... begitu, ya. Tidak usah khawatir! Aku akan selalu menemanimu, (y/n)-chan!" ucap Kisumi sambil tersenyum manis.
(Y/n) pun membalas senyuman Kisumi tersebut.
"Hontouni arigatou, Kisumi!"
"Oh iya! Numpung gymnasium sedang kosong, bagaimana kalau kita bermain basket berdua?" ajak Kisumi.
"Ide yang bagus! Ayo kita lakukan!" seru (y/n).
Lalu mereka berdua beranjak dari tempat duduk mereka danberjalan menuju lapangan gymnasium untuk bermain basket.
(Y/n) mengambil sebuah bola basket yang tergeletak di atas lantai gymnasium, lalu ia mulai men-dribbling bola tersebut.
"Aku tidak akan menahan diriku, loh" ucap Kisumi. Mengingat ia sangat pandai bermain bola basket.
"Siapa takut? Aku pasti akan menang"
(Y/n) pun mulai berlari menuju ring basket.
Tentu saja Kisumi tidak tinggal diam, ia menahan (y/n) agar tidak dapat menghampiri ring basket tersebut.
Dengan cepat, Kisumi langsung merebut bola basket tersebut dari tangan (y/n). Lalu ia dengan cepat langsung berlari dan melempar bola basket tersebut ke dalam ring basket sambil melompat.
"C...cepat sekali!" seru (y/n).
Kisumi pun tertawa.
"Sudah kubilang 'kan? Aku tidak akan menahan diriku"
"Yosh! Ayo kita coba lagi!"
Mereka pun melanjutkan pertandingan bola basket mereka.
***
Setelah beberapa menit berlalu, (Y/n) dan Kisumi akhirnya memutuskan untuk menghentikkan pertandingan karena sudah merasa lelah.
(Y/n) dan Kisumi langsung terkapar di lantai gymnasium. Mereka berusaha untuk mengatur nafas mereka yang ternegah-engah.
"Hwaa! Menyenangkan sekali!" seru (y/n) yang kegirangan.
"Tapi kau 'kan kalah. Hahaha" balas Kisumi sambil melirik kearah (y/n) yang terlentang tepat di sampingnya. Ia pun menjulurkan lidahnya tanda ia sedang mengejek (y/n).
"Memangnya kenapa kalau kalah? Dasar Kisumi sombong!" ucap (y/n) sambil mengembungkan pipinya.
Kisumi yang melihat wajah (y/n) yang begitu menggemaskan itu langaung mencubit sebelah pipi (y/n).
"Aaa! Kisumi lepaskan!" gerutu (y/n) smabil berusaha melepas cubitan tangan Kisumi dari pipinya.
"Tidak akan!" ucap Kisumi dengan nada mengejek.
Tiba-tiba, Kisumi akhirnya melepaskan cubitannya. Ia pun memandangi langit-langit gymnasium.
"Nee, (y/n)-chan" ucap Kisumi pelan.
"Hm?" balas (y/n) sambil menoleh kearah Kisumi yang tepat berada di sampingya.
Suasana pun hening sejenak, lalu Kisumi tiba-tiba bangun dari lantai.
"Tidak jadi, deh"
(Y/n) pun ikut terduduk di lantai
"He? Ada apa, Kisumi. Katakan saja"
"Tidak"
Tiba-tiba, (y/n) menunjukkan ekspresi jahil di wajahnya. Ia pun langsung menggelitiki pinggang Kisumi dengan jari tangannya.
Kisumi yang tidak tahan geli langsung tertawa sangat keras.
"Ahahahah....(Y/n)...-chan! ....K...kumohon hentikan...hahahaha....geli....ahahahaha!"
"Ayo katakan!"
"T...tidak akan...ahahahaha!"
Di sisi lain, dari atas gymnasium ternyata ada seorang laki-laki yang memperhatikan mereka berdua. Laki-laki tersebut bersurai dan bermata coklat. Rambutnya sedikit ikal. Sedari tadi, ia memperhatikan (y/n) dari kejauhan. Siapakah laki-laki itu?
***
Tak terasa, akhirnya sebentar lagi (y/n) dan Kisumi akan lulus dari SMP Iwatobi.
Karena ini adalah malam tahun baru, Kisumi mengajak (y/n) untuk pergi ke kuil berdua.
"Wah! Sepertinya enak!" seru (y/n) sambil memandangi beraneka macam minuman di sebuah stan matsuri.
Dengan cepat, Kisumi langsung membelikan segelas minuman tersebut untuk (y/n).
"Ini" ucap Kisumi sambil menyerahkan segelas minuman kepada (y/n).
"Hee? Untukku? Tidak usah repot-repot, aku membawa uang sendiri, kok"
"Tidak apa-apa, aku memang mau membelikannya untukmu" ucap Kisumi dengan wajahnya yang sedikit memerah.
Sedari tadi, tingkah Kisumi terlihat aneh dari biasanya.
"Eh? Ada apa, Kisumi? Apa kau sakit?"
"T...tidak, kok"
"Benarkah?"
"Um"
Entah mengapa saat kecil dan sekarang Kisumi merasakan hal yang berbeda bial bersama dengan (y/n). Sekarang bila Kisumi berada dekat dengan (y/n) tiba-tiba jantungnya selalu berdegup dengan sangat kencang. Terkadang ia pun selalu salah tingkah di depan (y/n).
"Arigatou ne, Kisumi" ucap (y/n) sambil tersenyum.
Jantung Kisumi tak mau berhenti berdegup dengan kencang. (Y/n) terlihat sangat cantik di matanya.
"J...jya, ayo kita lanjutkan perjalanan kita" ajak Kisumi.
"Um. Ayo"
Lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka sambil menaiki beberapa anak tangga.
Sambil berjalan, (y/n) menyeruput minumannya. Ia melirik kearah Kisumi yang terlihat kelelahan.
"Ano, kau terlihat kelelahan. Mau minum dulu?" tanya (y/n) sambil menyodorkan minuman yang Kisumi belikan tadi untuknya.
Kisumi memandangi sedotan minuman tersebut.
"E...eh?"
Tiba-tiba, Kisumi memalingkan wajahnya. Wajahnya terlihat sangat memerah.
"Eh? Ada apa, Kisumi?"
"K...kalau aku meminumnya. I...itu berarti... kita.... sama saja dengan.... berciuman"
"Eh?"
Bukannya merasa malu, (y/n) malah tertawa mendengar perkataan Kisumi tersebut.
"Hahaha... Apa maksudmu? Kau ini ada-ada saja. Ini bukan kali pertama kita berbagi minuman ingat?"
"J...jangan mengingat hal-hal yang memalukan seperti itu!" seru Kisumi tiba-tiba.
(Y/n) merasa heran dengan sikap Kisumi yang terlihat sangat aneh dari biasanya.
"Memalukan? Aku tidak mengerti maksudmu, Kisumi"
Sepertinya saat itu (y/n) masih sangat polos sehingga ia tak mengerti apa yang terjadi dengan Kisumi.
***
Akhirnya, mereka sampai di puncak kuil. (Y/n) dan Kisumi berdiri bersebelahan sambil menunggu kembang api diluncurkan ke langit.
Mereka berdua tidak mengeluarkan sepatah katapun. Sehingga suasana pun menjadi sedikit canggung.
Kisumi melirik kearah (y/n) yang berdiri tepat di sampingnya. Ia melihat (y/n) yabg menengadahkan kepalanya ke langit sambil memandangi langit malam yang indah. Menurut Kisumi, wajah (y/n) terlihat sangat cantik di matanya. Wajahnya tak kalah indahnya dengan langit malam.
Tiba-tiba, Kisumi mengingat kejadian saat (y/n) tiba-tiba mengecup pipinya saat mereka masih berumur 5 tahun.
Kisumi berniat untuk membalas kecupan (y/n) saat itu. Ia pun mendekatkan wajahnya kearah pipi (y/n).
(Y/n) yang menyadari Kisumi mendekat ke arah pipinya langsung menoleh kearah Kisumi.
"Kisumi, ada ap-"
Tadinya Kisumi hanya ingin mencium pipi (y/n). Tetapi, karena (y/n) malah menoleh kearah Kisumi, secara tidak sengaja, Kisumi malah mencium bibir (y/n).
Mereka berciuman dibarengi dengan suara ledakan kembang api yang khas.
Itulah ciuman pertama (y/n). Yang berhasil merebut ciuman pertama darinya adalah Kisumi, teman masa kecilnya.
---------------------------------------------------
Uppuppu~
Minna sannn...
Akhirnya beres juga nih chap 21.
Haduh sedih banget ga kerasa ni ff dah mau beres aja.
Gak nyangka Yami bisa sampe sejauh ini. Yami kira bakal berhenti di tengah jalan....
Ini semua berkat dukungan dari reader chan sekalian.
Hontouni arigatou gozaimashitaaaa m(_ _)m
Oke, mungkin segini dulu ya dari Yami buat kali ini.
Semoga suka yaa sama update-an nyaa
See you in the next chapter
uppuppu~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top